Koridor Hogwarts masih sepi pagi itu. Belum ada kelas yang dimulai di pagi musim dingin. Bukan hanya murid, guru-guru pun menikmati nyamannya tidur di udara yang dingin. Namun, nyatanya ada saja murid yang dengan semangat berjalan di sepanjang koridor sambil menggotong sapu terbangnya. Ia berjalan menuju lapangan Quidditch yang ditutupi oleh buliran salju. Begitu memasuki ruang ganti, ia menemukan sekumpulan murid dengan pakaian lengkap musim dingin, bersandar sambil memegang sapu terbang mereka.
"Akhirnya sang ketua datang," ujar seorang gadis berambut merah yang tampak ngantuk. Ia bersandar di dinding dan matanya sedikit tertutup. "Bisakah kau bikin waktu pertemuan yang lebih lazim?"
"Ini waktu yang pas," kata murid laki-laki yang barusan masuk itu. Ia melihat ke sekitar. "Apakah kita sudah lengkap? Di mana Niamh?"
"Come on Dave, kau berharap dia mau bangun jam segini?" tanya gadis berambut merah bernama Piper tersebut, "Memangnya kita baru kenal dia satu hari?"
"Kita akan mulai dulu kalau begitu," jawab Dave, "Dan well, well, aku punya taktik baru di pertandingan yang baru."
"Jelaskan dengan cepat sebelum kita tidur," saut salah satu anggota laki-laki lainnya.
"Oke." Dave mengambil selembar perkamen dari sakunya, melebarkan perkamen itu, menunjukkan corat-coretnya semalam. "Pertandingan selanjutnya, kita akan melawan Slyherin. Oh yeah, jangan pernah remehkan mereka. Walau kita punya tim yang lebih hebat, mereka selalu saja menang dengan kelicikan mereka.
"Jadi karena itu aku telah menyiapkan taktik baru ini. Taktik ini benar-benar sangat jenius, lihatlah betapa tidak terbacanya..."
"Oh hai kawan-kawan, maaf aku terlambat." Niamh datang sambil terengah-engah. Rambut pendek hitamnya terlihat masih berantakan. "Apa aku ketinggalan sesuatu?"
"Tidak juga, kau ketinggalan pidato hebat Dave," kata Piper.
"Baguslah, aku memang sengaja datang untuk melewatkan itu," ujar Niamh. Dave melemparkan tatapan mematikan pada adik perempuannya yang kini merapikan rambutnya dengan santai.
"Jadi, Niamh, kau chaser," Dave mulai memperhatikan kertasnya, lalu nampak bingung dan mulai mencari-cari di antara tulisan dan peta buatannya, "Kau, aku, dan Josh akan melakukan serangan dari sini, sini. Tidak ada matahari saat pertandingan, jadi kau tidak bisa melakukan taktik membelakangi matahari." Lalu Dave mulai berceloteh panjang lebar.
Pada dasarnya Quidditch adalah olahraga sihir yang amat sangat mudah dipahami. Permainan yang telah diturunkan bergenerasi-generasi ini beranggotakan tujuh orang. Tiga orang chaser bertugas melempar bola Quaffle atau bola merah ke tiang gol. Dua orang beater memegang tongkat Baseball, menampar bola Bludger atau bola gila untuk menyerang lawan. Satu orang keeper yang bertugas seperti kiper sepak bola, menjaga tiga tiang gol. Serta satu orang seeker bertugas mencari golden snitch yang lincah dan mengakhiri pertandingan.
Dave adalah ketua tim Quidditch Gryffindor, merangkap chaser. Ia berperawakan kurus namun amat lincah mengambil bola dan memasukkannya ke tiang gol. Sayangnya beberapa tahun belakangan, Gryffindor belum pernah berhasil meraih juara. Namun ini tidak memupuskan semangat tarung Dave.
Ia masih dengan semangat menerangkan taktik barunya. Semua mendengar dengan seksama kecuali gadis berambut merah yang rupanya sudah terlelap.
"Dan Piper," kata Dave pada akhirnya, "Piper?"
Gadis berambut merah itu terbangun mendengar namanya disebut, "Ehm? Apakah akhirnya seeker punya tugas?"
"Yeah, tentu saja, tugasmu mencari golden snitch secepat mungkin, jangan biarkan bludger menamparmu, bodohi seeker lawan, jangan dibodohi," kata Dave.
Piper menatap jengkel pada Dave. "Memangnya siapa seeker mereka?"
"Well, mereka mendapat seeker baru yang rupanya sudah tidak asing lagi, si Lucas Flint." jawab Dave mencemooh, "Aku tidak habis pikir, apa yang bisa dilakukan laki-laki yang tidak bisa menuang ramuan di atas sapu terbang?"
"Itu lebih baik daripada si Keegan Lestrange, ketua Quidditch mereka yang nangis kayak cewek hanya gara-gara cedera ringan," ujar Niamh.
Latihan mereka tidak berlangsung dengan baik. Selain karena ngantuk dan kedinginan, beberapa anggota masih dalam keadaan kurang fit karena cuaca yang berubah-ubah belakangan ini. Tapi mereka berencana untuk berlatih lagi besok.
Selesai latihan, Dave, Piper, dan Niamh bersama-sama kembali menuju asrama mereka. Sesampainya di menara Gryffindor, mereka disambut oleh seorang laki-laki berperawakan lebih besar ketimbang Dave. Dia adalah Billy Lupin, sahabat mereka.
"Hai guys, bagaimana latihannya? Kau tahu kemarin aku bermain gobstones hingga jam 2 malam, aku tidak diperbolehkan masuk oleh nyonya gendut," oceh laki-laki itu.
"Tidak aneh lagi, aku tidak kaget," kata Niamh.
"Lalu apa yang terjadi?" tanya Piper.
"Aku kembali ke klub Gobstones, bertemu Henry si Ravenclaw, lalu menyelinap ke asrama Ravenclaw. Tapi ia bahkan tidak bisa menjawab kata kunci asramanya, jadi kami kembali ke klub Gobstones dan ketiduran di sofa yang tidak empuk sama sekali," Billy mengakhiri kisahnya dengan nada sedih.
"Tidak heran," ujar Niamh, diikuti oleh pelototan Billy. "Sebentar lagi aku ada kelas ramuan, kita belum sarapan, dan aku tidak ingin Profesor Zabini memotong poin Gryffindor lagi karena aku terlambat."
Akhirnya Niamh, Piper, dan Dave bergegas kembali ke kamar untuk menganti pakaian mereka dengan jubah. Dengan jubah lengkap dan tas berisi buku pelajaran, mereka turun dari menara Gryffindor.
Dave, Piper, dan Billy kini sedang berada di tahun ke-5 mereka. Masih dengan jadwal pelajaran yang penuh, bahkan belum lagi ditambah oleh pelajaran tambahan. Tahun ini pun mereka harus melewati ujian tersusah, OWL – Ordinary Wizarding Level. Mereka tidak boleh terlewatkan satu pelajaran, atau resikonya tidak lulus. Sedangkan Niamh duduk di kelas empat.
Mereka sampai di aula besar, tempat di mana sarapan lezat telah menunggu. Tanpa tedeng aling-aling Billy segera menyantap makanan-makanan yang disajikan. Piper dan Dave pun segera mengambil sendok untuk menyantap omelette mereka. Niamh baru saja akan mengambil sendok ketika perhatiannya teralihkan.
Ia melihat sekelompok orang asing baru saja memasuki aula besar. Mereka mengenakan jubah panjang khas penyihir. Namun Niamh tahu, mereka bukan guru Hogwarts. Pemimpin kelompok itu adalah laki-laki bertubuh besar dan gelap yang tampak galak. Professor Zabini, guru baru ramuan yang duduk di kursi guru, segera berdiri. Niamh bisa membayangkan Professor Zabini, yang sok ganteng dan menyebalkan, bakalan mati jika dikepit oleh laki-laki bertubuh besar itu.
"Siapa mereka?" tanya Niamh.
Yang lain mengangkat kepala dari makanan dan melihat ke arah yang ditunjuk Niamh. Kelompok penyihir itu tampak sedang berbicara serius dengan Professor Zabini. Kemudian Professor Longbottom, guru Herbologi mereka ikut turun.
"Penguji OWL mungkin?" jawab Billy sembarang di tengah makannya.
"OWL kita masih musim panas, tidak mungkin mereka datang secepat ini," jawab Piper, ikut memperhatikan.
Dave mengernyit, "Bukannya mereka kementrian? Sepertinya aku tahu salah satu dari mereka adalah rekan kerja Dad."
"Kementrian? Ada apa mereka ke sini?" tanya Niamh. "Apakah menurut kalian rumor itu benar?"
Dave meletakkan sendoknya, "Tidak mungkin, kau tahu itu hanya kampanya hitam para menteri yang baru. Mungkin mereka di sini untuk menghukum murid yang melanggar Undang-undang di bawah umur 17 tahun."
Piper masih memperhatikan satu-satu wajah sekelompok orang di depan aula tersebut. "Kurasa mereka bekerja di Departemen Misteri."
"Departemen Misteri! Lihat, bisa jadi itu bukan hanya kampanye hitam. Sudah rahasia umum departemen itu bersifat independen dan tertutup," tukas Niamh.
"Masa bodo ah," Billy menyaut, "Yang penting kita punya waktu lebih banyak untuk menyantap makanan karena Professor Baker sibuk dengan mereka."
Percakapan tentang kementrian itu resmi ditutup dengan Billy yang mencelupkan kentang gorengnya ke dalam saos.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
The Battle of Hogwarts Games
Fiksi PenggemarOriginal story by J.K. Rowling & Suzanne Collins Fanfiction Story idea: Patricia & Nadia Written by: Patricia T. English Translation by: Nadia [Read the english version: @collaborationstories] Ada berjuta-juta sejarah yang tercatat di buku tebal sej...