Apa kau tau? Hampir setiap 24 jam pasti selalu seperempatnya kuhabiskan dengan memikirkan mu.~Raka
****
Raka kembali menuju kelasnya dengan perasaan kesal. Bagaimana ia tak kesal? Jika Regaf kembali mengganggunya dengan mengingatkan cowok itu tentang tantangannya.Raka akui dia dulu terpancing emosi, dan obsesinya mengusir Milenia, tapi sekarang Raka telah berubah. Percayalah, Raka sekarang menganggap Milenia sebagai adiknya, dia mulai belajar menerima gadis itu. Mungkin sekarang dia juga mulai menyayanginya.
Jika saja Milenia tahu tentang hal ini, bisa-bisa gadis itu akan sangat marah kepadanya.
Raka masuk kedalam kelas, cowok itu melihat seorang guru tengah memberikan penjelasan.
"Permisi, maaf bu saya ijin masuk."
Guru itu menoleh dengan kesal. "Kamu Raka? Habis dari mana? Bel masuk sudah setengah jam yang lalu berbunyi. Kenapa baru masuk sekarang?"
Mampus. Satu kata yang kini keluar dari batin semua murid yang ada di kelas. Terkecuali Milenia, gadis itu bahkan enggan menatap Raka. Ia hanya menatap papan tulis yang ada di depan.
"Eh? Itu bu, saya abis dari ruang BK."
Guru itu menghela napas, sebelum mengangguk.
"Yasudah, cepetan masuk."
Raka mengangguk patuh. Dia berjalan menuju bangkunya berada, Raka melihat Milenia tengah menatap ke depan, tidak menghiraukan kedatangannya.
"Baiklah, mulai hari ini, ibu ingin kalian pindah duduk jangan berada di tempat yang biasanya. Yang di depan pindah ke belakang dan yang di belakang pun sebaliknya, kalian tukeran tempat. Ingat! Hanya dalam pelajaran ibu saja. Mengerti?"
Semua murid berseru mengerti, meski dalam hati mereka menggerutu kesal.
"Yah, males ah. Gue gak mau pindah tempat, pengennya sama lo terus Mil."
Milenia menatap Sabrina, gadis itu terkekeh pelan. "Cuma pelajaran Bu Yuni aja, lagi pula sebentar doang."
"Ya tapikan... Gimana kalo gue sebangku sama cowok? Masih mending ya kalo gue sebangku sama si Zico, atau paling engga si Heru. Lah ini, gimana kalo gue sebangku sama si Riki? Dia kan omes Mil.. gue gak mau telinga gue ini terkontaminasi oleh perkataan vulgarnya dia."
Milenia menggaruk belakang telinganya, bingung harus menjawab apa. Pasalnya Sabrina berbicara dengan suara super cepat sedangkan ucapannya tidaklah sedikit.
"Ehehe, berdo'a aja supaya lo gak sebangku sama si Riki."
Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Milenia, dan Sabrina benar-benar melakukannya. Gadis itu komat-kamit dengan suara yang cukup bisa di dengar.
"Semoga gue gak sebangku sama si Riki, Ya Alloh.. tolong kabulkan permintaan gue eh-- aku maksudnya. Aku gak mau sebangku sama dia yang omesnya ngalahin tukang es cendol di depan rumah Sabrina. Tolong singkirkan makhluk yang bernama--" Belum sempat Sabrina melanjutkan do'anya, Bu Yuni telah memotong perkataannya.
"Riki, kamu sama Sabrina. Dian dan Cello, Katrina sama Robi, dan Narima sama Zico.."
"Mungkin udah takdir." Milenia menepuk bahu Sabrina prihatin, gadis itu berusaha menyemangati Sabrina ketika namanya disebut.
"Dan yang terkahir, Milenia... Sama Raka."
Seketika semangatnya luntur begitu saja. Kenapa? Kenapa harus kebetulan seperti ini? Dan kenapa juga harus dia dan Raka yang selalu terakhir ketika dipanggil.
"Nasib gue gak kalah apes sama nasib lo Sab," Kini giliran Sabrina yang menepuk bahu Milenia seraya menatap gadis itu prihatin.
"Ini ujian, mohon bersabar."
***
Milenia mengambil helmnya tanpa suara membuat Raka mengernyit heran.
"Lo kenapa? Kok mendadak jadi pendiem gini? Lagi PMS ya?"
Milenia menggeleng sebelum naik ke atas jok motor tanpa banyak bicara.
"Kenapa?" Tanya Raka.
Ada juga gue yang harusnya nanya kenapa sama lo.
"Engga." Meski dalam hati Milenia berteriak jika semua keterdiamannya karena cowok itu, Milenia masih sadar untuk tidak melakukan hal bodoh.
Biar saja Raka intropeksi, Milenia benar-benar capek dengan perilaku Raka yang sangat sulit ditebak.
Raka sendiri menggeleng pelan, meski penasaran cowok itu tetap diam. Raka pikir Milenia sedang dalam masa bulanannya.
Selama di perjalanan tak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan. Baik Raka maupun Milenia sama-sama terdiam. Sampai akhirnya mereka telah tiba di rumah, Milenia langsung turun dan melepaskan helmnya tanpa banyak bicara.
Gadis itu langsung masuk kedalam rumah membuat Raka sepenuhnya menyadari ada yang salah dengan tingkah Milenia.
"Mile kenapa?"
Milenia menjatuhkan badannya ke kasurnya. Ia menatap langit-langit kamarnya seraya menghela napas berat.
"Lo sukses bikin gue jatuh cinta, apa lo puas?"
Milenia maraih ponselnya, melepaskan salah satu kartunya lalu membuang benda itu kedalam tong sampah.
"Sori Regaf, gue terlanjur marah sama lo. Lo gak berhak punya nomor hape gue, lagi."
Milenia menghembuskan napas panjang, ia meraih bantal sebelum memeluknya erat.
"Kenapa? Mile pikir, Raka udah berubah.. tapi engga."
Hingga larut malam, Milenia belum mengangganti baju seragamnya. Ia meringkuk diatas kasur dengan mata sembab. Nida yang seperti biasa menyuruh Milenia untuk makan malam bersama, menemukan putri angkatnya itu sedang tertidur pulas memeluk bantal.
Nida tersenyum hangat, sebelum menutup pintu kembali.
"Mile mana?" Tanya Raka saat Nida datang tanpa Milenia.
"Dia udah tidur."
"Gak biasanya dia tidur jam segini."
"Emang biasanya jam berapa? Kamu kok bisa hapal jam tidurnya dia."
"Raka tau lah, kan Mile suka nemenin Raka kalo mamah belom pulang dari toko."
Nida menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. "Mungkin dia lagi cape, jadi ketiduran. Tadi mama liat dia belum ganti baju."
Raka mengangguk pelan, setelah menyelesaikan makan malamnya, Raka kembali kekamarnya. Namun saat ia melewati kamar Milenia, cowok itu berhenti.
"Masa sih dia udah tidur?"
Raka membuka pintu kamar Milenia perlahan, hingga matanya menangkap sosok tengah tertidur pulas dengan tangan terlentang. Raka masuk dengan mengendap-endap.
Menyimpan tangan Milenia di atas perutnya setelah itu menyelimutinya dengan selimut. Raka kembali menuju kamarnya, ia menutup pintu kamar Milenia seraya bergumam pelan.
"Selamat malam Mile, mimpi indah. Semoga lo lagi mimpiin gue."
-tbc
********
Sorry guys no bonus epilog heheh, I'm so stuck. I've no idea for this chapter. So sorry, and don't forget to vote and comment. See you next chapter, and i swear, I'll give you bonus Epilog in next chapter. Byebye❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka's Missions! [COMPLETED]
Fiksi Remaja[TAHAP REVISI] Is it possible to fall in love when all you know is hate? Milenia baru saja kehilangan Ayahnya, dan harus tinggal bersama keluarga Andara yang tak lain adalah keluarga Raka. Serangkaian rencana yang Raka susun untuk mengusir gadis itu...