Tujuh: Hidup Baru

2.7K 258 17
                                    

○○○


"Pantaaaaaaaaiiiiii....."

Arthit berteriak kegirangan saat melihat hamparan laut menyambutnya. Matanya menyipit karena pasir putihnya terlihat menyilaukan. Deburan ombaknya tenang, sinar matahari pun terasa nyaman dikulit, sungguh hari yang indah.

Buru-buru ia terjun kelaut, tak lupa membawa sebuah floatis berbentuk angsa berwarna merah jambu. Mengabaikan kulit putihnya yang terpapar matahari langsung, ia terlanjur senang, masa bodo mau hitam atau apa.

Singkat cerita sehari setelah Arthit resign kerja, ia menghubungi pihak pengelola apartementnya, memberitahu jika ia akan segera pindah. Setelah urusan pindahan selesai, ia pulang kerumah orang tua nya di Rayong. Uh, Arthit terkikik geli melihat reaksi ibunya yang ternyata sudah terlalu rindu melihat anaknya.
Arthit memutuskan menginap selama 2 hari. Setelah itu ia iseng cari-cari paket liburan di situs perjalanan online, dan berakhirlah ia berlibur sendirian ke Phuket.

Ya. Sendirian.

Oke. Alasan kenapa ia berlibur adalah hanya untuk refreshing. Merayakan hidup barunya. Melepas semua penat yang bersarang dikepalanya, dan berteriak kencang seperti yang ia lakukan tadi. Kenapa? Itu semua agar dadanya menjadi lebih ringan.

Oke. Hidup baru. Semangat baru. Kisah baru dan Hati yang baru.
Arthit meneriakkan kata-kata itu dipantai Phuket. Biarlah wisatawan lain menganggapnya gila.

Arthit memekik senang. Memeluk leher angsa pink raksasanya. Apalagi saat ombak berulang kali menerjangnya, ia sampai jatuh terguling ke air.
Ada beberapa anak kecil yang mulai mendekatinya, mereka sepertinya tertarik ingin bermain dengan angsa pink raksasa miliknya.
Arthit tak bisa berhenti tertawa, anak-anak kecil itu seolah berusaha menguasai angsanya.
Jadilah Arthit terpaksa berebut dengan segerombolan bocah.

Setelah puas bermain dilaut, Arthit memilih duduk dipinggir sambil menunggu sunset. Sudah jauh-jauh ke Phuket masa iya tidak menikmati surga dunia macam ini.
Uh, Arthit suka sekali.

Perlahan hamparan laut dihadapannya mulai berubah warna. Arthit tersenyum lebar, melihat betapa indah gradasi warna yang memukau matanya.

' Aku suka pantai. Karena disana aku akhirnya menyadari ada seseorang yang sangat peduli padaku.'

Shit! Apa pantai ini berhantu? Kenapa Arthit malah terbayang memori sialan itu?
Kalau diingat lagi, banyak sekali hal yang terjadi dipantai.

Kongpob tenggelam.
Kongpob yang duduk menemaninya.
Kongpob menciumnya.

Arthit meraup pasir pantai, meremasnya kuat. Ia salah pilih lokasi berlibur!

"Sial!"

Ia sudah sakit hati. Sudah dikhianati pula. Niatnya ingin melepas penat, tapi ia lupa otaknya masih menyimpan banyak kenangan. Seharusnya ketimbang berlibur, ia pilih saja program pencucian otak. Biar hilang semua memori sialan itu.

Dadanya bergemuruh sakit. Sekelebat memori tentang malam itu terbayang jelas, seolah sedang direka ulang tepat dihadapannya.
Arthit mengumpat saat merasakan pipinya basah lagi.

Lucu sekali kan? Padahal ia ingin berlibur, malah berakhir menangis sendirian ditepi pantai, saat sunset pula!

○○○

Addicted [Sotus Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang