#004 : first lie

72 14 1
                                    

....

[14 November]

Setelah pekerjaan yang satu selesai,tumbuh pekerjaan baru lagi. Begitulah siklus pekerjaan seorang Jeon Wonwoo hingga akhir hayatnya. Menjadi editor bukanlah hal buruk sebenarnya namun,siklus hidup yang seperti itu terkadang membuat ia merasa ingin bebas tanpa beban pekerjaan.

Setelah selesai mengirimkan naskah novel yang diedit olehnya. Ia meregangkan badan di kursi putar sambil meminum teh yang bahkan sudah dingin. Ia melirik ke jam dinding waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Sudah saatnya ia pulang karena tidak ada urusan lagi di kantor. Membereskan barang-barangnya dan kemudian melenggang keluar bersama lift yang ia masuki.

Lalu,bagaimana  hubungannya dengan Mingyu? Itu berjalan baik,karena setiap malam pasti Mingyu meneleponnya dengan alasan ia bosan di rumahnya.

Pria itu memang berisik dan cerewet. Menyuruh Wonwoo tidur cepat ketika ia tengah sibuk mengedit naskah atau menyuruh Wonwoo makan-makanan yang bergizi ketika Wonwoo bilang ia hanya makan ramyeon instan hari ini atau menyuruhnya untuk tidak cepat marah ketika Mingyu menggodanya.

Wonwoo menatap layar ponselnya. Biasanya Mingyu akan menelepon jam 10 malam. Tapi sepertinya kali ini ia melupakan rutinitas itu.

"Apa.... aku yang duluan meneleponnya ya? Ahhh,ti-tidak pasti ia pikir aku tengah men-mencemaskannya!!!!" Gumamnya sendirian.


Ia terlihat frustasi ketika Mingyu tak meneleponnya hari ini tapi ia malah menepisnya jauh-jauh perasaan itu. Hingga sebuah dering telepon menginterupsi segala bayangannya tentang alasan Mingyu lupa meneleponnya.

"Ha-hallo !!!!" Ucapnya setengah berteriak.

["Ha..llo? Wonwoo-ssi kau tidak apa?"]

Wonwoo menggeleng,"...y-yah tidak apa.."

["Kau tahu tidak.. aku merasa seperti... mendapat panggilan dari seseorang di telingaku untuk segera meneleponmu. Kau pasti tidak percaya itu kan?"] Mingyu terkekeh diseberang sana.

Suara kekehan beratnya bergema di telinga kiri Wonwoo. Seketika sekujur tubuhnya memanas hanya karena suara tawa renyah milik pria jangkung tersebut.

"Yang be-benar saja ! Mana ada yang se-seperti itu hishh kau ini !!!" Elak Wonwoo dengan sifat malu-malu kucingnya.

Padahal dalam hati,ia tengah berteriak seperti supporter tim juara sepak bola dunia.

["Hahaha,kau memang lucu."]

['Tuan Kim,sudah saatnya giliranmu masuk..']

["Sebentar Dokter !!!"] Jawab Mingyu yang sepertinya tengah berbincang dengan seorang pria yang ia panggil dokter.

Tunggu,dokter?

"Kau sedang di rumah sakit Mingyu-ssi?" Tanya Wonwoo.

["Ehh? Iya,aku mengantarkan ayahku yang sedang berobat karena kesemutannya kambuh hahahaha. Kalau begitu nanti kutelepon. Selamat tidur nona Jeon!"]

Tut...

Sambungan di putus sepihak oleh Mingyu. Wonwoo menutup ponselnya kemudian bersiap untuk tidur. Ia menarik selimutnya tinggi-tinggi.

"Kesemutan? Harusnya sih tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Dasar Kim Mingyu bodoh itu...." gumam Wonwoo sambil berusaha menutup harinya dengan menutup mata.

....

[14 November 2018]
Wonwoo side

Itu adalah kebohongan pertama yang kudapat dan kudengar dari seorang Kim Mingyu. Waktu itu aku masih naif,masih tidak berfikir kedepan. Dan juga tubuhku kala itu sudah sangat lelah,namun entah mengapa hanya dengan mendengarkan suaranya perasaanku dibawa jauh-jauh oleh suaranya.

Kau berkata aku merindukannya? Itu jelas,aku sangat merindukannya. Bertelepon setiap jam 10 malam setelah masing-masing selesai bekerja seharian suntuk. Selalu kami lakukan setiap harinya bahkan itu menjadi rutinitas.

Aku tak pernah menyadari,selama ini ia terlampau banyak telah membohongiku. Tapi itu benar-benar bertujuan untuk kebahagiaanku semata. Mingyu tidak berengsek,tidak seperti pria lain kataku.

Namun mengetahui fakta selama ini ia banyak berbohong membuatku sadar. Harusnya aku lebih sering duduk bersamanya dibanding mengomelinya atau bersikap cuek karena ke egoisanku. Kalaupun aku mau,aku ingin sekali Mingyu kembali padaku. Tapi itu tidak mudah.

Aku mengambil buku diari hitamnya berukuran besar setelah duduk selama 45 menit memandang langit hujan. Nafasku seperti tercekat,namun aku masih bernafas normal. Hanya perasaanku saja yang membuat semua ini berat. Aku membuka ke halaman 4 disitu ia mengaku, Ia telah pertama kalinya berbohong pada perempuan yang ia cintai.

Membaca tulisan tangan Mingyu,seperti aku berada di dekatnya. Disitu ia menulis kegiatan sehari-harinya seperti orang yang hidupnya tak lama lagi. Lalu berbagai foto polaroid yang ia tempel juga di lembar kedua.

Aku mengambil salah satu foto,disana ada foto diriku yang sedang memandang langit dari samping. Tangkapannya bagus seperti fotografer yang membuatku terlihat cantik walaupun hanya dari belakang.

.....
Mingyu side

Aku menutup sambungan telepon dari Wonwoo. Kuharap ia tak terlalu memikirkan kenapa aku bisa ada di rumah sakit malam-malam begini.

Rasanya semua orang didunia ini tidak boleh tahu kondisiku. Termasuk Jeon wonwoo. Ia adalah wanita pertamaku yang paling aku perhatikan. Aku belum bilang aku mencintainya,tapi suatu saat aku pasti akan mengatakan itu secepatnya.

Setelah di panggil dokter,aku segera masuk ke dalam ruangan serba putih itu. Mulai dari sini aku tak mau menjelaskan lebih detail karena itu bukan urusan kalian. Tapi,pasti ada saatnya.

Aku hanya tak ingin cerita ini rusak karena kalian mengetahui kebenarannya lebih dulu. Benar kan? Cerita ini akan tidak seru kalau dibeberkan di halaman pertama.



....





Bersambung.....

When The Rain Meets The Sun | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang