Suasana bandara Ahmad Yani ramai, seperti biasa. Meski bukan musim liburan, kulihat hampir seluruh kawasan bandara dipenuhi orang yang hilir mudik dengan setelan jas yang tampak necis.
"Sayang, maaf, ya?"
"Buat?"
"Sering ninggalin kamu."
Dia tersenyum tulus menatapku teduh. "Nggak apa. Aku nggak masalah. Toh kamu pergi urusan kerja dan itu buat keluarga kecil kita nantinya, kan?"
Jawaban itu sedikit menenangkan gundah yang menggumpal di dadaku. Senyum itu bagai magnet, membuatku tidak tahan untuk balas tersenyum dan mengecup mesra dahinya. Wanitaku.
"Aku beruntung punya kamu yang bisa pahamin aku."
"Aku lebih beruntung punya kamu yang perhatian banget sama aku meski kamu sibuk. Oh, iya. Besok aku ada reuni temen SMA."
"Hm? Dimana? Kok mendadak sih?" Tanyaku heran sambil melonggarkan pelukan kami. Aku menatapnya tajam, menuntut jawaban dari bibir kecil manis itu.
Kulihat ia berdecak dan memutar bola matanya. "Nggak mendadak! Kamu sih sibuk, aku jadi ngga bisa bilang ke kamu."
Ah, sepertinya dia kesal karena aku terlalu sibuk. Wanitaku yang malang.
"Aduh.. iya deh. Maafin aku ya, Sayang! Aku janji habis ini aku luangin baanyak waktuku buat kamu. Kamu jangan murung, dong.."Kutatap ia dengan sorot teduh milikku, tentu saja membuatnya luluh dan mengangguk, mengiyakan. "Besok acaranya di Jogja, 3 hari aja kok."
"Okay, kamu hati-hati, ya? Jangan ngebut!" Aku mengecup pelan dan mengacak gemas kepalanya.
"Perhatian-perhatian..." Suara pengumuman terdengar menguar di dalam bandara. Aku pun pamit pada kekasih hatiku ini. Belahan jiwaku.
"Ya udah, aku berangkat dulu. Jaga diri baik-baik!"
Dia mengangguk sambil memelukku erat tanda perpisahan. "Kamu juga, kabari kalo udah sampe sana. Jangan selingkuh!"
Aku terkekeh mendengar kata posesifnya. "Hahaha... Nggak bakal lah!" Lalu mengurai pelukan. Kulambaikan tangan menjauh darinya. Kukuatkan hatiku yang sejak tadi gelisah. Aku yakin, kami akan baik-baik saja. "See you, Sayang! Love you!"
"See you! Love you too!"
☆☆☆Aku mengerjap pelan menyesuaikan mataku dengan cahaya di sekitarku. Apa yang terjadi? Rumah sakit?? Argh, kepalaku sakit sekali.
"Syukurlah Anda sudah siuman. Biar saya panggilkan dokter dulu."
Aku tak mampu menjawab ucapannya. Entah siapa pun itu. Aku terlalu fokus menguasai sakit di kepalaku.
Tak lama dokter dan seorang lainnya masuk.
"Syukurlah, Bapak tidak mengalami cedera parah. Hanya benturan agak keras di kepala bagian belakang. Tapi sekarang tinggal pemulihan. Serta beberapa luka jahit di tangan dan kaki Anda," jelas dokter tersebut.
"Ap-pa y-ang te-rjadi pa-da s-saya dok-ter?" Tanyaku terbata.
"Oh, Anda mengalami kecelakaan pesawat seminggu yang lalu. Untunglah Anda berada di posisi yang aman."
Apa?! Seminggu yang lalu?
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Lalu dimana Sasa?"Maaf, Pak. Pihak rumah sakit tidak bisa menghubungi siapa pun untuk menemani dan merawat Anda. Identitas dan ponsel Anda terbakar saat kejadian," jelas dokter itu mengerti pandanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way We Get By
Short StoryIni cerita kesekian, aku ambil short story aja biar ngga ngared dan nggantungin kalian :v Just read if you want it :* Hope you all enjoy it :") I don't force anyone :))