Guan Lin masih setia dengan dunianya. Memasang headset, lalu streaming video cara bercakap bahasa isyarat dengan orang lain tanpa mempedulikan teman-teman sekitar. Ya, teman sekelas yang tengah bergerombol menatap keramaian di lantai dasar melalui kaca jendela.
"Hey, hey!! Duduk dan dengarkan ketua kelas kalian. Dia ingin menyampaikan sesuatu." Lee Felix, bocah yang gemar mendengarkan ocehan dari orang-orang penting-guru, ketua kelas, atau semacamnya-pun mulai berseru memaksa murid lain untuk duduk di tempat masing-masing. Woo Jin Young si Ketua Kelas tersenyum sembari menunjuk Felix sebagai tanda terima kasih, dia lekas berjalan menuju meja guru dengan laptop putih yang digenggam erat. "Tolong kondusif. Aku ingin menyampaikan berita bagus untuk kalian."
Belum menyampaikan sepatah kata, Jin Young menggebrak meja guru lantaran janggal dengan salah satu pemuda yang enggan memberi kepedulian. Memang tipikalnya seperti itu, tegas dan tidak suka diabaikan ketika berbicara. "Guan Lin! Tak bisakah menghargai orang lain di hadapanmu? Tolong hentikan apa yang kaudengarkan dalam layar ponsel itu."
Baiklah, Guan Lin berhenti. Sekujur siswa belum mengalami kepekaan. Jin Young masih mengomel dengan rakyat kelas yang lain. Kali ini seorang wanita. "Oh, ayolah.. Kim Sae Ron, apakah ambulance yang tidak menjemputmu itu lebih enak dipandang daripada wajah tampan sepertiku? Tolong lihat ketua kelasmu ini, lalu dengarkan berita bagusnya!"
Semua mau tidak mau memperhatikan ucapan yang Jin Young sebar saat ini, dia berkata saking seriusnya. Dan benar, berita bagus tengah diujarkan. "Setelah istirahat, tepat jam ke lima dan enam, guru Kang tidak masuk karena rapat guru. Kita mendapat free class! Dan kebetulan, aku baru download dua film horror yang masih hangat untuk ditonton selama jam ini berlangsung. Kita bisa voting film apakah yang cocok ditonton lebih dulu."
Tetap saja, Guan Lin tidak terlalu mendengarkan. Alih-alih maniknya tertuju pada benda yang barusan Sae Ron lihat-Meski kadang masih mengamat omongan ketua kelas. Takut Jin Young marah lagi bilamana menangkap Guan Lin yang absen dari perhatian.
Tapi, pengalihan pandangan kian menjadi-jadi begitu melihat deretan manusia familiar. Hati Guan Lin makin tidak beres, ia memandang puluhan murid termasuk Ahn Hyeong Seob, Kim Samuel, Lee Eui Woong, bahkan Bae Jin Young dan...
"Shin Yoon Ji?!" Guan Lin berdiri. Tentu teman sekelasnya terkejut sekaligus melempar tatapan aneh, apalagi Woo Jin Young. Tak membutuhkan waktu, pria itu langsung berlari menyusul banyaknya makhluk hidup yang mengantar Yoon Ji menuju ambulance berwarna merah putih. Tanpa menagih izin juga Guan Lin lekas masuk ke dalam mobil guna menjaga sahabatnya.
Bersama Bae Jin Young, Guan Lin tengah terduduk di ruang tunggu dekat Unit Gawat Darurat sembari meluangkan rahasia terbesar tentang penyakit dalam tubuh wanita 'Shin. Rahasia memang, tetapi Jin Young tetap memaksa. Mau tidak mau juga harus memberitahu agar manusia di sebelahnya berhenti cerewet.
"J-Jadi Kanker itu sudah memasuki stadium tiga? Mengapa kau tak memberitahu sama sekali, sih?! Aku benar-benar tidak tahu apapun tentangnya. Ck, kau benar-benar!" Jin Young mengacak rambutnya asal, berdecak juga lantaran jengkel dengan laki-laki yang terus menunduk sembari memijat kening. Guan Lin hanya menghela napas sabar, tidak masalah jika harus menjelaskan secara berulang. "Sudah kukatakan, bukan? Neneknya yang menyuruhku merahasiakan itu semua. Sulit sekali 'sih membuatmu mengerti, Bae Jin Young."
Sama seperti Guan Lin, Jin Young ikut menghela napas namun sambil beralih pandangan. Tiba-tiba saja wanita umur kepala enam datang dengan raut keluh kesah nya, dua manusia yang tengah menunggu pun akhirnya berdiri.
"Akhirnya nenek datang juga. Yoon Ji sedang diperiksa oleh dokter. Ayo duduk dulu." yang mendapat suruhan segera mengangguk, sang nenek duduk dengan tangan menggenggam pergelangan tangan milik Lai Guan Lin. Jin Young hanya membungkuk hormat sambil memperkenalkan diri, untung saja nenek itu cepat menerima kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last || Wanna One ✔️
Fanfiction[Completed] Park Ji Hoon, 18 tahun, diakui sebagai pembully keji yang belum pernah jatuh hati untuk membully seorang gadis. Lalu, bagaimana jika Shin Yoon Ji seketika hadir depan mata, mengguncang hidup serta nurani yang bergejolak mengatakan, "Apa...