Chapter 11.1: Step by Step

9K 1.2K 52
                                    

Maap CJ baru bisa update 🙏

------

Happy Reading💕

Elle baru saja meninggalkan kamar apartemennya. Dia turun menggunakan lift, walau ramai tetapi tubuh rampingnya masih bisa di tampung oleh kapasitas lift yang terbatas.

Sesampainya di bawah, Elle segera berjalan kaki menuju halte bus terdekat apartemen. Baru setengah jalan, suara klakson berkali-kali mendengung di telinganya. Elle menoleh dan mendapati Aldric menurunkan kaca jendela mobil mewahnya.

"Kau mau ke coffee shop? Aku antarkan." tawar Aldric.

Elle mengerutkan dahinya. Dia menatap Aldric seakan-akan sedang bermimpi mendapat tawaran seperti barusan. Kemarin Aldric sudah baik padanya, sekarang pun berlaku sama.

"Tidak usah tuan Stark, biar aku jalan kaki saja." tolak Elle halus sembari kembali berjalan.

Seiring langkah Elle yang pelan, mobil Aldric turut mengikutinya. Elle merasa risih ketika mobil Aldric menyamai langkahnya.

"Elle, naik saja. Kakimu pasti masih sakit." sekali lagi Aldric menawarkan.

Elle mendesah kasar. Tidak pernah dia melakukan hal semacam ini, namun Aldric menjadi alasannya mendesah kasar. Dia menoleh dan akhirnya setuju. Anggap saja Tuhan memberinya kemudahan melalui Aldric. Pria itu nampak tersenyum saat dirinya memasuki mobil.

Baru saja duduk dan membenarkan tas tangannya yang Elle taruh tepat di atas paha, sebuah tangan mendadak menarik sesuatu melewati wajahnya.

Aldric menarik senyum miring, "Kau melupakan safety belt-mu, Elle." selama tangan menarik belt, matanya bertatapan dengan mata biru menggoda milik wanita itu.

Elle tertegun sejenak ketika matanya melihat manik mata biru milik Aldric. Beruntungnya adegan saling tatap mereka hanya berlangsung sebentar.

"Terima kasih tuan Stark." kata Elle setelah Aldric selesai memakaikannya safety belt.

Aldric menyunggingkan senyum. Tak lama, tangannya kembali memegang stir mobil. Dengan menginjak gas, mobil yang dirinya kendarai sudah melaju.

"Hari ini aku sengaja tidak menggunakan jasa sopir." kata Aldric di tengah perjalanan mereka yang cukup membosankan.

Elle menoleh sekilas kemudian kembali melihat jalanan. Padahal dirinya tidak menanyakan hal itu, untuk apa memberitahu? Dia tidak peduli juga. Dasar pria aneh!

"Oh ..." respon Elle seadanya.

"Hanya oh saja? Kau tidak bertanya alasan aku tidak menggunakan jasa sopir?"

Elle mendesis, "Untuk apa aku menanyakan hal itu. Tidak penting sekali, tuan Stark."

"Kau yakin tidak penting? Aku sengaja tidak menyuruh Tom mengendarai mobil, karena aku ingin menjemputmu."

"Apa bedanya kau menggunakan jasa sopir dan mengemudikan sendiri? Dua-duanya bisa menjemputku 'kan? Kalau kau mau membuatku terpesona karena rayuan basimu, aku tidak akan tertarik."

Niatnya Aldric ingin merayu, jadi kesal. Kenapa Elle harus bersikap begitu menyebalkan. Padahal dia sudah melakukan hal baik.

"Anyway, kenapa mendadak ingin menjemputku? Apa kepalamu habis terbentur sesuatu tuan Stark? Atau kau ..." telapak tangannya mampir pada dahi Aldric, namun baik-baik saja.

Aldric melirik tajam. Dia yakin Elle menganggapnya sakit karena mengatakan kalimat yang tidak akan terduga seperti tadi.

"Ternyata kau baik-baik saja." kata Elle setelah menarik tangannya.

"Bilang saja kau ingin menyentuh dahiku, Elle." kekeh Aldric yang sukses mengeluarkan reaksi spontan Elle—menatapnya aneh.

"Sekarang kau memperhatikan aku, nanti kau jatuh cinta."

Untuk kedua kalinya, Elle semakin menatap Aldric aneh. Jatuh cinta katanya? Wanita sepertinya tidak pernah tertarik dengan pria macam Aldric, tipe-tipe penghancur harapan wanita.

"Aku rasa kau benar-benar terbentur." Elle mengalihkan pandangannya melihat jalanan. Dia menggelengkan kepala.

"Tidak, aku tidak—"

"Tunggu. Hentikan mobilnya!" potong Elle mendadak.

Secara mendadak Aldric refleks menginjak rem. Elle segera keluar dari mobilnya. Matanya tak luput mengikuti kemana Elle pergi. Diam-diam dia menarik senyum setelah mengetahui apa yang wanita itu lakukan hingga rela menyuruhnya menghentikan mobil.

Elle membantu wanita tua mengambilkan belanjaannya yang berhamburan di jalanan karena kertas belanjaannya terjatuh. Ketika Elle membantu, ada sebuah tangan yang turut membantunya. Tangan siapa lagi kalau bukan milik Aldric.

"Mari ku bantu, ma'am."

Suara bariton milik Aldric terdengar tulus bersama senyum menawan yang pastinya selalu berhasil meruntuhkan hati wanita mana saja.

Wanita tua itu terlihat senang. Baik Elle atau Aldric segera membereskan semua barang belanjaan dengan rapi ke dalam kertas coklat yang kokoh.

"Terima kasih, kalian cocok sekali. Aku doakan cepat menikah." ucap sang wanita sambil menarik senyum.

"Kami bukan pasangan." jawab Elle.

"Amen. Terima kasih, ma'am." Aldric memberi jawaban berbeda.

Dua jawaban berbeda terucap. Sang wanita tua terkekeh melihat keduanya. Dia menepuk pundak Aldric.

"Kau beruntung memiliki kekasih sepertinya, anak muda. Semoga hubungan kalian berlangsung lama. Aku pamit ya,"

Belum sempat Elle memberi klarifikasi, wanita tua itu sudah berlalu dari hadapannya. Elle menoleh dan menyadari Aldric terkekeh. Dia terdiam memandangi Aldric. Baru pertama kali dia melihat pria angkuh sekelas Aldric tertawa. Pemandangan langka dan mungkin dia perlu mengabadikannya. Tetapi tidak mungkin, nanti pria angkuh itu mengiranya sebagai fans setia.

"Ayo masuk ke dalam mobil, nanti kau kedinginan." ajak Aldric yang kemudian menutupi bagian pundak Elle dengan jaketnya yang baru saja dia lepaskan.

Tidak tahu sudah berapa kali Elle harus menunjukkan raut wajah heran saat mendapati sikap hangat nan manis dari Aldric.

"Jangan terlalu sering memperhatikanku, ayo masuk sebelum kau terlambat." kali ini Aldric merapikan tata letak jaketnya yang sudah menempel pada tubuhnya.

Elle buru-buru melangkah lebih dulu. Dia meninggalkan Aldric sebelum pria itu semakin bertingkah aneh. Mungkin dunia sedang terbalik karena membiarkan Aldric yang angkuh nan sombong, mendadak manis seperti gula. Dia semakin yakin kepala Aldric terbentur sesuatu sehingga berubah seperti itu.

"Elle, jangan jalan terlalu buru-buru. Bukannya kakimu masih sakit?"

Aldric sudah menyamai langkah Elle. Wanita itu mengabaikannya dan tetap berjalan. Aldric tidak tinggal diam, dia memiliki sejuta cara untuk membuat Elle meresponnya.

"Elle, ku rasa kau menginjak kotoran anjing." Aldric berbohong.

Elle spontan melihat ke arah bawah kakinya sambil berkata, "Seriously?" 

Aldric tertawa kecil sesudah melihat reaksi Elle. Wanita itu tampak menghela napas kasar karena merasa kesal telah di bohongi. Elle kembali melangkah tanpa mau meladeni Aldric yang masih menikmati tawanya.

Tidak tahu kenapa Aldric menikmati hal semacam ini yang padahal bukan tipenya sama sekali. Dia segera mengikuti Elle dari belakang, masih berusaha menguasai diri dari tawanya.

"Hei, Elle! Tunggu!"

💕 💕 💕

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ya💕💕

Sisanya nanti siang ya 🙏

Drive Me Crazy [SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAYBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang