Pria berambut hitam yang tengah menenteng sebuah map berisi helaian-helaian kertas itu berjalan terburu-buru memasuki mobil hitam yang terparkir rapi di depan rumah kayu tua itu.
Sekali lagi, ia menatap kertas map transparan itu, mendapati sebuah foto orang yang sangat ia benci. Ia menggertakkan giginya sekali. Emosinya mulai naik lagi setiap kali ia diingatkan akan pembunuhan itu. Urat-urat di leher putihnya mulai menonjol seiring dengan matanya yang memerah. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah melihat si pembunuh itu yang tengah melarat, haus akan pengampunan karena sudah terlalu lemah akan pembalasan dendam yang akan ia berikan. Pria itu mulai menaikkan sebelah garis bibirnya ke atas, menunjukkan satu gigi taringnya yang tajam. Urat-uratnya kembali normal, dan matanya menutup perlahan.
Setelah sampai di apartment pemberian paman dan bibinya, Jason menyimpan berkas-berkas itu di dalam lemari pakaiannya yang paling dasar. Ia menyembunyikannya di antara tumpukan baju-baju mahalnya. Sebelumnya, ia telah membidik alamat si pembunuh dengan menggunakan ponselnya, mengingat bila sewaktu-waktu berkas itu hilang.
Jari pria tampan itu menari-nari di atas deretan tombol di ponselnya, mengetikkan nomor yang akan ia hubungi. Setelah itu, ia menekan tombol bergambar telepon berwarna hijau. Ia menunggu sampai dering ketiga, hingga akhirnya ada suara gadis yang menjawabnya di sebrang telepon.
"Sheri ... " Jason membawa ponselnya menuju telinga, lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur.
"Jason ... " Jason mendengar tawa Sheri di ujung kata-katanya, entah apa yang ia tertawakan.
Jason membayangkan bahwa kekasihnya itu sama-sama sedang berbaring dengan ponsel di telinganya. Ia tersenyum membayangkan wajah cantik Sheri yang sedang tertawa untuknya.
Tak mau tenggelam dalam pikirannya, akhirnya Jason mulai membuang jauh pikirannya, ia tahu bahwa ia tak boleh mencintainya terlalu jauh.
"Jason, apa kau masih di sana?" Jason membayangkan wajah Sheri yang mulai kebingungan dan sedikit khawatir.
"Ya, aku masih di sini. Boleh aku mengantarmu besok hari? Kebetulan, besok aku ada kelas pagi. Dosenku berhalangan hadir di siang hari untuk beberapa minggu ke depan. Jadi, semua jadwalku dimajukkan karena tak ada dosen pengganti. Tapi bila kau tak ingin aku menjem ... " ia berhenti berbicara saat mendengar tanggapan Sheri di sebrang sana.
"Kau ini, tentu saja aku mau. Oh ya, kebetulan besok pagi keluargaku masih di rumah, bukankah sebaiknya aku mengenalkanmu pada kedua orang tuaku?"
Bagus. Jason tersenyum licik pada kata-kata yang baru saja Sheri lontarkan.
"Ide yang bagus, menurutku. Sampai bertemu besok pagi."
"Kupikir, besok kau akan dibombardir dengan ribuan pertanyaan ... jadi, siapkan dirimu, okay? Aku tak mau dirimu dipandang jelek oleh kedua orang tuaku. Anggap saja ini sebagai ujian pertamamu. But, take it easy."
"Kau bisa mempercayaiku."
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM (TAMAT)
Mystery / ThrillerAnak kecil itu menutup matanya rapat-rapat saat tembakan pistol terdengar di telinganya. "Pembunuh itu telah salah," kata hatinya. "Aku akan membalas kesalahannya." Beberapa part secaran random diprivate. Follow akun saya terlebih dahulu untuk memba...