"Oh, shit," celetuk Dira saat melihat bapaknya berkacak pinggang di teras rumah, melihat tepat ke arah mobil Adit yang barusan berhenti di depan rumah.
Selesai memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari gerbang car port rumah Dira, Adit melirik ke arah Dira yang tampak ciut di kursi di sebelahnya. "Lo kenapa?" tanya Adit pada Dira. Dira menggeleng sambil melepas sabuk pengaman, mengatur napas, berusaha tidak terdengar panik. "Lo nggak bilang ke bokap lo kalau lo bakal pulang telat?" tanya Adit sambil mempelajari ekspresi di wajah Dira.
"Bilang, tapi gue bilang gue keluar sama Nabila, bukan sama lo."
Adit menarik wajahnya dan bergidik. Ia hanya ingat Irjenpol Junadi sebagai menakutkan, ia dan kedua kakak laki-laki Dira.
Dira turun dari mobil tanpa pamit, menyematkan selempengan tas punggungnya ke bahu, mengikat rambutnya, dan berjalan dengan kepala tertunduk melewati pintu gerbang dan car port. Adit terduduk di kursi kemudinya, mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya cepat pada setir mobil. Ia bergantian melihat Dira dan bapaknya, menimbang-nimbang apakah ia akan bersembunyi seperti tikus pengecut di balik setir mobilnya atau melangkah keluar dan bertanggung jawab atas kebohongan Dira sebagaimana yang harusnya ia lakukan.
Oh, Ya Tuhan, Adit tidak suka melakukan hal-hal yang benar, tapi mungkin ia harus mulai melakukannya. Ia turun dari mobil, berjalan cepat menghampiri Dira dan bapaknya di teras. Ia menunduk, menggosok-gosok tangannya, siapa tahu mentalnya bakal membaja di hadapan sosok Irjenpol Junadi yang tinggi besar dengan kumis yang tebal mengancam. Adit menelan ludah melihat kaki dan sarung putih Irjenpol Junadi. Pelan-pelan, Adit mengangkat wajahnya, memaksa keberanian muncul di kedua sudut bibirnya hingga mampu menyapa bapak Dira dengan sebuah senyum canggung.
"Selamat So—Malam, Om," kata Adit gugup, berdiri di samping Dira.
"Aditya Hanggoro Adjie, sudah berani silaturahmi ke sini juga ya, kamu," kata bapak Dira sambil cengengesan, menampakkan sederet gigi yang kusam karena kopi. Melihat sikap Irjenpol Junadi yang tenang dan santai, Adit ingin juga ikut cengengesan, tapi ia sadar betul ketenangan diwajahnya mengisyaratkan badai. Irjenpol Junadi tidak mungkin lupa pada semua keisengan yang telah Adit lakukan pada putrinya semasa SMP, ia akan mengerti kalau Irjenpol Junadi berniat mendatangkan badai padanya.
"Maaf, karena terlambat memulangkan Dira, Om," kata Adit.
Dira melirik ke arah Adit, namun Adit tak berani membalasnya karena matanya telah dikunci oleh tatapan Irjenpol Junadi. "Tadi kamu izin sama Bapak, bilangnya pergi sama Nabila tah?"
"Mm, itu—"
"Oh, Om, jangan salah paham, Om," kata Adit, memotong Dira. "Tadi saya kebetulan ketemu sama Dira dan Nabila di jalan, terus saya tawarin mereka pulang, terus tadi saya anter Nabila dulu dan baru anter Dira pulang, Om. Apartemen saya nggak jauh dari sini soalnya, Om." Adit tersenyum.
Dira mengangguk saja pada kebohongan Adit, ia pikir alasan Adit cukup masuk akal untuk diterima oleh bapaknya. Irjenpol Junadi mengangguk sambil tersenyum, membuat perasaan Dira dan Adit sedikit lega, sampai tiba-tiba ekspresinya layu dan berubah serius. "Kalau gitu, Bapak akan pura-pura percaya sama kamu," kata Irjenpol Junadi pada putrinya. Hati Dira mencelos, seluruh otot wajahnya mengkerut bersamaan dengan sakit perutnya yang tiba-tiba naik, sedangkan Adit tersedak ludahnya sendiri sampai batuk-batuk.
"Jam 4 tadi teman-teman kamu datang ke rumah, si Nabila, Dian, sama anaknya Pak Maruli. Siapa? Mariana. Katanya kamu menangis di sekolah dan nggak bicara sama mereka, mereka mencari kamu, khawatir." Bapak Dira segera mengalihkan pandangannya ke arah Adit dan melihat ke arahnya seolah siap menjewer lagi telinga anak itu. "Saya pernah bilang dan saya nggak lupa lho, Aditya," kata Irjenpol Junadi pada Adit. "Kalau maksud kamu pada anak saya ndak baik, lebih baik kamu ndak usah dekat-dekat dengan anak saya." Mendengar hal itu Dira langsung memejamkan matanya resah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Boi || jhj, hhj
FanficAdira (Jeon Heejin) has a blog, a secret admirer, a guy she's in love with, and a lingering prick who makes everything ten times more complicated. -------------------- "Dit, kalau gue ditolak terus gue jatuh, lo bakal nangkep gue kan?" "Gue nggak ak...