SIMON DE BEAUVOIR: FEMINISME EKSISTENSIALIS

1.8K 38 5
                                    

Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu
mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di
dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.

Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu, selalu melihat cara manusia berada, eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, dan berdasarkan pengalaman yang konkret.

Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia
sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan
oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.

Dari paradigma ini yang menarik adalah adanya suatu penekanan pada
keberadaan manusia di dunia ini yang terus berkesadaran secara terarah. Dan dari eksistensialisme ini pula ditekankan pentingnya eksistensi bukan essensi yang selalu diagung-agungkan pada jaman modern, sesuatu harus dilihat nomenanya, sedangkan pada eksistensialisme yang harus dilihat fenomena dahulu baru setelah itu selesai boleh melihat nomena.

Manusia memang sejak lahir telah diberikan kebebasan untuk memilih
jalan hidupnya, mereka diberi kebebasan untuk mengatur dirinya, yang kemudian akan menentukan eksistensinya di dunia ini.

Terlepas dari itu semua yang cukup menarik adalah bagaimana cara
manusia berada di dunia ini, salah satunya Jean Paul Sartre yang
mengungkapkan ada tiga tipe keberadaan manusia di dunia ini yaitu:

Being in itself, merupakan suatu gagasan metafisika/ ontologi yang melihat ada yang padat dan penuh.
Being for itself, ada yang bercelah atau tidak penuh dikarenakan sebagai manusia kita tidak sempurna selalu ada kekurangannya, dan oleh karena itu manusia dilahirkan untuk bebas dan berkesadaran.
Being for others, lebih ditekankan pada relasi sosial dimana manusia saling mengobyekkan satu sama lain, subyek berusaha mengobyekkan subyek lain.

Menurut Sartre manusia yang bereksistensi adalah manusia yang bisa
membuktikan bahwa dirinya bisa sebagai being for itself terutama
setelah dihadapkan pada situasi yang genting.

Dari segi feminisme dilihat bahwa perempuan selalu menjadi obyek terutama di dunia yang sifatnya sangat patriarkal ini, maka dari itu salah satu tokoh feminisme eksistensialis yaitu Simone de Beauvoir mengatakan bahwa dunia perempuan selalu akan dimasukkan kedalam dunia laki-laki sebagai bukti penguasaan laki-laki terhadap perempuan. Dan Beauvoir memberi contoh pada institusi pernikahan yang sebenarnya lembaga yang merebut kebebasan perempuan.

Simone de Beauvoir menulis sebuah buku yang diberi judul The Second
Sex yang secara garis besar diungkapkan tentang bagaimana manusia perempuan itu dijadikan obyek pada dunia laki-laki ini. Beauvoir melihat dari 3 sisi yang diungkapkan dalam 3 bagian bukunya, yaitu melalui takdir dan sejarah, disini Dia melihat adanya alasan-alasan biologis yang dituduh sebagai sebab terobyekannya perempuan. Banyak bukti-bukti biologis yang diungkapkan oleh para ahli biologi laki-laki yang
mendiskreditkan perempuan, seperti kecilnya volume otak perempuan sehingga perempuan dianggap tidak bisa menerima hal-hal yang eksakta sifatnya. Beauvoir mengkritik hal ini dengan mengatakan bahwa perempuan tidak bisa didefinisikan melalui tubuh saja tetapi harus dilihat juga melalui manifestasinya lewat kesadaran yang disalurkan melalui aktifitas-aktifitas sosial.

Demikian juga dilihat dari mitos-mitos yang dikenakan pada perempuan, dimana mitos perempuan adalah ibu rumah tangga yang baik yang mengasuh anak-anak dirumah, tidak perlu berkarir diluar rumah, Ada hal yang cukup menarik bagi saya berkenaan dengan eksistensialisme ini yaitu mengenai gagasan malafide, yaitu suatu bentuk manusia yang kalah dalam proses mempertahankan eksistensinya. Malafide ini suatu bentuk manusia munafik yang lebih suka untuk diatur, yang lebih suka untuk digariskan jalan hidupnya, mereka tidak mau menerima tanggung jawab yaitu kebebasannya.

OPINION AND CRITICS  : Kumpulan Pemikiran Dalam Sejarah IntelektualitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang