1

568 56 9
                                    

  Suasana di istana kerajaan Joseon sedang ramai. Dayang-dayang istana sibuk ke sana ke mari, sedangkan jabatan yang lebih tinggi seenaknya saja memerintah tanpa ikut membantu. Rakyat di luar pintu gerbang istana juga sibuk mempersiapkan diri untuk acara pesta nanti malam.

Acara kali ini bersejarah bagi rakyat Joseon, ulang tahun pangeran yang diramalkan akan membantu Kerajaan Joseon di kemudian hari. Ini memang bukan putra  pertama yang dimiliki Raja dan Ratu, lantas mengapa istimewa? Seperti yang diungkapkan tadi, pangeran kali ini yang akan membantu Joseon berkembang, entah bagaimana caranya, itu tak tertulis dalam ramalan.

"Apakah para tamu telah datang?" Di balik bilik, Ratu sedang menyusui anaknya. Pangeran Jimin.

Ada yang beda dengan tamu undangan kali ini, beberapa kelompok cendekiawan dari luar Joseon sedang singgah di sini, mereka adalah kelompok yang berpengaruh di dunia, baik di kerajaan eropa sekalipun.

"Ku dengar kelompok itu akan datang." Para dayang mengangguk dari luar bilik, "Akan sangat menyenangkan bila Jimin nantinya seperti itu." Ratu kemudian berkhayal, Pangeran Jimin yang dihormati di mana pun, tak hanya disekitar Joseon, namun ke seluruh dunia. Jimin tak perlu memikirkan soal kerajaan, Jimin bukanlah Putra Mahkota yang akan menuruskan kerajaan.

Bunyi gendang terdengar, sepertinya Ratu harus menyudahi kegiatannya kali ini.

___

"Mina- Oh, maksudku Ratu."

"Eomma, aku tetap anakmu."

Ratu Mina, permaisuri dari Raja Chanyeol, penguasa kerajaan Joseon. Bersama Ibunya, Ratu membahas masalah politik yang mungkin akan terjadi setelah acara ini usai. Di mana, akan banyak musuh mengincar Pangeran Jimin, sampai masalah perebutan takhta nantinya.

"Aku tak merasa mereka akan memperebutkan takhta--" belum usai Ratu berbicara, tiba-tiba terdengar kegaduhan di kamar Pangeran Jimin, dayang-dayang berteriak. Seorang dayang berlari ke arah kamar Ratu.

"Ratu, gawat!" Ratu Mina dan ibunya langsung berdiri dan berlari menuju kamar Jimin, letaknya tak terlalu jauh. Sesampainya di sana, kabar mengejutkan menerpa.

"Tadi, pasukan dari kerajaan musuh tiba-tiba menyerang." Tanpa ditanya Ratu tahu kerajaan apa itu, "Dia baru saja keluar  dengan pedang bercecer darah." Lanjut pengawal pribadi Pangeran Jimin. Ratu Mina terduduk, menangis meraung-raung, dayang berkata jika Pangeran Jimin telah mati, mereka sudah mengeceknya.

"Ratu, silahkan anda masuk, hamba akan menyampaikan kabar ini kepada Raja." Saat pengawal itu hendak pergi, Ratu Mina menahan lengannya, "Kau jangan beritahu Raja dulu, biar aku yang menyampaikannya." Setelah mengatakannya, Ratu memasuki tempat terbunuh putranya.

Tangis hampir pecah lagi tak kala melihat jasad anaknya terbujur kaku di atas kasur,  tak ada yang bisa dilakukannya selain berjalan pelan ke arah jasad malaikat kecil. Bagaimana jadinya acara tanpa Pangeran Jimin? Sementara mengusap wajah anak, dia melihat cahaya terang benderang dari arah ruang lain di kamar.




DI MASA DEPAN.

"Eomma, aku ingin ke ruangan itu!" keluarga Park saat ini sedang berlibur di situs wisata bersejarah, yaitu situs bangunan Kuno zaman kerajaan Joseon, banyak wisatawan di musim libur kali ini.

Keluarga Park yang beranggotakan sepasang suami istri dengan satu orang anak laki-laki berumur 5 tahun, Jimin namanya.

"Chim ingin ke sana?" Ibu Jimin, Park  Mina, sebenarnya merasa agak aneh saat anaknya menunjuk salah satu ruang yang terletak di ujung wilayah istana.

"Lebih baik ke tempat lain yuk." Park Mina berusaha membujuk anaknya, Tuan Park menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua anggota keluarganya. "Kalian berdua, tentukan pilihannya secepatnya." Tak ingin ikut campur.

  "Kalau begitu Chim tak ingin bersekolah lagi." Ingatkan Jimin jika sekolah itu demi masa depannya sendiri.

Mungkin jika anak kecil lain yang berkata seperti itu, Nyonya dan Tuan Park tak akan sepanik ini. Masalahnya anak umur 5 tahun itu sangat memegang kata-katanya. Meski masih TK, tetap saja harus dibiasakan rajin ke sekolah.

"Baiklah, Chim menang." Kang Mina menyerah, toh, tak selamanya firasat akan benar. Lagipula hanya ketakutan tak berdasar.

Jimin langsung berjalan cepat ke arah tujuannya, Ibu dan ayahnya tertinggal, tak sabar melihat-lihat. Saat Jimin memasuki ruangan, pintu tiba-tiba tertutup, angin kencang menggoyahkan pohon di sekitar. Kedua orang tua Jimin berusaha membuka pintu ruangan, tapi tak bisa, bahkan Tuan Park sampai mendobrak pintu dan tak menemukan siapa-siapa di dalam.

Ke mana Jimin?

.....

Zaman Joseon

"Eomma! Eomma!" Ratu kaget mendengar suara anak kecil yang sangat mirip dengan sang anak, Pangeran Jimin.

Betapa kagetnya Ratu melihat sosok sangat mirip anaknya, tertunduk menangis, hanya pakaian yang membedakan.

Anak kecil itu mengangkat kepalanya, menatap tepat ke arah ratu, "Eomma...?"

Ratu mengangguk, kemudian tanpa diaba-aba, anak kecil tadi langsung berlari memeluk sang ratu, "Eomma, Chim takut." Ratu  balas memeluk anak yang bernama Chim itu, rasa pelukannya sama seperti saat dirinya memeluk anaknya, Pangeran Jimin. Ratu ikut menangis, sampai ketukan pintu menghentikannya.

"Ratu, acara akan segera dimulai." Mina tak tahu harus bagaimana, Pangeran Jimin telah mati, untuk apa lagi acara ulang tahunnya. Tapi dia juga tak mungkin membatalkan acara besar kali ini.

"Eomma, ayo kita pulang, aku takut di sini." Ratu langsung mendapatkan ide, dengan sangat berat hai, Ratu melepas pakaian dari jasad sang anak kemudian memakainkan pakaian itu ke anak yang bernama Chim tadi.

"Chim sayang, pakai baju ini ya, Chim adalah Pangeran Jimin."

"Nama Chim memang Jimin, tapi rasanya, tak ada Pangerannya." Bahkan nama sama, ini semakin meyakinkan Ratu jika anak di depannya ini adalah Pangeran Jimin di masa depan.

Setelah memakaikan Jimin masa depan baju, keduanya lantas keluar dari ruangan. Di depan sudah banyak dayang yang terkejut melihat  Jimin. Mereka yakin sudah mengecek denyut nadi Pangeran tadi.

sebelum menuju acara Mina membisikkan sesuatu kedayang setianya,

"Kuburkan jasad Pangeran Jimin di dalam, ingat, hanya kau." Walau sempat terkejut, dayangnya tadi tetap melaksanakan perintah majikannya setelah tak ada lagi orang, dia yakin jika nanti Ratu akan memberitahukan hal ini padanya.

...

Di dalam acara, para cendekiawan terus melihat ke arah Jimin, sambil berbisik-bisik, mereka itu berbeda dengan cendekiawamn lain. Bukan hanya kecerdasan yang membedakan mereka. Namun hal lain.


"Jimin-ah, kau sekarang Pangeran Jimin, ne?"

"Ne eomma!"

+++

Part 1 selesai, yeyyy

Gccithth

Prince Of Mochi ; Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang