Kepada Levi Ackerman
Ini Eren Jaeger. Tetanggamu. Teman dari keponakanmu. Anak dari dosen yang pernah mengajarmu. Bocah menyebalkan yang sering menganggumu.
Yang ingin kukatakan adalah, aku menyukaimu. Sikap ketusmu. Omongan sarkasmu. Tatapan dinginmu. Apalagi otot enam pakmu.
Oke, abaikan kalimat terakhir.
Intinya, aku mungkin tergila-gila padamu. Sampai dimana aku merasa, aku tidak mengenal diriku yang dulu. Seolah di dunia ini tidak ada Eren Jaeger sebelum bertemu seorang Levi Ackerman.
Kau tak perlu menjawab. Kau tak perlu tahu. Jika kau tahu, aku takut kau akan pergi karena perasaanku. Aku laki-laki, kau juga. Kita satu gender, sama-sama punya belalai di antara dua kaki. Mungkin kau akan jijik denganku, kemudian menjauhiku.
Percayalah, aku tak ingin itu terjadi.
Levi, mencintaimu adalah sepenuhnya hakku. Dan bagaimana perasaanmu kepadaku bukanlah urusanku. Aku adalah seorang yang percaya, cinta itu tumbuh. Sekeras apapun kau menutup hati, aku bisa lebih keras mencintaimu.
Namun aku ingin tetap dalam porsiku.
Cukuplah aku menjadi tetanggamu. Teman dari keponakanmu. Anak dari dosen yang pernah mengajarmu. Bocah menyebalkan yang sering menganggumu.
Kau pernah bilang aku bocah kelebihan hormon. Kau benar soal itu. Hormon membuatku sering memikirkanmu. Hormon membuatku sering berdelusi tentang dirimu. Hormon membuatku bermimpi tentangmu. Hormon membuat celanaku basah tiap pagi. Hormon membuatku mendesahkan namamu dibalik selimut.
Levi, kau hantu. Kalau diibaratkan, kau itu arwah gentayangan. Saat kau hidup pasti kau seorang penjahat. Karena sekarang kau sudah merampok hatiku tanpa sisa. Kau meninggalkan ruang kosong dihatiku. Dan dengan ketidakpedulianmu, kau pergi meninggalkan aku.
Levi, kau hantu. Kau arwah penasaran. Kau menghantuiku. Selalu saja aku merasakan kehadiranmu disekitarku. Melayang-layang dalam memori, meninggalkan sensasi familiar yang tercatat rapi di otakku. Ah, mungkin aku merindukanmu.
Rindu sampai gila rasanya. Padahal kau begitu dekat. Tapi hatimu terasa begitu jauh. Saking jauhnya, aku hanya bisa melihatnya sebagai titik bercahaya di langit malam.
Levi, kau itu bintang. Begitu jauh, indah, tapi hanya terlihat saat langit cerah. Kau mempesona, tapi tak bisa tersentuh olehku. Kau adalah fantasi terliarku. Obsesi yang mengekangku. Bintang jatuh yang berusaha kugapai.
Dan semua orang tahu, menggapai bintang jatuh adalah mustahil.
Mimpi ada untuk dicapai. Maka kau bukan mimpiku, kau fantasiku.
Kau adalah kemustahilan yang menjadi fantasiku. Kau adalah seseorang yang ingin kugapai, namun tanganku tak akan bisa sekedar menyentuh kemeja licinmu.
Mengenalmu membuatku tahu.
Jatuh cinta ternyata bisa begitu memabukkan. Membuat otakku berpindah ke tempat lain. Aku bisa merasakan kupu-kupu imajiner terbang kala berada dekat denganmu. Atau detak jantung yang bertalu-talu tiap mata ikan matimu menatapku.
Namun aku lupa, aku belum sadar kala itu. Jatuh cinta mempunyai dua sisi. Sisi terang dimana kebahagian diagungkan. Sisi gelap dimana kesengsaraan menyeretmu dalam kegelapan tiada berujung.
Kala itu aku belum tahu. Jatuh cinta ternyata bisa sesakit ini.
Levi, meskipun kau pendek, aku menyukaimu. Meskipun kau terlalu jujur dan kasar, aku menyukaimu. Meskipun kau jelas-jelas lebih tua dariku, aku menyukaimu. Meskipun kau tidak pernah melihatku, aku menyukaimu. Meskipun cintaku bertepuk sebelah tangan, aku menyukaimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish (Levi x Eren)
FanfictionKetika diary galau milik Eren, dibaca oleh Levi. Disclaimer to Hajime Isayama. For Eren's Birthday Warning : bxb, shounen-ai, AU, modern setting Gambar bukan milik saya. #Repost