02 - Mr. A

20 6 2
                                    

Happy Reading!

oOo

Sekitar dua minggu setelah hari senin itu, Jenia tidak pernah melihat batang hidung pria tampan itu. Ia merasa kehilangan semangatnya. Ya ampun, dia bocah sekali. Apa mungkin rasa sukanya ini hanya sekedar cinta monyet?

Jenia membantingkan tubuhnya ke kursi. Ia menghela napas dalam. Saat ini, ia sedang bekerja part-time di cafe yang ia datangi dua minggu lalu. Ya, ia diterima kerja part-time dan mendapatkan posisi kasir. Memang posisi itulah yang ia inginkan. Terlebih, ia berharap kalau-kalau pria itu datang lagi ke cafe ini. Kesempatan bagus akan menghampirinya saat ia bisa berbicara sebentar dengan pria anonim itu.

"Aku rasa aku harus memanggilnya dengan sebutan Mr. A," gumamnya pelan.

Suara bel terdengar pelan dari arah pintu cafe. Jenia berdiri dengan sigap takut-takut kalau itu pelanggan. Kemudian ia memandang tepat ke arah pintu. Dan disanalah seseorang yang berada di pikirannya barusan berdiri dengan gagahnya. Detak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya ketika pria itu berjalan ke arahnya. Is it for real?!

"S-selamat pagi ... em, ada yang bisa saya bantu?" tanya Jenia dengan kegugupan yang teramat sangat. Damn! Pria khayalannya berada di hadapannya secara nyata. Jenia merasa sangat beruntung sekali karena pilihannya menjadi kasir tidaklah salah.

Ketika pria itu menatapnya, Jenia bisa menangkap ekspresi terkejut dari wajah Mr. A-nya itu. Ekspresinya seperti pernah melihat dirinya. Apa pria itu menyadari kalau mereka pernah bertemu?

Tetapi, hal itu hanya terjadi sebentar yang kemudian tertutupi dengan wajah dinginnya seperti biasa. "Saya ingin bertemu dengan bos-mu," jawab Mr. A tanpa basa-basi.

"Mr. Houlihan?" Jenia bertanya memastikan.

"Yes, miss. Apakah bos-mu ada dua?"

Sialan. Jenia merasa malu pada dirinya sendiri. Jangan bertingkah bodoh, Jenia. Ia menggigit bibir bawahnya gugup, lalu menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, tunggu sebentar, Mr?" Yeah! Waktu yang tepat untuk bertanya namanya. Ia merasa antusias sekali menunggu jawaban pria tampan ini. Bahkan, ia sudah melupakan rasa malunya.

"Just Arion, nona Alrescha," ucap pria itu sembari melirik name tag Jenia yang menempel di baju kerjanya.

Dan begitulah kami berkenalan—secara tidak langsung.

oOo

Malam harinya, Jenia pulang dengan semangat yang tidak padam dari pagi tadi. Thanks God! Finally I know his name!

Jenia berteriak kegirangan begitu memasuki pintu apartemennya. Dia melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal rumah dengan bahagianya. Kemudian ia masuk ke dalam kamarnya dan membantingkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dalam posisi telengkup, Jenia senyam-senyum sambil mengingat-ingat kembali kejadian tadi pagi di café. Ia yakin, café itu adalah jembatan takdirnya dengan Arion. Yeah, that cold guy!

"Arion, Arion, Arion ..." Dan terus berulang. Jenia seperti penyihir yang sedang merapalkan sihir sampai mulutnya berbusa. Ia akan mengingat nama itu dengan baik.

Ting Tong

Jenia terdiam sebentar. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Oh damn! Khayalannya kemana-mana. Apakah itu Arion? Sialan Jenia, tidak mungkin. Sadarlah, kalian baru saling 'menyapa' tadi.

Ia tidak peduli. Jenia berlari agak cepat menuju pintu apartemennya. Kemudian ia membuka pintu dengan harapan yang besar. Dan kosong. Tidak ada siapa-siapa di depan pintu apartemennya. Jenia bingung. Ia jadi merinding sendiri karena memikirkan hal-hal yang menakutkan.

Jenia hampir saja menutup pintu lagi dengan cepat, sebelum matanya menangkap sebuah paket di dekat pintu. Dengan ragu, gadis itu mengambil paket tersebut dan bergegas masuk ke dalam. Sambil berjalan menuju sofa, Jenia melihat keterangan yang tertulis di plastik yang melapisi paket tersebut.

To: Mr. Mason

Gadis itu mengerutkan keningnya. Ini jelas bukan paket untuknya. Lalu, mengapa paketnya diantarkan ke apartemennya? Pasti salah kirim. Tetapi ia bingung. Siapa Mr. Mason? Ia merasa tidak pernah berkenalan dengan seseorang yang memiliki marga Mason disini. Apakah tetangga sebelahnya? Benar juga, ia hanya tahu nama panggilan tetangganya saja—Rhodey tanpa marga. Jenia akan memastikannya besok.

oOo

To be continued...

Jangan lupa Vote and Comment  yash ❤️

With luv,

Ailoils

ARIONIA (Arion & Jenia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang