"Jadi ini ada apa?"
"Benar Anda bertengkar memperebutkan buah mangga lalu kepala kalian bengkak?"
"Anda sekalian merasa murid taman kanak-kanak?"
Ialah Joyce.
Ia memulai serangan beruntun sambil membenarkan mulutnya yang mencong
Dengan sedikit kabur tembus pandang pada wajahya.
"No! BIG NOOO!!!" Teriak mas Yanto.
"Macem guwa anak SD aja berantem rebutan mangga, kecuali mangga Yu Ijem sih!" tambahnya kesal.
"Lalu?" tanya Joyce melanjutkan serangannya. Dan kali ini mulutnya di dahi.
"Joy, bukankan aku pun tidak seperti lelaki yang memilih kekuatan fisik untuk mencapai sebuah kemenangan kan?" Dilam membela diri tanpa pakai Kung Fu.
"Benar. Anda kan lelaki yang tidak mampu mengangkat galon Axua!" Mata tajam Joyce mengernyit. Semua membisu.
"Jadi?" serang Joyce tanpa menggunakan senjata tajam. Namun perih bagi Dilam.
"Biar mas Yanto menjelaskan." kali ini Dilam memilih sebuah elakan tajam.
"TREN MASA KINI!!!" Teriak mas Yanto.
"Hah?" maka Joyce sedikit kaget banyak heran.
"Ya begitulah." timpal Dilam.
Lalu hanya pada Joyce, kaki di kepala, dan kepala di kaki.
Seperti potongan lirik lagu populer.
Sore itu di kota Yoja, beberapa manusia dan bukan manusia saling bersinggungan. Dalam irisan kecil itu terdapat Dilam, Mas Yanto dan Joyce berkelakar seperti biasa dan pada sore biasanya.
Seperti biasanya.
"Sebagai wakil dari bukan manusia, saya merasa ini tidak manusiawi! Anda harus tahu itu!" tegas Joyce.
"Sudahlah!" ucap Dilam. "Aku juga tidak ingin mengambil peranmu. Aku juga sebenarnya iningin menjadi manusia normal seutuhnya. "
"Kecuali mas Yanto mungkin?" Dilam mengarahkan matanya ke mas Yanto.
"WHYYY? Kok saya? Ente lah!"
"Kenapa?"
"Ente karakter utama! GUWEE MAAAH APAAA!"
"Kenapa tidak yang biasa aja ngomongnya mas?"
"SETERAH SAYAAAA!"
"Kenapa mas bisa menyimpulkan saya karakter utama?" Lalu Dilam membisu, diikuti mas Yanto dan Joyce.
"ELU MUNCULLLL DARI REMAH PERTAMAAAA LAAAM!"
"Tapi Mas, bahkan nama saya Dilam saja ada unsur salah tulis. Sebuah typo. Seharusnya aku Dila pakai Z bukan pakai M begini."
"EH, YAKIN ENTE DILAM ITU TYPO DARI DILAZ??? HURUF Z SAMA HURUF M JAOOOH NIAAAN!!!"
"Benar mas. Seandainya aku Dilaz mas. Mungkin kisah cintaku lebih berwarna."
"BUKAN HURUF N GITUUUU??? M SAMA N KAN DEKETAAAN KAN?"
"Mas Yanto, Anda harus tahu selain DVORAK dan QWERTY ada sistem lain. Nama Dilam ditulis dengan papan ketik sistim AMBIGU di mana huruf Z dan M saling berdekatan. Jadi?" bela Joyce.
"LAAH??? Itu AMBIGU bukannya A sama M yang deketan YAAA??"
"AMBIGU itu cuma nama mas." tegas Dilam.
"AH OKEEE!!!"
Setelahnya menujut bisu. Hiruk pikuk kota Yoja terus berlalu. Suara klakson yang berbunyi sahut menyahut. Suara keledai sesekali mengaum.
"Tapi apa kalian tidak sadar betapa tidak punya karakternya saya?" ucap mas Yanto memecah suasana.
"Kadang aku guwe, kadang saya. Saya ini cuma karakter tidak penting. Tidak seperti kamu Lam. Minimal kamu sudah punya masalah yang akan menarik diceritakan. Sedang saya?"
"Bahkan, ketika aku berbicara melankolis begini, dan serius, tidak ada yang tahu itu aku. Kadang aku, kadang saya, kadang guwe, ada elu, sungguh tidak konsisten dialog saya. Saya, mas Yanto, tidak punya karakter."
"Kau sangat jauh lebih beruntung. Keinginanku, keinginanku menjadi A dan N dan C tidak mungkin terpenuhi. Aku bahkan tidak punya kehendak menjadi apa pun. Aku diciptakan penciptaku ketika Ia sedang iseng dan tidak peduli."
Suara itu membisu dalam detik itu, seakan Tuhan lupa menciptakan suara.
"Kadang ku merasa, aku hanya boneka tali. Yang tergerak saja, tanpa keinginanku."
Dilam dan Joyce melongo.
Bertanya-tanya apakah ia kesurupan atau memang kisah ini sedang ngawur sengawur-ngawurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Area5758
SpiritualDan untuk semesta yang mengembang setiap waktu dan ruang oleh kehendak-Nya, keseluruhannya menuai peran masing-masing. Mereka dan mereka lainnya yang hanya titik kecil dalam semesta dan semestamu. Benarkah mereka sungguh-sungguh setitik kecil?