Prolog

6 0 0
                                    

Byurrr......Suara air yang ditumpahkan.
"Apa yang kau lakukan hah? " Suara teriakan lelaki itu dengan muka marah
Orang yang ditumpahkan air tadi terkejut bukan main, baru saja ia merasakan ketenangan dengan tidur tiba tiba saja ada air yang datang entah dari mana asalnya. Lalu dia pun mendongak untuk melihat siapa orang yang telah melakukan hal itu, ah kenapa juga dia melihat, siapa lagi kalau bukan dia ya dia laki laki itu, Joan.

"Kurasa hidupmu sangat menyenangkan sekali bukan, kau bisa tidur dengan tenang padahal kau telah merenggut kebahagiaan orang lain, dasar wanita jalang" teriaknya lagi
Dia langsung menarik kasar rambut wanita itu, dan membawanya ke bathub kamar mandi yang sudah terisi air. Segera ia memasukkan kepala wanita tadi sampai-sampai wanita itu tidak bisa bernafas dan terbatuk-batuk.
"kau memang sepantasnya mati sialan.. "
Joan pun terus melakukan hal itu, dia tarik kepala wanita tadi lalu memasukkannya kembali kedalam bathub.

"Bu..nuhlah a..a..aku jika i..tu me..mang bi..sa mem..bu..at..mu ba..ha..gi..a..a Joan" ucap wanita itu dengan kalimat yang terbata-bata karna bernafas saja ia sudah susah payah.
"Hahahaha membunuh mu, tentu akan aku lakukan bitch, tapi tidak semudah itu. Bukankah sangat tidak menarik langsung membunuh si pembunuh"
Ditariknya kembali rambut wanita itu dengan kasar, dan dihempaskannya ke kasur dengan tidak berperasaan.
Wanita itu pun langsung meringis kesakitan, punggung belakangnya terasa perih, Joan dengan tidak berperasaan melemparkan dirinya di atas kasur itu yang keras itu. Ya kasur itu hanya sebagai syarat berada dikamarnya, busanya telah habis dan kerasnya bukan main. Wanita itu hanya diam dan menatap mata lelaki itu, berharap menemukan setitik cinta di manik itu. Tapi yang ia dapatkan hanya tatapan meremehkan, jijik, marah.
Dicekiknya kembali si wanita yang berada dibawahnya, sampai leher wanita itu berbekas kemerahan. Tidak ada rasa iba sedikit pun didalam dirinya saat melihat wajah wanita tersebut telah membiru. Ah dan Joan baru sadar, dia tidak mungkin membunuh jalang ini sekarang. Itu tidak akan pernah terjadi, ditariknya kembali tangannya dari leher wanita itu.
Kau berharap aku membunuhmu sekarang juga kan, dalam mimpimu Sonia, kata Joan sembari meninggalkan kamar tersebut.

**
Ya Sonia, itulah nama wanita yang disiksa tadi. Sonia hanya bisa menatap langit-langit kamarnya dengan kosong. Bodoh bukan, sekejam apapun sikap Joan kepadanya tetapi dia tetap tak bisa pergi juga dari sisi lelaki itu, disuruh pun dia tak mau. Cintanya sudah terlalu besar dan membuatnya kehilangan akal sehat.
Dia pun langsung berdiri, kakinya sudah sangat lemas dia paksakan untuk berjalan ke arah cermin. Wanita dengan rambut yang acak-acakan, bibir yang pucat, tubuh yang kurus, leher yang membiru. Itulah yang dia lihat di pantulan cermin yang ada didepannya. Rambut yang tadi ditarik Joan juga serasa perih, serasa rambutnya ditarik paksa dari kulit kepalanya.
"Aku tak bisa meninggalkan mu Joan, sekalipun kau menyakitiku yang bisa kulakukan hanya bertahan disisimu" kata Sonia dengan bodohnya.
Dia pun segera bergegas ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sendiri.

Sementara itu Joan sedang berada di kamarnya. Dia harus meredakan emosinya sebelum akal sehatnya hilang dan langsung membunuh wanita itu. Itu tidak akan menarik lagi jika sampai wanita itu mati. Bagaimana tidak dia tidak emosi, saat ia pulang dari kantor dia melihat wanita sialan itu dengan tenang nya tidur didalam kamarnya. Wanita itu memang tidak mempunyai hati, apa dia tidak sadar telah merenggut kebahagiaan orang lain dan dia bisa tidur tenang?? Sungguh Joan tak habis pikir, sesakit apapun siksaan yang ia berikan pada Sonia tetapi wanita itu tak pernah sekalipun menitikkan air mata. Sonia hanya diam dan menerima saja.
"Sialan, bagaimana mungkin dulu aku bisa..." Desis Joan terputus, matanya kembali menyorotkan api dendam.
Dendam itu telah menguasai hatinya.

Setelah Sonia selesai membersihkan dirinya, dia pun turun kebawah untuk membereskan rumah. Saat ia turun ternyata rumah itu telah sepi. Sepertinya Joan telah pergi, katanya. Dia pun mulai membereskan kepingan kaca perabotan rumah yang pecah, ini pasti ulah Joan. Setiap kali Joan menyiksanya, lelaki itu juga akan menghancurkan barang barang yang ada dirumah itu.
Dengan hati-hati ia mengambil kepingan kaca itu satu persatu, "akhhhh" ia meringis saat ada satu kepingan yang mengenai tangannya.
"Ternyata tidak semenyakitkan itu" gumamnya.
Kesakitan yang ia alami karna Joan membuatnya menjadi lebih kuat, ya kuat secara fisik tapi tidak dengan hatinya. Jika mungkin hatinya dapat dilihat sudah dipastikan bentuknya, hancur sehancurnya. Tapi apa yang bisa dia lakukan, hanya bertahan. Jika ia pergi maka sama dengan bunuh diri, karna Joan adalah seluruh hidupnya dan juga Joan pasti akan menemukannya kembali dan menyiksanya.

Setelah dia selesai membereskan seluruh ruangan rumah, kecuali kamar Joan. Tak ada yang boleh masuk ke kamar itu, walaupun dulu dia dengan sesuka hati keluar masuk kamar milik Joan tersebut. Semuanya tak akan pernah kembali bukan, jeritnya dalam hati. Kenangan yang dulu hanya membuatnya sakit.

Hati bisa berubah dengan cepat bukan...

MisunderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang