10. Diapelin Dara

1K 95 2
                                    

Dhika terus saja melamun. Dhafi yang sedari tadi memperhatikannya hanya bisa menghela nafas.

"Dhika makan dulu. Lo dari tadi belum makan" peringat Dhafi.

"Pulang" jawab Dhika.

"Tap--"

"Pulang!" Dhafi menggeleng pelan lalu keluar untuk menemui dokter Hamdi.

Setelah meminta izin apakah Dhika diperbolehkan pulang dan Dokter Hamdi mengizinkan akhirnya Dhika keluar dari rumah sakit.

~~~

                 Sampai di depan rumah, Dhika berjalan tertatih karena rasa sakit di kepalanya belum juga hilang.

Dhika mengetuk pintu rumahnya karena tampaknya rumahnya dikunci dari dalam.

Tepat saat pintu dibuka oleh Letta, Dhika limbung didepan sang mama.

Letta menjerit kaget melihat kondisi putra keduanya.

Dhafi yang baru saja memarkirkan mobilnya langsung berlari menghampiri.

Dhafi mengangkat Dhika menuju sofa.
Mata Letta memanas melihat sang anak terbaring lemah dengan wajah sangat pucat.

"Dhika kenapa dhaf?" Tanya Letta.

"Dhika.. Dhik--" jawab Dhafi terbata.

"Aku gak papa" jawab Dhika dengan lirih. Matanya mencoba terbuka.

"Gak papa gimana sih? Orang kamu kayak gini. Mending dibawa kerumah sakit kalo gak nanti mama yang kena omel sama papa" ujar Letta dengan nada tinggi.

"Mama, Dhika lagi sakit, mama tolong lah sekali aja gak marah - marah sama Dhika" pinta Dhafi menatap Letta serius.

"Abis adik kamu ini gak berubah. Keras kepala"

"Dhika sakit kanker mah!" Dhafi tak perduli kalau Dhika akan marah karena membocorkan penyakitnya. Dhafi malas mendengar sang mama mengomeli Dhika padahal kondisi adiknya itu sedang lemah.

Letta menutup mulutnya tak percaya. Tangan dan bahunya bergetar hebat. Matanya memerah dengan air yang terus mengalir.

Dhafi menarik sang mama kedalam dekapan.
Dhika hanya bisa membisu. Air mata mengaliri pipinya. Bahunya pun ikut bergetar, ia menangis dalam diam.

"Maafin mama sayang" ucap Letta memeluk Dhika erat.

"Maafin mama yang selalu marah sama kamu. Selalu mementingkan kakakmu tanpa memperhatikan kondisi kamu. Maafin mama ya nak" Letta menangis tersedu - sedu dilekukan leher Dhika.

"Dhika juga minta maaf" suara Dhika terdengar begitu lirih di telinga Letta dan Dhafi.

"Dhafi, lebih baik kamu bawa adik kamu ke kamar ya" ucap Letta setelah melepaskan pelukannya.

"Ayo, Dhik"

~~~

Dhika berangkat ke sekolah seperti biasa namun ia meminta Mika untuk menjemputnya.

"Lo sakit ya?" Tanya Mika ketika Dhika sudah duduk di dalam mobil merah miliknya.

Dhika mengangguk.

"Kecapean aja sama maag"

"Lagian sih dari kemarin ngajakin sparing futsal terus"

"Kapan lagi main - main kayak gitu"

"Yailah kayak main futsal kegiatan langka aja Lo"

"Gue tidur ya, nanti kalo udah sampe bangunin, jangan ditinggalin" perintah Dhika yang langsung diangguki Mika.

TraumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang