BAB 1 : Wanita yang Ditakdirkan

33 3 20
                                    


Lift menunjukkan lantai lima. Seorang siswa SMA keluar dari lift lalu menemui seorang editor novel. Pria itu menunggu dan melihat jam yang ada di tangannya.

"Aku menunggumu Amano, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Ajak pria itu.

Mereka keluar dari gedung penerbit lalu pergi menuju kafe terdekat di daerah itu, lalu mereka melihat ada meja kosong untuk berdua di dekat jendela, mereka pun duduk sambil memesan pria itu memesan es kopi sedangkan Amano memesan jelly kopi.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Amano.

"Ahh, ehmm, illustrator mu Rea dia tidak bisa bekerja sama denganmu lagi." Kalimat yang dikeluarkan pria itu membuat Amano terkejut.

"APA?!" Amano berdiri dan terkejut sambil menghentakkan meja, hentakkan meja itu membuat orang lain yang berada di kafe melihat Amano.

"Bodoh! Ssssttt.... Suaramu terlalu keras!" Amano kembali duduk dengan rasa sedikit malu.

"Tapi kenapa ? Kenapa dia tiba-tiba berhenti?"

Seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka.

"Maaf menunggu lama ini es kopi dan jelly kopi nya, silahkan dinikmati" Lalu pelayan itu pergi.

"Dia ingin berhenti menjadi illustator, karena dia akan pindah ke Amerika".

Dua menit berlalu sementara Amano sedang mendinginkan kepala terlebih dahulu, Yuuki Rea adalah illustrator Amano yang sudah bekerja sama selama dua tahun, mereka cukup akrab, kalau Amano sudah terkejut sih itu sudah wajar. Mereka pertama kali bertemu di gedung penerbit saat Amano mencari illustrator, Amano dulunya jarang bersosialisasi tidak pernah berbicara dengan perempuan selain saudaranya dan ibunya jadi dia menyerahkan itu kepada editornya namun, editor Amano menyuruhnya untuk pergi ke gedung penerbit, awalnya Amano tidak mau tapi, setelah dipaksa akhirnya dia mau disitulah mereka bertemu.

"Jadi sekarang aku harus bagaimana?" Amano masih kebingungan dengan hal tersebut.

"Yah, mau bagaimana lagi kita harus mencari illustrator yang lebih baik dari Rea" Dengan muka putus asa pria itu menjawab pertanyaan Amano.

"Tapi apakah ada orang yang menggambar nya lebih bagus dari Rea?" Amano bertanya ragu.

"Percayalah pasti ada" Pria itu berusaha untuk meyakinkan Amano.

Saat matahari tenggelam, Amano berjalan menuju rumahnya dengan membawa kantong plastik yang berisikan makan malam untuk dia dan saudaranya, pikirannya penuh beban dengan kata-kata pria itu sepertinya kata-kata itu mengendalikan pikirannya, baginya Rea lebih sekedar teman bukan sahabat ataupun orang yang disukai melainkan orang pertama bagi hidupnya yang mau menerimanya.

"Aku pulang" Dengan nada putus asa Amano membuka pintu.

"Selamat datang" Dua saudara perempuan itu berlari lalu melompat dan memeluk Amano.

"Ah, berat kalian, ayolah lepaskan aku kak Eri, juga Karen kenapa kau ikutan?" Keluh Amano.

"Shirou kenapa kau murung? Bagaimana kalau dengan ciuman kakak?" Perempuan yang bernama Eri itu mendekatkan mukanya kepada Amano tetapi mukanya ditutup oleh tangan Amano, sementara perempuan kecil yang bernama Karen hanya melihat sambil malu.

"Kumohon untuk berhenti kak, ini pesanan kakak" Amano memberikan kantong plastik itu kepada Eri.

"Oh, terima kasih" Sambil mengecek isi kantong plastik.

"Ya sudah kalau begitu aku ingin ke kamar dulu" Amano dan Karen menaiki tangga dan Eri pergi ke dapur untuk memasak.

Saat di dalam kamarnya, Amano melempar tas nya ke tempat tidur, lalu dia berjalan menuju laptop untuk mengerjakan naskah yang belum selesai. Amano memiliki dua karya Light Novel salah satunya Trust Me karya ini paling populer dikalangan remaja dengan hasil penjualan 1 juta copy, ada yang menyukai cerita romannya dan ada juga illustrasinya, hal itulah yang membuat Amano terus termotivasi membuat karya-karya novel. Tak dapat ide Amano terpaksa menenangkan diri dan tertidur di tempat tidur tanpa makan malam.

Burung burung berkicau, suasana yang damai nan sejuk dan cahaya matahari tidak terlalu panas adalah suasana yang paling diinginkan oleh orang yang tinggal di kota. Ketika Amano membuka matanya hal pertama yang dilihat adalah rambut pirang, yah.. rambut pirang dengan wajah imut dekat di sisinya.

"AHHHH....!!! Ka-ka-karen ap-ap-apa yang kau l-lakukan disini?" Amano yang terkejut terjatuh dari kasur lalu menjauh dari tempat tidur.

"Ah, pagi kak Shirou hahhhmmm" Sambil menguap Karen turun dari tempat tidur.

"Bukan selamat pagi, kenapa kau disini aku tanya" Mukanya yang tadi terkejut sekarang memerah.

"Ah maaf kak aku ingin membangunkan kakak tapi aku malah ikut tertidur" Muka Karen langsung memerah.

"Ada apa Shirou ? Kenapa kau berteriak?" Dari lantai bawah Kei berteriak bertanya kepada Amano.

"Tidak ada apa-apa" Untuk menjawabnya Amano juga berteriak.

"Kalau begitu aku permisi" Karen berlari menuruni tangga.

Amano masih memerah dengan keadaan tadi, tak lama dia pergi ke bawah untuk mandi pagi setelah itu sarapan.

"Aku duluan soalnya aku piket" Ujar Amano sambil buru-buru keluar rumah.

"Baiklah, hati-hati di jalan" Ujar Eri.

Amano pergi membawa sepeda menuju sekolah, saat di gerbang depan seluruh murid memerhatikan dia, itu karena Amano populer di sekolah, begitu pun kakak dan adiknya, Amano sering disebut 'Pangeran Sekolah' karena kerennya dan kepintarannya itu yang membuat seluruh siswi jatuh cinta padanya, siswanya juga ingin bersahabat dengan Amano. Murid lainnya tidak mengetahui kalau Amano seorang penulis, tetapi hal tersebut tidak mengganggu Amano justru itu lebih baik.

"Hey hey liat limosin!" Para perempuan menunjuk limosi yang ada di luar gerbang sekolah.

Pintu limosin dibuka keluar seorang siswi yang begitu cantik dia adalah Lisa Michelle murid populer setelah Amano. Di juluki 'Putri Sekolah' seluruh murid menyukai nya baik laki laki maupun perempuan. Lisa menganggap Amano sebagai rival, Amano juga begitu.

Bel pelajaran berbunyi, di tengah jam pelajaran Amano masih bingung dengan hal kemarin tentang penggantian illustrator sehingga mengabaikan pelajaran.

Bel istrihat pun berbunyi para siswa berbondong-bondong menuju kantin, meskipun Amano populer di sekolah ini dia tidak mempunyai teman karena menurut pandangan dari murid lainnya Amano seperti tidak ingin diganggu oleh orang lain. Saat hendak membuka bekal dari rumah perempuan di sebelah tempat duduk Amano sedang berbisik-bisik.

"Hey hey kamu tau komik ini? Judulnya Hal Baru Bagiku"

"Ah aku tau, gambarnya memang bagus tapi ceritanya susah dimengerti"

"Memang aku juga tidak mengerti"

Amano bingung yang dibicarakan mereka, lalu Amano pun mengahampiri kedua perempuan tersebut.

"Anu.. bisa lihat komiknya?" Kedua perempuan tersebut terkejut karena Amano mengajak berbicara mereka.

"Ah, silahkan" perempuan itu memberi komiknya sambil tangannya bergetar.

Amano membaca 5 halaman dari komik itu dan beranggapan bahwa gambarnya bagus tapi ceritanya tidak menarik, seperti yang dikatakan kedua perempuan tersebut. Tetapi yang menarik perhatian Amano adalah gambarnya yang sangat bagus melebihi Rea.

"Apakah kalian tau yang membuat komik ini?" Tanya Amano.

"Ah, kalau tidak salah ketua eskul seni yang membuat komik ini" Salah satu perempuan menjawab pertanyaan Filbert.

"Ah terima kasih" Amano memberi komik itu kepada salah satu perempuan disitu dan kembali duduk di tempatnya.

Tak sabar dia menunggu waktu pulang wajahnya bahagia karena menemukan sebuah harta karun baginya yang kembali termotivasi. Waktu menunjukkan pukul tiga sore, Amano lalu membawa tasnya dan berlari menuju ruang eskul seni, saat di depan pintu Ruang eskul seni tersebut dia menghela nafas sebesar-besarnya dan membuang nafas, saat dibuka pintu itu ada sebuah seorang siswi yang sedang duduk di jendela memandang dunia luar.

"A-anu, ketua eskul seni ada?" Dengan rasa gugup Amano bertanya kepada siswi itu.

"Ahh, ketua eskul seni yaitu aku Asuka Kaori kelas 1 – C" Jawab siswi itu.

Amano menatap wajah nya cantik nan polos itu, pertemuan ini seperti ditakdirkan menurutnya.

Writers and ComicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang