Cinta tumbuh karena benci.
Cinta tumbuh karena perhatian kecil.
Cinta tumbuh karena terbiasa.
—FelDev▪▪▪
Devano menyesap minuman dingin di hadapannya dengan khidmat, bahkan jika ada dinosaurus yang lewat sambil goyang dumang pun tidak akan dipedulikannya.
"Dev—" panggil Nata yang duduk dihadapannya. Kedua jomblo ini memang femes suka makan berdua pada satu meja di cafe mini kampus sehingga tidak ada satupun orang yang berani nimbrung di tengah tengah mereka.
"Devano!" Suara Nata meninggi disertai gebrakan meja.
Devano tersentak kaget tetapi apa pedulinya, Ia kembali berkonsentrasi menghabiskan minumannya. Seluruh pengunjung cafe memandang mereka berdua, namun tidak lama kemudian perhatian mereka kembali terpecah.
"Devano budeg!" kata Nata setengah membentak.
Pletak. Nata memegang kepalanya yang telah menjadi langganan jitakan Devano.
"Lo mau di tumis?!" bentak Devano berdecak kesal.
"Gue bukan sayur." balas Nata sewot.
"Makanya kalau lo nggak mau ditumis, nggak usah ganggu kesenangan orang!" bentak Devano.
"Ya maaf, gue kan cuma mau nanya doang," Nata menghela nafas, kesal.
"Kita udah berapa lama sahabatan. Harusnya kan lo udah hafal mati kalau gue itu nggak suka diganggu pas lagi konsentrasi makan ataupun minum." jelas Devano dengan nada ngegas.
"iya deh," Nata menyandarkan tubuhnya di kursi. Ia lebih memilih untuk mengalah dibandingkan bertengkar dengan Devano yang rada mirip cewek PMS.
Devano kembali menyeruput minumannya dengan konsentrasi.
"Lo naksir yah sama si Cewek Najis?" tanya Nata tiba tiba, pertanyaan itu memang sejak tadi ingin dipertanyakannya.
"Uhuk, uhuk." Minuman yang berada di dalam mulut Devano spontan menyembur keluar. Ia kemudian menepuk dadanya yang sesak.
"Hah ternyata beneran," Nata tertawa lebar.
"Gue jadiin lo perkedel entar. Kalau ngomong tuh dipikir dulu dodol." Bentak Devano.
"Woles, santai bro. Gue cuma nanya kali," Nata ngikik.
"Kalau lo nanya pertanyaan itu sekali lagi gue benar-benar jadiin lo perkedel gosong." Devano melotot.
"Lah, gue kan cuma nanya bukan ngevonis lo suka sama dia, gimana sih?" balas Nata cengar-cengir seperti hidungnya kemasukan lalat ijo.
"Trus maksud lo yang ternyata beneran, apaan hah, gue botakin kepala lo entar!" ancam Devano dengan mata memelotot.
"Serem banget sih lo, lagian muka gue terlalu ganteng untuk menjadi Avatar kali." Nata melipat tangannya di depan dada dan berlagak santai.
"Rese lo, Nat—"
Devano tidak meneruskan kalimatnya saat iphone-nya bergetar. Refleks Ia membukanya dan mendapatkan notifikasi chat via whatssapp nangkring di sana. Senyum Devano seketika mengembang seperti adonan kue. Sejak tadi Ia memang menantikan chat tersebut.
Cewek Najis
Kuliah gue udah kelar.
Lo dimana?
Kita gunain kelas gue aja soalnya lagi kosong.
Me
Ogah, kelas lo banyak hamanya😒
KAMU SEDANG MEMBACA
TERNYATA CINTA [END]
HumorPART LENGKAP/PROSES REVISI Felicia Adzkya Hendriawan si cewek pemberani dan jago karate. Dia tidak takut siapapun termasuk Devano Ranggata Andalas si senior tengil dan sok senioritas. Dipertemukan di berbagai kesempatan membuat mereka selalu adu mul...