Bab. 17 : Aku Cemburu

9.5K 1.2K 232
                                    

Author playlist : Labrinth - Jealous

***

PDF alternate ending ready. Harga 60rb. Minat DM ya. ^^

.

.

.


Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto.

Pairing : SasuFemNaru

Rated : T

Warning : Gender switch, OOC, OC, typo(s)

Genre : Supernatural, hurt/comfort, family

Note : Dilarang mengcopy paste isi fic ini maupun fic milik saya lainnya. Yang tetep membandel saya kutuk jadi jomblo seumur hidup!

Selamat membaca!

Calendula Officinalis

Chapter 17 : Aku Cemburu

By : Fuyutsuki Hikari

"Manusia memiliki dua kebutuhan spiritual.

Yang pertama adalah memaafkan.

Yang kedua adalah kebaikan."

(Billy Graham)

.

.

.

"Bu, tas sekolahku ada di mana?" suara Naruto menggema dari lantai dua kediaman Namikaze.

Kushina tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dia menoleh saat putri bungsunya menjulurkan kepala lewat pintu dapur. Eskpresi cemberut Naruto membuatnya gemas. "Kau yang pergi sekolah, kenapa bertanya pada ibu di mana tasmu? Apa itu masuk akal?"

Ia menjeda. Matanya menyipit tepat saat mesin kopinya berdesis. Kushina berjalan menuju konter dan menuangkan kopi untuk dirinya sendiri, sementara untuk putrinya dia menyiapkan segelas jus jeruk dan segelas susu.

"Ayolah, Bu, Ibu pasti tahu." Naruto mulai merengek, dia masuk ke dalam dapur dengan wajah memelas. "Ibu, kan selalu tahu segalanya," rengeknya. "Ibu bahkan selalu berhasil menemukan di mana dasi seragamku." Dia mengambil sepotong roti dari atas piring lalu menggigitnya dalam satu suapan besar. Naruto menoleh ke arah belakang. "Ayah, Kak Kyuubi dan paman ke mana?" tanyanya saat sadar jika dapur keluarganya sepi pagi ini.

"Telan dulu makananmu baru bicara," tegur Kushina, Putri bungsunya itu tersenyum lebar saat ibunya mendaratkan sebuah pukulan pelan di kepalanya. "Mereka sudah pergi sejak tadi."

"Tanpa menungguku?" protes Naruto. Dia menghempaskan tubuhnya pada kursi makan, semakin cemberut. Tega sekali keluarganya meninggalkannya, pikirnya. Dia hanya terlambar bangun beberapa menit dan mereka meninggalkannya? Tidak adil.

"Kau tidur seperti kerbau," kata Kushina, "ayahmu tidak tega membangunkanmu. Dia meminta ibu memberimu tambahan lima belas menit untuk tidur. Kakakmu ada rapat pagi ini jadi dia harus pergi lebih awal. Sementara pamanmu—"

"Dia pasti menjemput tunangannya," potong Naruto. Kushina bisa menangkap nada cemburu yang terselip dalam suara putrinya. "Apa paman harus menikah?"

Kushina kembali mendaratkan satu tamparan pelan di kepala putri bungsunya. Wanita itu berdecak saat Naruto mengaduh dan menatapnya dengan tatapan protes. "Tentu saja dia harus menikah. Pamanmu sudah berumur. Apa kau mau melihatnya terus sendirian? Lagipula, bukankah kau yang menjodohkan mereka berdua?"

TAMAT - Calendula OfficinalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang