[Revisi Version] - Pelakor pt.1

24.6K 1.5K 53
                                    

"Sayang, aku pergi kerja dulu ya." Pamit Adnan saat memakaikan jas Dokternya, Vera mengikuti Adnan dari belakang sambil menggendong Daffa. Saat sudah sampai pintu utama rumah, Adnan berbalik dan mencium kening Vera dan pucuk kepala Daffa bergantian, Vera mencium tangan Adnan.

"Hati-hati ya." Pesannya pada sang suami.

Adnan mengangguk, lalu berjalan kearah mobil Range Rover putihnya. Setelah masuk, Adnan membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangan pada kedua orang yang sangat ia sayangi.

"Dadah Papa, pulang cepet ya hari ini, we love you." Vera mengangkat tangan Daffa agar melambai pada Mobil Adnan yang kian menjauh setelah keluar dari gerbang tinggi rumah mereka, "Masuk yuk." Ajaknya pada si kecil.

Menutup pintu rumah, ia berjalan ke ruang santai keluarga, yaitu ruang tv, disana ia dan yang lain selalu menghabiskan waktu bersama, sesampainya di ruang tv, Vera segera mendudukan dirinya dan Daffa di sofa yang nyaman. Daffa sibuk menyusu botol sambil mendengarkan musik classic yang sengaja wanita itu nyalakan, agar si kecil Daffa nyaman berada disini. Sebenarnya ruang tv di rumah Vera ada dua, di atas dan di bawah. Sedangkan yang Vera tempati sekarang ada di lantai dua.

Vera menyalakan tv, ia memutar-mutar channel tv nya tidak menentu, Vera lalu berhenti memutar-mutar chanelnya dan lebih memilih membuka Instagram lewat tv kabelnya. Vera membuka explore instagramnya, banyak yang jadi tranding di instagram. Mulai dari gossip pedangdut yang Transgender lah, sampai tranding yang selalu panas, yaitu pelakor.

Vera mulai membuka satu persatu berita yang memunculkan topik pelakor ini, apalagi ada pelakor yang tega merebut dokter yang sudah beristri. Padahal si pelakor ini masih murid Koas. Ck-ck, dunia sudah gila memang. Vera mematikan siaran televisi itu dan berdoa semoga para suaminya tidak di ganggu wanita perusak rumah tangga, seperti yang banyak terjadi akhir-akhir ini.

Adnan bulak-balik lorong rumah sakit, ia begitu sibuk hari ini. Jam dua siang nanti ia ada jadwal operasi Caesar, meskipun Adnan dokter spesialis kandungan, terkadang ia juga membantu memeriksa pasien yang biasa dilakukan dokter umum. Tapi itu jarang, sekarang musim Mahmud (Mama Muda). Jadi Adnan kebanjiran pasien ibu-ibu muda cantik berdaster.

"Sus, ada berapa pasien sekarang?" Tanya Adnan sembari menuliskan beberapa resep obat untuk pasien yang akan ia visit jam sembilan nanti.

"Banyak dok, sekitar 20 orang. Mungkin bisa bertambah, soalnya ada beberapa jadwal ibu hamil yang cek Lab hari ini juga, dok!" Jelas Ema.

"Wah banyak juga, musim ujan sih, biasa, waktunya bercocok tanam. Hahahaha.." canda Adnan, diakhiri dengan suara tawa nya yang khas. Si suster hanya tersipu malu dan ikut terkikik geli sedikit.

"Ah dokter bisa aja, saya kedepan dulu dok, memanggil pasien selanjutnya"

Adnan hanya mengangguk, suster bername-tag 'Ema' itu memanggil pasien selanjutnya. Saat si pasien masuk, Adnan masih sibuk menunduk dan sedang menulis sesuatu.

Lalu Adnan mengadah dan tersenyum. "Silahkan duduk mbak."

"Keluhannya apa mbak?" Tanya Adnan langsung to the point.

"Panggil Angel aja dok. Ini saya mau pasang spiral Kb, dok." Angel berbicara matanya tak lepas dari wajah tampan Adnan, ia mengangumi wajah sempurna Dokter spesialis kandungan ini.

"Mbak Angel maaf sebelumnya sudah menikah?" Tanyanya memastikan, wajahnya masih terlihat sangat muda, Adnan taksir umurnya sekitar awal dua puluhan.

Angel nampak gelisah, "B-belum dok" jawabnya terbata.

Adnan tersenyum maklum, "umurnya berapa?"

"20 Tahun dok," jawab Angel sedikit gugup, Adnan lagi-lagi tersenyum membuat Angel makin terpana. Adnan pun banyak menjelaskan apa itu Spiral Kb, dan dampak positif dan negatifnya pada gadis seumurnya, Angel mendengarkan dengan seksama, suara Adnan sangat lembut ketika menjelaskan dan begitu fokus.

"Jadi apa Mbak Angel tetep mau pakai Spiral Kb?" Tanya Adnan serius.

Angel mengangguk mantap, "Sebelumnya pakai baju khusus dulu mbak," kata Adnan sambil mengambil baju hijau seperti baju operasi dari dalam laci, diambil oleh gadis tersebut dengan sedikit gemetar, bukan karena takut, tapi karena terpesona akan wibawa yang menyelimuti sosok di hadapannya.

"Baju yang ini di buka dok?"

"Iya mbak, cuman pakai baju khusus itu saja. Maaf dalamannya juga di buka mbak"

"Iya dok."

Meninggalkan gadis itu seorang diri, di dekat ranjang ruang periksa. Adnan masuk ke toilet yang ada di dalam ruang praktiknya, ia mencuci tangan terlebih dahulu agar steril.

Selang beberapa saat, Adnan keluar dan segera mempersiapkan alat-alatny dibantu Suster Ema, Angel membuka bajunya di depan Adnan dan menggantinya dengan santai. Adnan hanya memaklumi ia sudah terbiasa akan hal itu. Karena ia bersikap profesional sebagai dokter.

Kalau Vera yang seperti itu sih, lain lagi ceritanya. Ia dengan senang hati membantu, membukakan bajunya. Hehehe..

"Silahkan berbaring mbak, kakinya dinaikkan keatas"

Angel berbaring di ranjang rumah sakit itu, tapi berbeda ranjangnya kecil dan di buat khusus untuk ibu yang melahirkan. Dan terdapat penyangga kaki agar mengangkang lebar.

••

"Mas Kendra lagi dimana?" Suara dari sebrang telpon milik Kendra. Itu Vera, istrinya yang sedang duduk santai melihat ke arah layar, yang menampilkan wajah mereka berdua. Video call adalah salah satu cara, memadamkan rasa rindu, meskipun tidak benar-benar padam, setidaknya tidak semakin besar.

"Lagi di ruang kerja, sayang. Lagi makan siang aku." Jawab Kendra seadanya. Sembari memasukkan sesendok nasi dan lauk, yang ia masak tadi pagi.

"Lho, gak makan di kantin, sayang?" Kendra menggeleng lalu menyuapkan nasi ke mulutnya lagi, ia begitu lahap sampai isi kotak bekalnya, sisa setengah.

"Makan sama apa?"

"Nasi, sayur sama ayam goreng."

"Siapa yang masak?" Tanya Vera penasaran.

"Aku masak sendiri, siapa lagi emangnya? Masa delivery, gak enak sayang." Mendengar itu, wanita di dalam layar ponsel Kendra tertawa terbahak, suaminya ini bisa masak juga ternyata. Padahal kalau di rumah, sudah seperti alpha male, apa-apa disiapkan jika urusan dapur seperti itu.

Kendra cemberut, "aku bisa masak, dulu aku suka ikut lomba masak tau!" Rajuknya pada sang istri.

"Oh yaa, masa sih? Kok aku agak gimana gitu, dengernya. Hahahaha.." ejek Vera dengan sedikit menggoda.

"Iya! Udah ah, bahas yang lain aja. Sebel aku jadinya." Kesalnya, membuat Vera kembali tertawa kencang, sampai perutnya sakit.

"Ahahahaha... Mas Kendra, ish. Haduh, lucu banget sih kamu. Iya-iya, ganti topik deh, hahaha.."

••

"Dit, istri lu gimana?" Tanya Almer secara tiba-tiba. Fyi, ia adalah teman Aditya yang ikut Training juga, tidak terlalu dekat, tapi pernahlah mengobrol sedikit-sedikit.

"Gak gimana-gimana" Jawab Adit sekenanya, karena ia sedang malas membahas masalah ini. Almer kembali bertanya "Abang lu masih?" Masih dengan rasa penasaran, Almer agak sedikit membelokkan arah pertanyaannya ke arah sensitif.

"Hem. Udahlah gue gak mau bahas. Capek! Lo mendingan apalin aja tuh, yang bakal dibahas nanti. Gausah kepo mulu." Balas Adit sedikit ketus.

"Daffa sebenernya anak siapa sih? Kok gue liat, deket sama abang-abang lo gitu." Semakin tak terkendali, Almer langsung ditatap Adit dengan tatapan mata sinis, "Anak gue." Tekannya di depan wajah Almer yang terlihat gugup dan takut.

••

Gak mau bilang apa" cuman minta vote dan komen. Maaf lagi PMS jadi part ini gaje😅

Silviyani_rahayu

POLIANDRI (3 suami)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang