"Kayaknya seru yah punya pacar yang sesama gamers?"
"Gaenak jing sumpah."
×××
Dia mulai mengangkat iphone nya, menyamping, tidak lama berbunyilah suara,
*Welcome to mobile legend*
Selesai kuliah gue selalu makan siang bareng Cicil--Cicil adalah pacar gue pada saat itu. Sekarang, uda jadi mantan--.
Sambil menunggu pesanan yang lumayan lama, padahal hanya semangkok mie instant, gawai pun dia keluarkan."Kok kamu uda main duluan sih?" Kata gue ke Cicil kesal.
"Kamu lama sih login nya, aku harus push rank!" Balas dia sambil terfokus pada iphone nya.
"Push rank mulu, emang kenapa sih?" Bales gue jutek.
"Aku bakalan kejar terus rank Epic itu!" Balas dia dengan semangat sambil mengepal tangannya kemudian mengangkatnya.
"Kejar rank kamu cepat, kejar cintaku kamu lama!" Balas gue.
Hal ini sering terjadi, tiap kali makan bareng, ketemuan bareng, pasti kita main dulu. Kadang main bareng, kadang gue yang asik main, kadang dia. Kadang waiter nya sebel kita kacangin. Ya gak?
Dia terfokus dengan game yang dia mainkan. Kedua jempolnya dengan gesit bergerak. Jempol kiri sibuk bergeser, jempol kanan sibuk bergerak gesit, seakan-akan tidak ada boleh minion yang terlewatkan. Makanan pun telah datang, game belum juga kelar. Biasa main game ini butuh 15-30 menit."Ciil ayuuu makan nanti ngembang itu" kata gue sambil menunjuk mie instan kuah yang dia pesan, asapnya kemana-mana, membuat kacamata beruap.
"Iya nanti aja ini tanggung uda mau menang" balas dia sambil fokus pada layar gawainya.
"Ini nanti mie nya ngembang gimana" lanjut gue.
"Ya bagus jadi lebih gede mienya, cepet kenyang" balas dia, masih fokus dengan layarnya sambil menyerah tower musuh.
Naluri anak kos memang tidak bisa dilawan. Motto mereka saat makan cuma satu. Yang penting kenyang, harga murah.
Dia terlihat fokus sambil sesekali tersenyum. Dia berhasil membunuh 3 musuh sendirian. TRIPPLE KILL. Pacar yang jago main memang idaman ya.*Enemy has slain lord!*
"AKKHH SIALAN MUSUHNYA NGELORD" teriak Cicil di sebuah mall yang sepi namun ada orang, biasanya karyawan mall yang gabut. Suaranya bergema, mengheningkan kesepian yang sudah aja, semakin sepi. Semua orang menengok ke Cicil.
Gue tau kalo tindakan yang gue lakukan adalah kabur dari meja itu dan keluar mall, Cicil pasti akan langsung musugin gue. Gue juga kasian dia uda mau menang tapi malah epic comeback musuh. Akhirnya gue nendangin dia, maksudnya nenangin dia,
"Uda jangan marah-marah mulu, ayok pasti bis--"
"DIEM!" teriak Cicil yang kemudian kembali mengheningkan keheningan yang ada. Gue pengen tendang dia terus kabur rasanya. Punya pacar ambis banget sama game.
"Iyaa iya aduh" balas gue pasrah menahan malu.
Akhirnya permainan selesai. Dia kalah. Suasana mulai tegang. Dia membanting tangannya keatas meja sambil memegang gawai mahalnya itu.
*BRAAKKK*
"Kamu kenapa sih?" Tanya gue ke dia.
Dia hanya terdiam. Mukanya jutek. Alisnya menajam. Matanya sipit, dari sananya, sama kaya gue.
Gue bingung banget bagaimana menghadapi kondisi seperti itu. Sebagai cowok, hal yang gue lakuin ketika kalah adalah ngomong kasar, nyumpahin orang lain, report mereka. Setelah itu gue akan berusaha move on dan lanjut main, atau beraktivitas lain yang menghibur.
Namun dia hanya terdiam diposisi yang sama. Suasana makin tidak enak dan mulai terasa canggung. Gue berusaha menghibur dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kelas Kakap
HumorBuku ini berisi kumpulan cerita fiksi random gajelas bertemakan cinta,, yang pernah gue saksikan atau bahkan alami dikolaborasikan menjadi satu, diaduk dengan bumbu indomie. Gue harap cerita ini bisa menghibur dan menjadi inspirasi kalian dalam menj...