"Aku sebenarnya tak ingin pergi. Aku ingin tinggal dan jadi bagian dari keluargamu"
~Kian
Keesokan harinya David mengajak Kian ke Gereja bersama-sama dengan kakaknya Dee dan kedua adik kembar mereka.
Setelah sarapan, mereka pun pergi ke Gereja.
Setelah pulang dari Gereja, ternyata mama Dee sudah membeli makan siang untuk mereka semua di rumah.
Setelah makan dan beristirahat sedikit bersama keluarga Dee, Kian pun bersiap-siap untuk kembali ke Desa Jiko Blanga tempat dia mengajar.
Dia lalu berpamitan pada keluarga Dee.
"Tante, terima kasih untuk kebaikannya sejak semalam sampai saat ini. Aku ingin kembali ke Desa karena besok harus mengajar di sekolah." Kata Kian.
"Oh... Nak Kian sudah mau pulang? Wah, Kami yang seharusnya berterima kasih kepada nak Kian.
Nak Kian sudah direpotkan mengantar Dee jauh-jauh sampai kesini." Kata mama Dee.
"Tidak kok tante, aku justru senang bisa membantu Dee. Lagi pula Dee sudah sangat baik karena telah membantu merenovasi dan menata sekolah kami. Makanya aku senang bila bisa membantunya." Jawab Kian.
"Syukurlah kalau apa yang dilakukan Dee itu boleh berguna dan disukai oleh guru, murid, dan warga Desa Jiko Blanga. Oh ya.. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang dulu sementara Dee memesan Taxi untuk nak Kian?" Kata Mama Dee.
"Boleh juga." Kata Kian.
"Jadi Nak Kian, berasal dari Desa Jiko yah?" Tanya Mama Dee.
"Oh Tidak tante, aku hanya mengajar untuk sementara waktu di Desa Jiko. Aku berasal dari Kota Manado" Jawab Kian.
"oh Manado? Dee kuliah di Manado loh." Sambung Mama Dee.
"Iya, tante. Aku juga kuliah di universitas yang sama dengan Dee. Hanya saja aku mengambil jurusan sastra Inggris sedangkan Dee arsitek. Sewaktu kuliah, kami sering satu jalur angkot, tapi Dee tidak pernah menyadari hal tersebut." Lanjut Kian.
"Oh yah? Hmmm... maklum saja yah nak Kian, Dee selalu seperti itu. Dee selalu terlihat cuek. Tapi sebenarnya dia itu sangat perhatian pada orang-orang yang dia sayangi. Sahabat-sahabatnya juga memiliki kesan pertama yang sama seperti yang dirasakan oleh nak Kian. Tapi setelah mereka berteman dengan Dee, mereka malah menjadi seperti saudara kandung. Dia jadi seperti itu karena kami dahulu pernah melewati masa-masa sulit dalam kehidupan. Jadi Dee selalu bekerja keras dan menjadi orang yang serius dalam hidupnya." Mama Dee menjelaskan.
"Oh rupanya begitu yah. Ya, Aku juga menemukan hal yang sama seperti yang tante katakan barusan saat kami dalam perjalanan kemari. Ternyata Dee tidak secuek yang kelihatan. Dia terlihat lebih baik saat tersenyum." Jawab Kian.
Mama Dee tersenyum saat mendengar perkataan Kian.
Ia pun langsung melanjutkan perbincangan dengan bertanya lagi pada Kian.
"Tadi, nak Kian bilang bahwa nak Kian hanya sementara mengajar di desa Jiko. Memangnya kenapa tidak lama?" Tanya Mama Dee penasaran.
"Aku sebenarnya seorang dosen dan mengajar Sastra Bahasa Inggris di kampus lamaku, dan mengajar mata kuliah bahasa Inggris di salah satu fakultas di universitas yang ada di kota Tomohon. Tapi setelah beberapa tahun bekerja sebagai dosen, aku ingin mencoba hal baru. Aku pun mendaftar sebagai guru relawan ke sekolah-sekolah pedalaman. Setelah di terima, aku memohon cuti setahun dari kampus. Untunglah mereka mengizinkan karena apa yang aku lakukan menurut mereka adalah untuk kebaikan generasi baru yang ada di pedesaan. Dan bulan depan adalah masa terakhir aku mengajar di sekolah itu, setelah itu aku harus kembali ke kampusku, sedangkan sekolah di Jiko itu akan diganti oleh guru relawan yang baru setelah aku pergi." Kian bercerita tentang pekerjaannya.
"Aku sudah mencari taxi. Sekarang itu ada di depan rumah."
Dee datang dan berkata bahwa taxinya sudah ada."Yah... tante masih suka berbincang-bincang tapi ternyata taxinya sudah ada di depan. Ayo kita ke depan." Kata Mama Dee.
"Nanti kapan-kapan lagi ya tante, semoga cepat sembuh buat om. Maaf tidak bisa menjenguk lagi." Kata Kian.
"Iya tidak apa-apa. Kalau ada waktu, datang kemari lagi ya, nak Kian! Kamu bisa bertemu sama Zion, David, Stuart, Nicky, Noel atau sama Dee kok." Kata Mama Dee.
"Iya, tante. Tapi aku tidak melihat David sejak selesai makan tadi. Aku mau pamitan sama David juga." Kata Kian.
"David sudah ke Rumah Sakit, gantian jagain om. Sementara tante mengurus barang-barang yang akan di bawah dari rumah ke RS, tante minta David, Nicky sama Noel jagain om. Zion kan harus mengurus pasien yang lain juga, sedangkan Dee ada tamu. Jadi mereka bertiga yang tante suruh. Nanti saja Dee sama tante sampaikan ke David." Kata Mama Dee.
"Kalau begitu aku pamit dulu tante." Kian berpamitan di depan pintu, lalu Dee mengantar Kian hingga ke pintu Taxi.
"Dee... aku pergi dulu yah." Kata Kian sambil menatap Dee.
"Hati-hati di jalan yah, Kian. By the way, Terima kasih untuk bantuannya kemarin." Kata Dee sambil menawarkan berjabat tangan.
"Iya sama-sama" Jawab Kian sambil menjabat tangan Dee.
Kian pun masuk ke dalam Taxi dan saat taxi sudah berjalan, Dee pun mengirim pesan kepada Kian yang mengatakan bahwa biaya taxi sudah dibayar oleh Dee dan Kian tidak boleh menolak ucapan terima kasihnya kali ini.
Kian tersenyum manis, dan berkata dalam hatinya "aku sebenarnya tak ingin pergi. Aku ingin tinggal dan jadi bagian dari keluargamu"
Kian rupanya merasa senang dan nyaman dengan keramahtamahan keluarga Dee.
(Keep reading yah. Comment as a feedback juga boleh 😊)
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Home
De TodoPlease tap 🌟 yah.. Thank you. Sebuah kisah perjalanan cinta seorang arsitek muda dan cantik dengan seorang guru bahasa inggris yang ternyata adalah seorang dosen dan juga pengagum rahasianya sejak masih kuliah. You're My Home yang di tulis oleh say...