1,1

9 4 0
                                    


::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Plak...
Suara itu...
"apa maksud mu?" tanya perempuan yang sekarang sedang duduk bersimpuh mencoba untuk menahan sakit, "kau tak tau?kenapa kau masih disini?" tanya pria paruh baya itu, sambil mendekatkan pisau ke leher perempuan itu.
"pergi atau ku bunuh" kata pria itu,
"kenapa? Aku tidak ingin pergi dari sini" kata perempuan itu, berusaha untuk menahan pisau didepannya,
"PERGI,AKU TIDAK TAHAN LAGI" kata pria itu sambil menancapkan pisau ke perutnya.
Darah itu darah dari perempuan yang ku cintai,darah dari ibu ku.

Aku hanya bisa diam diri,berusaha berlindung diantara selimut tebal ini.
Hanya menangis tanpa bersuara, aku hanya berharap takdir memperbaiki semua ini.
Entah kenapa semua senyap, sepi dan sunyi,  aku mencoba untuk keluar dari kamar ku, dan melihat apa yang terjadi.
Aku sampai diantara mereka, entah aku harus membenci siapa, ibu ku atau ayah ku, mereka adalah orang yang ku sayangi, tidak aku tidak menangis hanya saja sakit.
"ayah... " kata ku sambil mencoba membangunkannya, darah terus bercucuran dari lengan putihnya. Aku mencoba untuk menghambat darahnya dengan cara menuntupnya, tapi sia sia. Di sebelahnya terdapat surat darinya.

Leo...
Maafkan ayah sudah membunuh ibu mu, dan maafkan ayah yang sudah bunuh diri. Maafkan ayah karena tidak membelikan kamu baju itu, dan tolong maafkan juga ibu mu, ayah tidak membenci ibu mu, hanya sakit yang ada dalam perasaan ayah lah.
Maaf kan ayah, ayah sudah menghubungi paman mu agar mengangkat mu menjadi anaknya, jangan melawan pamanmu ya.

Maafkan kami sekali lagi.
                                                Ayah.

Aku menangis, ya aku melanggar perintah ibu ku, bahwa laki laki jangan pernah menangis. Aku hanya bersimpuh di hadapan mereka dan berharap mereka bangun dan memelukku untuk terakhir kalinya, tapi sia sia.
Aku mendengar pintu terbuka dengan cara di tendang, ada seseorang mengendong ku dan beberapa orang yang membopong jasad ayah dan ibu ku. Aku hanya menangis dalam gendongan paman ku.

"tak apa" kata pamanku sambil mencoba menenangkan ku.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Are you enjoy this story?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang