Part 1

5.1K 404 32
                                    

Please ya, Brem, kita nonton film horor aja. Mumpung aku ketemu teman-teman lamaku...” pinta Tania kepada Brema.

Malam ini benar-benar malam paling sial buat Brema. Rencana nonton film romantis berdua Tania pacar tersayangnya yang sudah dirancangnya jauh-jauh hari jadi berantakan.

Gara-gara Tania bertemu geng sekolahnya waktu SMP yang memaksa Tania untuk ikut nonton film horor tentang Pocong.

“Tapi, Tan, kita kan rencana mau nonton film Avatar. Kan sudah kita rencanain sejak lama. Lagipula, teman-teman kamu itu bakal merusak acara kencan kita nanti.” Brema mencoba menolak secara halus.

“Apa maksud kamu teman-temanku bakal merusak acara kencan kita? Oooh, kamu nggak suka ya, sama teman-temanku, Brem?” kata Tania sinis terlihat agak kesal sambil sedikit membelalakkan matanya yang memang sudah bulat.

“Eh, maksudku ... kita kan punya kesempatan jalan berdua belum tentu seminggu sekali, Tan. Saat ini kesempatan kita ngabisin waktu berdua aja. Kalau ada teman-teman kamu, nanti pasti kamu lebih sibuk ngobrol sama mereka daripada sama aku.” Brema membela diri.

Tania menampakkan wajah cemberut.

Sial! Emang dasar cantik, biar cemberut, tetap saja cantik! rutuk Brema dalam hati,  dia sering kesal pada dirinya sendiri karena selalu saja tak berdaya menghadapi Tania.

“Aku udah lama nggak ketemu teman-teman SMP-ku ini. Lia, Sesya dan Donita sekolah di SMU lain. Kebetulan kami ketemu sekarang. Belum tentu besok-besok ketemu lagi. Ngertiin aku dong, Brem!” rajuk Tania lagi.

Brema hanya bisa terdiam menatap sayu wajah manis Tania.

“Ya udah kalau kamu nggak mau ikut nonton. Kamu nonton Avatar  sendiri aja sana! Aku mau nonton sama teman-temanku!” seru Tania akhirnya setelah beberapa saat Brema tetap terdiam tak tahu harus berkata apa.

Brema menelan ludah. Wah, repot kalau Tania sudah mulai ngambek.

“Eh, jangan ngambek dong, Say! Bukannya aku nggak suka sama teman-teman kamu, tapi ...”

Brema berusaha menjelaskan.

“Nggak ada tapi-tapi. Aku nggak keberatan kok nggak nonton sama kamu!” suara Tania masih saja ketus.

Brema terdiam sesaat. Terkadang dia ingin tak mau mengalah. Tapi setelah dia pikir-pikir lagi, tak apa-apa sekali-sekali mengalah demi pacar.

Brema mengembuskan napas berusaha melegakan rongga dadanya yang sesaat tadi terasa agak sesak.

“Iya deh, Tania sayang! Aku ikut nonton bareng kamu dan teman-teman kamu,” kata Brema akhirnya bernada pasrah.

Mendadak wajah cemberut Tania berubah ceria. Tania tersenyum manis.

“Nah, gitu dong. Itu baru pacar teladan. Cepetan ya Say, beli karcisnya buat lima orang!” kata Tania kali ini dengan suara lembut sambil tetap menampakkan senyum manisnya.

Hah? Maksudnya, aku juga yang bayarin karcis mereka? Heh! Pacar teladan apaan? keluh Brema dalam hati.

Namun dia terpaksa melaksanakan permintaan Tania walau dengan wajah bersungut-sungut. Biarlah kali ini dia mengalah.

Bukankah terkadang seseorang harus mengalah untuk menang? Walau pun Brema tak yakin apa yang akan dia menangkan. Sepertinya kali ini dia kalah telak!

Benar saja. Di dalam bioskop, Tania malah sibuk saling teriak dan berpelukan dengan sahabat-sahabat wanitanya itu. Brema merasa dilupakan.

Jangan-jangan Tania memang lupa kalau Brema juga ikut menonton film horor ini dan duduk di samping Tania.

Brema merasa gelisah. Dia tak bisa menikmati film yang disuguhkan. Dia tidak suka film horor Indonesia. Apalagi yang ada pocongnya.

Hiyy! Males banget liatnya! keluh Brema dalam hati.

Brema memejamkan matanya. Berusaha untuk tak terlibat dengan keadaan sekelilingnya yang didominasi wanita-wanita menjerit ketakutan.

Brema merasa aneh dengan tingkah penonton film ini. Sepertinya mereka memang sengaja ingin menikmati ditakut-takuti.

Jangan-jangan mereka memiliki penyakit psikologis yang menganggap horor itu nikmat!

TBC ...

**=====================**

Hai teman-teman. Selamat baca cerpen karyaku ini yang pernah dimuat di majalah Story ya. 😊

Tungguin lanjutannya besok 😉

Salam,

Arumi

Interview With PocongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang