1. Pertemuan

42 5 4
                                    

Tok tok tok...

Pintu terbuka dengan pelan membuat suasana menjadi mencekam. Davino yang tahu biang kerok dibalik ini semua menjalankan aksinya. Davino terjatuh dan telentang seperti orang tak sadarkan diri, alias pingsan.

Sang biang kerok yaitu Aris, mengetahui aksi Davino. Lantas ia pun mengambil selang air dan menyiram Davino.

"EH GOBLOK!" maki Davino. Sedangkan yang dimaki pun hanya cekikikan. "Lo tuh yang goblok!" balas Aris.

"Hai, cantik." goda Davino sambil mengerlingkan sebelah matanya. Aris melihat arah pandang Davino dan berjongkok.

PLAK!

"SAKIT BODOH!" adu Davino. "Eh, itu adek gue! Kalo lo mau deketin adek gue, langkahin dulu mayat gue!"

"Elah, si bocah. Lo tenang aja, adek lo aman kalo sama gue." ucap Davino sambil berdiri.

"Dih, ogah gue." ketus Tiffany sambil memutar bola mata malas.

"Lagian gue gak bakalan restuin lo sama Fany." ujar Aris sambil merangkul Tiffany.

"Kenapa?" tanya Davino dengan wajah so(k) polosnya.

"Serah-serah gue lah!" ucap Aris.

"Lagian gue juga gak mau sama dia." ujar Tiffany.

"Yang bilang gue suka sama lo, siapa? Gue kan cuma godain lo."

SKAKMAT!

***

Pagi ini merupakan pagi tersial bagi Tiffany. Terlambat bangun, seragam masih di laundry, Aris tidak mau mengantarnya, pembantunya pun sedang pulang kampung. Sial!

07.10 WIB

Dengan wajah yang ditekuk, Tiffany berjalan menuju halte bus yang biasa ia datangi. Ia memeriksa jam tangannya untuk memastikan waktu. Ia tidak ingin kejadian yang lalu terjadi lagi.

Selang 5 menit menunggu,

TIN TIN...!

"Cewek, piwwit!"

Tiffany memutar bola matanya sambil berdecak. Ia malas melihat cowok songong dihadapannya sekarang ini.

"Mau numpang gak neng?" tawar Davino.

"Gak perlu." jawab Tiffany dingin.

"Bener nih, gak mau?" goda Davino sambil menaik turunkan alisnya. "Kesempatan gak datang dua kali loh."

"Dih."

"Gue tau lo nungguin gue,"

"Ogah gue nungguin cowok songong kayak lo."

"Yaudah deh. Gue duluan ya!"

Eh, Kalo gue sama Davino, gue malu, Kalo gue naik bus, gue telat dong! batin Tiffany.

"DAVINOO!! GUE IKUT!"

***

Tanpa ucapan terima kasih, Tiffany  turun dan langsung meninggalkan Davino yang sedang termenung.

"Loh, cewek disebelah gue mana?" Davino celingukan mencari Tiffany.

"EH, TIFFANY!" panggil Davino. "Eh, kok gak nyaut sih?" Davino menepuk kepalanya. "Duh, jendelanya belum dibuka!"

"Eh, kalo gue gak turun sekarang, entar gue masuk BK!" Davino berbicara sendiri lalu membuka pintu. Ia lupa bahwa pintunya masih terkunci. Davino segera berdiri dan melangkahkan kakinya.

"Aduh, kepala gue!"

***

Jantung Tiffany berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Ia benar-benar takut saat ini. Keringat bercucuran di wajahnya.

11 IPA 1.

Tulisan itulah yang tergantung di depan pintu kelasnya sekarang. Dengan langkah kaki yang semakin melambat, Tiffany pun mengetuk pintu kelasnya tersebut, dikarenakan guru yang masuk adalah guru ter-killer kedua se-SMA Angkasa.

"Maaf Pak, saya terlambat. Bus yang sering saya tumpangi sudah berangkat terlebih dahulu," ucap Tiffany sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa kamu bisa terlambat?" ucap salah satu teman Tiffany dengan membuat suaranya menyerupai suara guru ter-killer kedua itu.

Yap! Sebenarnya di kelas tersebut tidak ada guru yang masuk. Guru tersebut sedang izin tidak masuk dikarenakan sakit. Dan sekarang Tiffany sedang di kerjai oleh teman-temannya.

"Eeemm.. ma.. maaf Pak.." hanya kata itulah yang bisa Tiffany ucapkan. Ia memang selalu gugup jika berhadapan dengan guru ter-killer kedua itu.

"HAHAHAHA...!!" gelak tawa teman sekelasnya pun terdengar dimana-mana.

"Lo bicara sama siapa Fan?"

Tiffany mengangkat kepalanya. Ia menatap bingung teman sekelasnya.

"Gu... gue bicara sama Pak Reno,"

"HAHAHAHA!"

"Pak Reno gak masuk woy!"

"Sumpah lo ngakak banget Fan!"

Tiffany menggerakkan kepalanya kearah meja guru. Mulutnya terbuka dengan sempurna.

"YES AKHIRNY--"

"UNTUK ALMIRA TIFFANY BACHTERA DAN DAVINO ANGGARA DIHARAPKAN UNTUK SEGERA MENUJU KE RUANG BK!"

"HAHAHAHA!" Suara gelak tawa kembali memenuhi seisi ruangan kelas.

"Mampus lo Fan!"

***

"Sana lo ke ruang BK! ketemu sama cecan, kan enak tuh!"

"Eh, iya juga ya!"

"Jangan kangen ya!" sambung Davino sambil mengerlingkan sebelah matanya.

"WOOO!!"

"OGAH WOY!"

***

"Kalian ini ya, terlambat aja ker--"

"Iya Bu, iya. Lagian ya Bu--"

"KAMU GAK USAH MENJAWAB YA, DAVINO ANGGARA! UDAH BERAPA KALI SAYA BILANG JANGAN MENJAWAB TERUS."

"....."

"KOK DIAM KAMU?!"

Davino menghela napasnya. "Kan tadi Ibu yang nyuruh saya diam," Davino sudah sangat geram dengan guru ber-mata pelajaran Sejarah ini.

Bu Rena memijat pelipisnya. Ia bosan menghadapi sikap muridnya yang satu ini.

"Davino, Tiffany! karena kalian sudah terlambat hari ini, poin kalian saya kurangi dan BERSIHKAN LAPANGAN BASKET!"

"Bu... yang.. indoor atau... yang outdoor?" Tiffany angkat suara

"DUA DUANYA!!"

"Sekarang Bu?"

"ENGGAK! TAHUN DEPAN!!"

Davino menyalam tangan Bu Rena.
"Oke Bu, terimakasih Bu. Saya ke kelas dulu. Yuk, Fan!"

"DAVINOOO!"

Yap, dua guru ter-killer tersebut adalah sepasang suami istri, dan nama mereka juga sangat mirip.


_______________


Jangan lupa vomment:)

20, Mei, 2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heart BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang