Bagian 14

4.1K 205 21
                                    

Cerita cinta kita sangat berbeda. Cinta hadir bukan karena kita saling perhatian satu sama lain dan tertawa bersama. Akan tetapi cinta kita hadir karena pertengkaran kita yang tiada berujung.
Dan anehnya kita tetap menikmatinya.
—FelDev

▪▪▪

Felicia duduk di atas rerumputan lapangan sambil memerhatikan latihan para karateka shirobi yang dikomandoi oleh Hendri. Ia mengusap keringat yang mengalir deras di dahinya sebab baru saja Ia selesai latihan bela diri tingkatan kuroobi, sabuk hitam bersama rekannya.

"Kalian nggak boleh lemah!" gertak Hendri kepada para pemegang shirobi.

Sebagai balasan dari gertakan Hendri, bukan hanya gerakan karate yang semangat muncul, tetapi berbagai teriakan aneh keluar dari mulut mereka seperti cenayang yang mengusir arwah gentayangan.

"Oke cukup sekian latihan kita, kalian bisa istirahat," ucap Hendri yang disambut meriah oleh karateka shirobi yang mulai berhamburan dari barisan.

"Sendiri aja, Fel?" Sapa Roy berdiri di hadapan Felicia sambil menyeka keringat yang nangkring di dahinya.

"Mata lo katarak kali yah," Desis Felicia. "Udah liat gue lagi duduk sendirian, pake nanya lagi," imbuhnya memutar bola mata kesal.

"Lo itu sama galaknya kaya Riu deh. Perasaan dulu nggak gini." Balas Roy berdecak beberapa kali.

"Riu. Siapa dia?" tanya Felicia.

"Anjing tetangga gue," Jawab Roy datar.

"Kampret lo!" umpat Felicia berdiri dan memperlihatkan bogeman mentahnya.

"Eits stop!" Roy menyetop Felicia dengan tangannya. "Sekali tinju gue melayang sampai pluto, lo nggak kasihan sama gue. Lagian gue masih junior karate lo disini Fel," tutur Roy bermelankolis.

"Lebay lo," Felicia nyengir kuda dan kembali duduk di atas rerumputan.

"Itu air lo?" Tanya Roy memandangi botol air mineral yang berada di samping Felicia dengan volume setengah.

"Iya, kenapa?"

Roy ikutan duduk disamping Felicia. Ia mengambil botol itu dan membuka tutupnya.

"Air itu udah gue mi—"

Sebelum Felicia meneruskan ucapannya, Roy sudah meneguk air tersebut secara brutal. Sepertinya dia sangat haus akibat latihan karate.

"Lo nggak jijik?" tanya Felicia memandangi Roy yang berhasil menghabiskan sisa airnya.

"Ngapain jijik?" Roy menautkan alis.

"Secara air itu kan sisa gue, siapa tau iler gue nempel di lubang botolnya," jelas Felicia menatap heran ke arah Roy.

"Alah, nggak apa-apa kalau cuma iler lo doang." balas Roy santai.

Felicia memalingkan wajah, kenapa tiba-tiba saja dadanya menjadi menghangat mendengar ucapan Roy. Padahal sudah lama Roy menghilang dari hatinya.

"Felicia!" Teriak Hendri dari tepi lapangan sambil melambaikan tangan.

Spontan Felicia dan Roy menoleh ke arah sumber suara.

"Felicia sini!" Teriak Hendri sekali lagi melambai dengan cepat.

"Eh, gue duluan," Ujar Felicia kepada Roy dan segera beranjak dari tempat duduknya.

"Sip." Roy mengangguk.

●●●

"Kenapa om?" Tanya Felicia dengan nafas terengah-engah karena berlari menuju ke tepian lapangan.

TERNYATA CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang