“Uuuuuuuuuuuuuugggggggggghhhhhhhhh…………….”
“Kau kenapa, Yosano-san?” Tanya Kunikida, sambil mengerjakan tugasnya di laptop. “Aku sungguh bosan….. Tidak ada pasien yang harus kubedah…” Kata Yosano, bersender di tempat duduknya. “Kalau gitu, carilah kerjaan di sekitar kantor…” Kata Kunikida. “Haaah? Kau kira aku apa? Kunikida!” Teriak Yosano, merasa ingin melempar sebuah kursi ke arah Kunikida. “Kalau begitu, maukah ingin ikut denganku belanja baju untuk pesta malam nanti?” Tanya Resia.
“Pesta… Malam?”
“Ya, pesta malam. Sebuah acara spesial yang diselenggarakan oleh polisi militer untuk menyambut Komandan militer yang baru saja pulang bertugas dari Antartika. Kami semua pun diundang. Mungkin aku kelewatan memberitahumu… Kurasa semua anggota disini sudah kuinformasikan…”
“Semuanya ikut? Termasuk Pak Presdir dan Ranpo-san?” Tanya Yosano. “Ya.”
“Oh, baiklah! Jarang-jarang aku memanjakan diriku dengan berbelanja baju untuk diriku.” Senyum Yosano. “Oooh, kau tidak hanya mencari baju untuk dirimu saja, Yosano-san, tapi untuk semua anggota Armed Detective Agency! Kusudah diberitahu oleh Pak Presdir tadi pagi.” Senyum Resia.
“Heeh…? Mengapa mereka tidak mencari baju sendiri saja?” Tanya Yosano, dengan mukanya yang sudah menunjukkan bahwa ia tidak suka dengan idenya. “Perintah dari Pak Presdir. Hus, jangan yang kau pikirkan hanya membeli baju untuk dirimu sendiri yang mungkin akan kau gunakan ketika membedah pasienmu.” Usir Kunikida.
“Aku sungguh akan membedahmu dengan SANGAAAAAAAATTTTT dalam seperti kata-katamu…”
“Haii—Yosano-san… Kita harus buru-buru sebelum tokonya tutup!”
Dengan sejumlah uang dari Presdir, mereka bergegas ke toko pakaian pria dan wanita. “Selamat Datang!”
“Silahkan pilih, Yosano-san. Nanti malam akan menjadi malam yang penting, jadi tolong pilihlah baju yang bagus dan mudah dipakai untuk bergerak dengan leluasa.” Kata Resia sambil menunjukkan kartu tanda pengenal miliknya ke pegawai yang menyambut mereka. Pegawai itu bagaikan telah melihat sayton. Dengan penuh hormat dan panik ia menawarkan dan menanyakan berbagai macam kepada Resia.
“Apa yang ada di kepala Pak Presdir sampai ia mau membelikan kami baju…?” Gerutu Yosano sambil bingung memilih sejumlah baju berwarna merah champagne.
Dalam beberapa puluh menit, Yosano mendatangi Resia dengan sebuah pleat dress panjang berwarna merah champagne yang sedikit lebih gelap dari yang biasa. “Selera yang elegan, Yosano-san.” Puji Resia. “Setidaknya ini terlihat mudah untuk bergerak. Bagaimana denganmu?” Tanya Yosano. “Ini.” Resia menunjukkan sebuah slit dress panjang berwarna biru tua. “Seleramu juga cukup bagus, Resia.” Senyum Yosano. “Menerima pujian dari senior adalah salah satu kebanggaan dari seorang junior.” Senyum Resia.
“Apa sebaiknya kita belikan baju seragam untuk para cowok? Kecuali Pak Presdir, mungkin ia akan lebih memilih yukata…” Kata Yosano. “Kami menyediakan 1 set jas pria, lengkap dengan dasi yang bisa dipilih motif dan warna sesuka hati.” Kata seorang pegawai yang menghampiri mereka.
Kemudian pegawai itu menunjukkan mereka ke bagian jas pria. “Silakan dipilih sesuka hati.”
Yosano menutup matanya. “Eh… Yosano-san…?” Tanya Resia. Yosano memutarkan badannya beberapa kali dan menunjuk entah apa. Ia membuka matanya. “Yang itu! Aku minta 6 set! Dengan dasi polos berwarna hitam!” Kata Yosano asal cetus. “Eh… Yosano-san… Apakah kau pikir ini adalah sebuah ujian atau semacamnya?” Tanya Resia. “Baik, nona.” Seorang pegawai bergegas ke gudang untuk mengambil set jasnya itu. “T-Tunggu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Double-SUICIDE (Dazai x OC) (indo. ver)
Fanfiction[COMPLETED] #7 in indofanfic (8 Juli 2018) #2 in osamu (22 Juli 2018) #3 dazaixreader (29 Agustus 2018) wait, what-- #6 in xoc (15 September 2018) Cerita ini di dedikasikan kepada teman" ane... Siapa sangka seseorang yang bosan dengan hidup dapat me...