Chapter 14

1.4K 67 4
                                    

Suasana bis 3 benar-benar ramai. Apalagi kursi bagian belakang. Beberapa anak bercanda dan tertawa sangat keras. Sementara beberapa anak lainnya bermain gitar dan bernyanyi.

Lucid mendengarkan lagu yang berkumandang dari earphone yang ada ditelinganya. Matanya menatap layar ponsel dan sesekali melirik Alexa.

"Perjalanan masih jauh. Tidur aja dulu" Kata Lucid.

Alexa diam.

"Ga pake jaket? Ga ngerasa dingin?" Tanya Lucid lagi.

Ah, Alexa baru ingat. Tadi dia memasukkan jaketnya ke ransel saat baru naik bis.

"Ada ditas" Jawab Alexa.

Lucid menghela nafas. Ia menaruh ponselnya disaku celana. Ia melepas jaket nya. Lalu melemparkan benda berwarna biru itu ke Alexa.

"Pake. Gua aku ga mau kamu  masuk angin" Ujar Lucid. Ia kembali menatap layar ponselnya.

Alexa menatap Lucid bingung. Ia memandang jaket itu sejenak.

Alexa hendak berbicara. Tapi, sudahlah. Lucid selalu menang dalam perdebatan manapun.

Setelah jaket itu menempel sempurna ditubuhnya, Alexa kembali menatap keluar jendela. Matanya sangat mengantuk. Ia ingin tidur tapi tak bisa. Setiap bis mengerem, kepalanya terbentur jendela.

Lucid melirik Alexa sebentar. Ia menarik dengan halus kepala Alexa dengan tangan kirinya. Menyenderkan kepala gadis itu di pundaknya.

Alexa tidak menolak gerakan itu. Matanya membulat dan ia bisa memastikan kalau pipinya seperti udang rebus sekarang.

"Gini lebih nyaman kan?" Tanya Lucid sambil tersenyum. Ia merileks kan tubuhnya. Lalu menyenderkan kepalanya ke kepala Alexa.

"Tidur. 2 setengah jam lagi kita baru sampe" Ucap Lucid pelan. Ia mulai memejamkan matanya. Merasakan kehangatan saat pipinya menyentuh rambut Alexa.

Alexa hanya mengangguk. Ia mengatur detak jantungnya yang entah mengapa berdegup lebih kencang.

David menatap kejadian itu dari atas kursi nomor 17. Percaya atau tidak, David sedari tadi berdiri diatas kursi nomor 17 dan bernyanyi bersama Reno, Saputra, Randy, dan beberapa teman lainnya.

Kejadian yang diliat David tadi sangat memilukan hati. Ia melirik Randy yang duduk manis sambil asyik bermain gitar.

"Pinjem gitar lo, Ren" Katanya.

Randy mendongak. Menatap David yang lebih tinggi darinya. "Turun. Kalo jatuh bahaya" Jawabnya.

David mengambil gitar itu. "Selow. Gua udah atur gravitasi disini" Ucapnya setengah tertawa.

Randy hanya menggelengkan kepala. Lalu menyerahkan gitar coklatnya pada David.

"Wkwk. Gitu dong" Ujar David sambil menerima gitar itu.

Ia berdeham sebentar. Lalu memetik senar gitar tadi. Dan bernyanyi

In my dream, you're with me
We'll be everything I want us to be.
And from there, who knows?
Maybe this will be the night that we kiss.
For the first time.
Or that just me and my imagination.

Lagu milik Shawn Mendes yang berjudul Imagination itu mengalun indah. Terdengar sampai se-antero bis.

"Dari awal woi" Teriak Selly dari kursi nomor 30.

"Nanggung amat elah." Tambah Hanna.

"Dari awal biar enak didenger" Zara menimpali.

David tertawa. "Gua cuma hafal reff doang. Lagian bait itu yang pas sama keadaan sekarang" Jawab David.

Deg!
Alexa hendak bangun dan mencari tahu siapa yang dimaksud David tadi. Tapi kepala Lucid ada diatas kepalanya sekarang. Ia tak enak hati membangunkan lelaki yang mungkin sudah tidur itu.

"Gile lu tong. Bisa kasmaran juga ya??" Kata Reno sambil menatap David.

"Anying. Bisa lah lu kira gua apa" Ujar David.

"Kucing" Balas Reno.

Terdengar suara tawa dari arah belakang.

Alexa menghela nafas. "Besok saja kutanya" Pikirnya.

Ia memejamkan matanya. Berusaha untuk tidur.

---

Setelah sampai dibumi perkemahan, para peserta turun dari bis. Lalu berbaris. Kali ini yang memberi komando para guru dan anggota OSIS ikut menjadi peserta. Para peserta berbaris membentuk barisan 3 shaf.

"Ini pembagian tenda buat tidur kan?" Tanya Zihan sambil menepuk pundak Alexa yang berdiri didepannya.

Alexa mengangguk. "1 tenda diisi 3 orang" Jawab Alexa sambil menoleh kebelakang.

"Lah, dikit amat satu tenda cuma 3 orang??" Tanya Zihan lagi.

Alexa menghela nafas. "Tendanya kecil tau. 2x2 meter doang"

"Diem anjay! Gua lagi dengerin Pak Adam ngomong" Seru Tania dari barisan paling depan.

Alexa dan Zihan hanya tertawa.

"Silahkan ketua bisa maju untuk mengambil tenda serta tanda anggota" Ucap pak Adam lewat mic.

Tania sebagai ketua maju. Tak lama, ia kembali membawa 3 tanda peserta dan sebuah tas berbentuk tabung berisi tenda.

"Tania, Alexa, Zihan. Kita satu tenda" Kata Tania sambil membaca setiap tanda peserta. Ia menyodorkan tanda peserta itu sesuai namanya.

Alexa mengalungkan tanda peserta itu dilehernya. "Yuk langsung cari tempat" Ajaknya. Diikuti anggukan Tania dan Zihan.

Semua tenda didirikan dilapangan itu secara melingkar. Disisi selatan sedikit dikosongi untuk akses keluar masuk lapangan. Dan disisi barat juga sedikit dikosongi untuk akses menuju sungai yang mengalir didekat lapangan perkemahan tersebut

Mereka berhenti disisi barat lapangan.

Brukk...!
Tania menjatuhkan tas berisi tenda itu ke rerumputan hijau. Ia, Alexa dan Tania berdiri mengelilingi tas itu.

"Jangan bilang disini ga ada yang bisa diriin tenda" Ujar Tania sambil menatap kedua temannya.

Tania dan Alexa berpandangan. Lalu menggeleng.

Tania menghela nafas. Ia memandang kesekelilingnya. Pandangannya berhenti pada David yang sedang membantu seseorang mendirikan tenda. 10 meter disebelahnya.

"Dav! Bantuin bikin tenda!"

Tania menoleh dengan satu gerakan cepat. Ia bahkan baru membuka mulut sebelum Alexa berteriak memanggil lelaki itu.

David menoleh. Dan Alexa berlari kearahnya.

☆☆☆
Jangan lupa VOTE dan COMMENT😆

Kubuat Kau Jatuh Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang