One Part - One Shot Story
Diadaptasi dari kisah nyata
***Percaya gak kalo mitos dosen ganteng, baik hati, dan bikin baper itu ada di dunia nyata? Kalo lo gak percaya, gue buktinya!
Gue adalah angkatan paling akhir di tahun ini alias mahasiswi semester akhir. Seperti yang lo tahu, kegiatan semester akhir adalah kegiatan paling memuakkan sepanjang lo kuliah empat tahun. Tahun yang terkadang bikin lo mending lempar tumpukan kertas skripsi dan lanjut kawin ha ha ha.
Tapi perlu lo tahu gak semua hal di semster akhir itu memuakkan. Kadang kala justru menyenangkan disaat yang seperti gue alami sekarang ini.
Gue mengajukkan dua judul sesuai dengan keyakinan gue bakal di terima ke salah satu dosen. Terus terang gue enggak kenal dosen yang sekarang ada di depan gue. Orang nya kurus, berkacamata, dan sangat sederhana. Seperti kebanyakan dosen-dosen IT pada umumya, beliau nampak sangat cuek. Kecuekan nya di dukung dengan secangkir kopi hitam diatas meja dan satu batang rokok diantara jari telunjuk dan jari tengah nya.
"Bagaimana Pak Hadi, apakah judul saya bisa masuk kriteria skripsi?"
"Eum..." beliau masih menimang-nimang laporan awal gue. Beliau membolak-balikkan kertas gue dan mencoret beberapa hal yang gue enggak ngerti.
Terus terang dalam keadaan ini saja Jantung gue berasa mau copot. Apalagi nanti gue sidang beneran?
Beberapa lembar yang gue buat semalam cuma BAB sama cover saja. Selain itu tidak ada. Kenapa gue cuma buat itu? Alasannya karena sewaktu bimbingan dari Ibu Kaprodi, materi itu saja yang wajib dibawa.
"Metode kamu tidak tepat. Kamu cari refrensi lain atau tanya ke dosen mata kuliah tersebut." ujarnya kepadaku.
Dosen mata kuliah? Hm, kalau gak salah waktu itu yang ngajar Bu Alia kan?
"Hm, siap pak. Baiklah. Saya akan mencari lagi. Tap-pi, saya diterima jadi mahasiswi bimbingan bapak kan?"
"Iya." jawabnya sangat santai sambil membubuhkan tanda tangan diatas laporan persetujuan bimbinganku.
Huh, akhirnya gue punya dosen bimbingan juga. Jadi gak harus mikir lagi deh gue ke depannya mau dibimbing siapa.
"Tapi dosen pembimbing dua tolong kamu tulis Pak Arkan ya?"
"Pak Arkan pak?"
"Iya. Pak Arkan saja."
"Saya jadi ketemu dan ijin dulu pak ke Pak Arkan?" tanya gue memperjelas ke Pak Hadi.
"Gak perlu. Tulis aja namanya Pak Arkan."
Hah?? Gak ijin nih? Wah gak sopan gue.
"Kenapa kamu bengong saja. Sudah tulis saja nama Pak Arkan!" perintah Pak Hadi.
"I-iya pak." akhirnya gue tulis aja nama Pak Arkan meski dengan seribu pertanyaan tentang pemilihan beliau sebagai dosen pembimbing kedua.
Seharusnya kan gue ijin dulu sama beliau tapi karena Pak Hadi sudah memaksa, ya sudah lah. Mau gimana lagi kan.
Singkat cerita, beberapa minggu setelah gue ketemuan sama Pak Hadi membahas skripsi gue, gue ketemu sama Bu Alia. Perlu lo tahu aja nih, Bu Alia salah satu dosen favorit gue. Bu Alia ini selain cantik, juga baik. Idaman semua mahasiswa kan ketemu dosen begini?
Sebenernya dalam lubuk hati gue paling dalam, gue pengen banget jadi mahasiswi bimbingannya Bu Alia. Tapi keterbatasan kuota bikin gue gak bisa lagi masuk jadi deretan para mahasiswa bimbingannya.
Tahu sendiri kan kalau ada dosen baik, cantik, dan sabar pasti idola banget di kampus.
Gue ketemu Bu Alia karena gue pengen membahas metode terbaik untuk judul gue. Pencocokan judul dan metode menjadi sebuah kesinambungan agar proses skripsi gue lancar kayak di jalan tol.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Handsome Teacher (Complete)
Short StoryBeliau adalah dosen yang sempurna