3.0 Piala

2K 74 0
                                    


Cowok itu memasukkan tangannya ke dalam hoodie berwarna navy yang ia kenakan. Berjalan angkuh memasuki cafe dengan mulut yang mengunyah permen karet. Matanya memandang tajam satu titik.

Tatapannya bahkan tidak beralih sedikitpun dari gadis yang sedari tadi ia tatap. Cowok itu memilih meja bernomor 7 yang berjarak tak jauh dari meja gadis yang ia perhatikan dari tadi.

" Greentea nya satu." Ucap cowok itu dingin kemudian mengembalikan buku menu yang baru diberikan salah seorang pelayan padanya. Walau sedikit kesal, pelayan itu mengangguk sedikit lalu meninggalkan cowok itu dengan wajah yang tidak bersahabat.

Cowok itu tidak peduli. Matanya tetap memandang gadis tadi tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun. Ia memakai masker hitamnya. Tatapannya beralih pada ponsel yang berbunyi sedari tadi.

Meletakkan ponsel di atas meja, cowok itu kembali menatap gadis tadi. Memperhatikan dengan baik gerak-gerik gadis itu. Mulai dari tawanya, wajah cemberut dan wajah datarnya. Tak luput dari perhatian cowok itu.

Dibalik maskernya, cowok itu tersenyum dingin.

" Bentar lagi sayang..."

-0o0-

" Gue butuh refreshing nihh.. jalan kuy. Kemana gitu.." Dara menatap kedua sahabatnya bergantian. Meminta persetujuan agar kedua temannya mengikuti permintannya untuk pergi jalan-jalan.

Dara, Dinda dan tentunya Diva tengah duduk disalah satu meja kantin. Saat ini sedang istirahat jadi mereka memutuskan untuk mengisi perut masing-masing di kantin.

" Ayok lah! Gue juga bosen di rumah." Dinda memberikan pendapatnya. Senyum kecil menghiasi wajah cantik Dara. Tinggal menunggu persetujuan Diva saja saat ini. " Lo ikut kan Div?"

Diva melepas sedotan yang sedari tadi ia gigit. " Kapan?" ucap cewek itu. Kini giliran Dinda dan Dara yang nampak mengerutkan dahi. Mereka berpikir kapan waktu yang tepat untuk menghabiskan qualitytime yang sudah mulai jarang mereka lakukan.

Dinda yang mulai sibuk latihan untuk pertandingan taekwondo sebulan lagi, Diva yang sekarang sedang menulis satu cerita di media online. Dan Dara sendiri yang belakangan ini sibuk mengurus cafe-nya.

" Sabtu ini gimana?" tanya Dara mengusulkan. Dinda dan Diva kompak mengingat apakah ada jadwal untuk mereka pada sabtu ini. " Gue bisa." Jawab Diva kalem seperti biasa. " Gue ada latihan sih malemnya, kita mau pergi jam berapa emang?" Dinda menanggapi.

" Pulang sekolah?" Tanya Dara. " Gue bisanya paling sampe jam enam. Nggak pa-pa kan?" Jawab Dinda. Diva dan Dara kompak mengangguk setuju. Walaupun tidak se-sering dulu, setidaknya mereka masih bisa menghabisi waktu bersama.

" Jadi Sabtu ini kan, pulang sekolah?" Dara memastikan. " Iyaa.." Jawab kedua temannya kompak. Dara tersenyum senang kemudian melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda.

Keadaan hening karna ketiganya sama-sama sibuk memakan pesanan masing-masing. Hanya kebisingan kantin yang terdengar. Juga suara dentingan sendok dan piring.

Diam-diam mata Dara menjelajahi kantin. Mencari satu sosok yang sudah jarang ia lihat. Dimana Alfy? Bagaimana kabarnya? Mengapa ia tidak terlihat belakangan ini? Mengapa Alfy tidak membalas satupun pesan yang Dara kirim? Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.

Tapi dari semua pertanyaan yang ada, Dara merasa ada satu pertanyaan yang bisa mewakili semuanya,

Mengapa Alfy seolah menghindar darinya?

-0o0-

Perasaan gugup luar biasa yang Alfy rasakan saat ini. Jauh lebih gugup dari saat ia meminta Lisa untuk jadi pacar dulu. Kaki cowok itu bergerak gelisah. Juga tangan yang sesekali tampak bergerak menghapus bulir keringat di dahinya.

Lucha || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang