Dipertemukan kembali

1.5K 143 0
                                    

Aku si wanita ninja yang akan bersyair

Sepertiga malam mulai beriang. Alam semesta dengan bangganya menyambut kedatangan sang Maha Kuasa dari arsy untuk mendengar permohonan hambanya lebih dekat. Aku melamakan sujudku dengan hati yang lebih gundah.

Rabbi.. Kenapa hatiku gundah seperti ini. Ampuni aku Rabbi, aku tidak bisa menemui Mu dengan khusyuk dalam sepertiga malamku. Selesai salam kembali ku kumandangkan pujian-pujian untuk Nya. Allah Sang Maha Kuasa atas segala makhluknya.

Teringat aku akan lelaki yang berpapasan kian detik denganku di kereta bawah tanah. Dia menutup dirinya rapat-rapat, aku beristighfar kembali. memikirkan seseorang yang bukan mahram bagiku merupakan suatu dosa bagiku. Namun kenapa dengan hati yang selalu mengingat akan bayangnya.

Kembali aku menentramkan hati dengan membaca kalam-kalam Allah dalam kitabnya. Ku dengungkan air mata di sepertiga malam kota seoul yang masih ramai dengan urusan-urusan kesenangan dalam tenang.

Kuselipkan kembali doa dalam hati untuk menentramkan hati ini.

"Ya Allah, dzat yang mengarahkan hati. Arahkan hati-hati kami untuk selalu taat kepadaMu." selepas itu baru aku merasa hatiku mulai tenang dengan sendirinya.

Korea, kota yang digilai dunia kini telah berkumandang adzan subuh di puncak-puncak gemilang fajar. Kembali ku gelar sajadahku. Melaksanakan sunnah fajar dengan subuh setelahnya.

Aku makin terkesiap, matahari sudah menginjak bumi ginseng dengan teriknya. Allah Maha Besar, di musim dingin ini Allah masih memberi nikmat melimpah dengan cahaya matahari yang Masya Allah sekali indahnya.

Kupersilahkan diriku menikmati makananku sebelum aku beraksi di negeri asingku ini.

Drrrttt..

Telepon dari Farhan, saudara sepupuku.

"Assalamualaikum?"

"Waalikumsalam. Fatimah, perlukah aku mengirimi kendaraan pribadi bagimu. Ibumu sudah lama menunggu."

Aku tersenyum,  Farhan begitu cerewet pagi ini.  "Tidak usah. Perjalanan dengan kereta bawah tanah akan lebih mengehmat waktuku dan uangmu. Kamu tidak usah khawatir."

Aku mendengar dia menghembuskan napas berat di seberang sana.

"baiklah, jika itu yang kau pilih. Assalamualaikum. "

"Waalaikum salam."

Aku mulai mengemas barang seperlunya untuk menjemput ibukku yang baru saja datang dari Indonesia. Dengan kacamata bulat yang kuletakkan, membuat penampilanku akan semakin dipandang aneh oleh orang-orang yang masih keturunan mongol ini.

Dengan sekejap aku telah berada di stasiun dimana satu-satunya kendaraan umum yang pernah kunaiki selama lima tahun ada di negeri asing ini. Jujur, jika bukan karena perintah Ayah aku juga tidak ingin ada di sini. Lebih baik melanjutkan studi Masterku di Mesir.

Pintu terbuka otomatis, menampakkan sebagian orang yang sudah lusuh. Mereka terlalu lelah bergeming di kereta bawah tanah. Sebagian terkejut melihatku sebagian acuh. Baru saja kusenderkan bahuku seseorang duduk disampingku.

"ninja? Kau ninja yang waktu itu duduk di sudut kereta bukan? Wah pertemuan kita sudah lama sekali. " suaranya terdengar berat, dia adalah seorang lelaki. Kuputuskan untuk mengambil beberapa jarak kursi di antara kami.

"kenapa menjauh? Ya! Aku ini tengah bicara padamu." kebiasaan orang Korea, mereka selalu mengucapkan kata Ya di depan kalimat sewaktu mereka kesal.

"ada apa? Kamu mengenal saya?" jawabku sesingkat mungkin. Aku mendengar dia menghembuskan napas panjang.

Tanpa suara tiba-tiba dia berdiri di depanku seraya menyodorkan suatu benda yang dibungkusnya rapi dengan kain putih bersih dan pita berwarna emas.

"ini apa?"

"bukumu, tertinggal sewaktu kau tergesa meninggalkan kereta. Dua minggu lebih lima hari yang lalu."

Spontan aku beristighfar, begitu lalainya aku hingga Kalamullah aku tinggalkan.

"Terimakasih."

Dia kembali duduk dengan jarak dua kursi di antara kami.

"Siapa namamu?" tiba-tiba dia kembali bertanya. Kondisi kereta sepi, mereka memilih duduk dan beristirahat di gerbong pertama. Sedangkan di sini tersisa aku, dia, dan beberapa orang yang tengah tertidur pulas.

"Saya Anna Fatimah Aishah Az-Zahra."

Dia hening sejenak. "itu namamu?" aku mengangguk dengan pasti. Mungkin istilah nama seperti itu sangat jarang ditemukan disini.

"Jika kamu kesulitan, panggil saja saya Anna." dia mulai mengangguk.

"kenapa kamu selalu menunduk, padahal kita berdua berbicara?" Ya Rabb, lelaki ini terlalu banyak bicara. "Oh ya.." dia menelusuri tiap sudut kereta untuk memastikan tidak ada siapapun.

"Aku Lee Jong Suk." ekspresinya menjadi datar ketika tidak melihat perubahan reaksiku.

"kau tidak tahu siapa aku? Oh Tuhan, kau sungguh tidak tahu? " dengusnya.

"aku ini aktor ternama korea. Lee Jong Suk. Mungkin kau pernah melihatku di drama School 2013, W World, Pinochio, atau While you're while sleeping?"

Mungkin sekarang rautnya sedang kesal. Sungguh aku tidak tahu dia sedang membicarakan apa?

"baiklah. Kita jangan bahas itu, aku ingin kau menjawab pertanyaanku tadi. Kenapa kau terus menunduk padahal kau bicara padaku? " tanyanya dengan nada yang naik.

"karena kita bukan mahram. " jawabku lagi dengan sesingkat-singkatnya.

Ku tebak, ekspresinya mungkin sedang bingung.

"Entahlah. Aku punya pertanyaan lagi untukmu." dia terdengar dengan nada yang serius.

"Kenapa kamu menganggungkan Allah,  dan selalu saja gambaran tentangnya terlihat menakjubkan. "

"Sebenarnya siapa Allah itu?" sambungnya dengan nada getar serius.




#Nb. Sudut pandang dari cerita ini ada dua. Sudut pandang dari Lee Jong Suk dan Anna Fatimah kalau mungkin tidak mengerti mohon maaf.

Sudut pandang akan di pisah dengan tanda *** atau judul yang ber-font tebal terimakasih.

Syahadat di Langit KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang