Me, You, and The Cafe

3.1K 451 50
                                    

ㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

:: EPHEMERAL ::


  

ADA satu hal yang membuat Yeri menjadi betah bekerja di kafe berkonsep vintage itu. Tentu saja karena si pelanggan setia yang seringkali datang setiap sore itu! Nyaris setiap sore, pelanggan dengan tubuh jangkung itu datang, memesan minuman favoritnya―Chocolate Frappe. Entah kenapa pria itu sering sekali datang ke kafe tersebut. Yang Yeri tahu, laki-laki itu hanya datang sendirian, lantas membuka laptopnya, kemudian sibuk mengetik sesuatu di laptop hitamnya itu―sambil sesekali menyesap minuman yang ia pesan.

ㅤYeri bisa melihat jelas aktivitas pria itu meski hanya dari pantry. Saking seringnya ia memandang pelanggan setianya itu, Yeri bahkan sempat ditegur oleh beberapa rekan kerjanya karena dianggap tidak serius dalam bekerja. Salah satunya Arin, perempuan bermata sipit yang seringkali tak sengaja memergoki Yeri tengah memperhatikan pelanggannya dari kejauhan.

ㅤHanya saja, sudah tiga hari belakangan ini, Yeri tak lagi mendapati pelanggan setianya itu datang ke kafe. Bahkan, ampai ia menunggu larut malam pun, pria itu tak kunjung datang. Yeri jadi bertanya-tanya, kemana perginya pelanggan setia itu? Apa mungkin dia sudah menemukan kafe baru―makanya dia tidak datang kemari lagi? Pertanyaan itu berkecamuk di dalam otaknya.

ㅤTepat pukul 5 sore, Yeri sedang sibuk-sibuknya terduduk di kursi pantry, melamunkan berbagai macam hal. Tiba-tiba, lonceng pintu kafe berbunyi―menandakan seorang pelanggan baru datang. Kontan, ia tersentak pelan, segera mendongak. Sesuai harapannya kali ini―pelanggan favoritnya itu muncul kembali.

ㅤ"S-selamat sore! Selamat datang di Milky Way Cafe!" Yeri dengan semangat memberikan sapaan terbaiknya pada pelanggan setianya. Tidak lupa, senyuman manis ikut ia sunggingkan ke arah pria bertubuh jangkung itu.  "Ada yang bisa kubantu, Tuan?"

ㅤ"Chocolate Frappe dan macaroon." Laki-laki itu segera menjawab gesit, langsung menyodorkan selembar uang ke arah Yeri. "Ambil saja kembaliannya. Dan tolong kau antarkan ke mejaku," katanya, lantas membuat Yeri langsung mengangguk pelan.

ㅤKali ini, Yeri tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Bahkan, di saat ia sibuk membuat pesanan untuk pria itu, Yeri tak henti-hentinya tersenyum, hingga membuat Arin―salah satu rekan kerjanya―langsung mengernyit heran. Tapi, di detik selanjutnya, Arin paham mengapa sejak tadi Yeri terus berbunga-bunga. "Pelanggan setiamu datang lagi, ya?" celetuknya tiba-tiba.

ㅤ"Ya." Yeri mengangguk singkat, kemudian sibuk menyiapkan kue macaroon pesanan pelanggannya itu. Setelah beres membuatkan minuman, ia pun menyiapkan nampan, kemudian menaruh piring kecil beserta gelas minuman itu di atasnya. "Arin, silakan kau antar ini ke mejanya."

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang