7. Bonds of Conflict

348 27 0
                                    

.

.

.

"H-Hiks.. Hiks.. Uhh.." Kedua mata itu sembab-terlihat memerah dan mengeluarkan air mata yang tidak sedikit tapi ia tahan sebelum akhirnya tumpah juga mengalir dipipi pucat tersebut. Tissue berhamburan dimana-mana; televisi menyala dan menampilkan program yang tengah disaksikan. Tangan sang empunya memegang tissue dan mengelap ingus yang baru saja keluar dari hidungnya sendiri.

"Ukh.. Sedih banget sich, dramanya..." gumam seorang gadis yang menonton dan sudah duduk di sofa tersebut dengan nyamannya dan bersedih-sedih ria. Dengan seorang pria bertubuh jangkung yang juga sedang menahan tangis dari kedua matanya yang berkantung yang menyerupai mata panda karena usia; yang juga duduk disampingnya.

"Jahat sekali! Padahal sebenarnya mereka teman baik di masa depan, kenapa Navira bisa menjadi musuhnya Ryuko dimasa lalu?! Apalagi mereka beda era! BEDA ERA!" geram pria tersebut sambil menggila sebelum menyambar beberapa tissue untuk persiapan jika tangisnya akan meledak.

.

"Jangan lakukan ini, kumohon, Stephanie-san! Kau dikuasai oleh Hinata dengan kelicikannya!" Ryukohime berjalan mundur perlahan; sambil mencoba menjelaskan yang sesungguhnya. Tapi sang gadis berambut merah dan bermata hijau-berdarah Inggris tersebut hanya menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin, melagkah maju perlahan padanya.

"Kau tidak mengerti, hei sang Miiko. Kau tidak tahu apa-apa soal ini. Kau mungkin hanya tahu hidup itu indah, tapi tidak bagiku! Aku dikhianati oleh Willem bahkan adikku sendiri tidak mendukungku! Aku takkan memaafkan orang yang hidupnya begitu indah!" Stephanie meneriakkan makian padanya dan menampar gadis penjaga kuil tersebut, menendangnya dengan sepatu hak tinggi miliknya yang berukuran 8 sentimeter, menjambakkan rambut hitam legam milik Ryukohime hingga beberapa helainya rontok.

Muka Ryukohime yang halus mendapatkan bekas tamparan dipipi kanannya; ia menyentuhnya sambil menangis karena disiksa oleh gadis tersebut, berdoa agar sang kekasih; Ryugazaki Yuuji-Pangeran dari Tokyo-menyelamatkannya.

'Ryugazaki-kun.. tolong..'

.

Ya, itulah kau dan Paman Kagetora yang sedang menonton iklan opera sabun. Ternyata lumayan menarik juga untuk sebuah program televisi berseri ini bagi dirimu (yang mendapatkan tatapan aneh dari sepupumu yang lebih mengagumi drama korea dan drama jepang lokal). Ceritanya diambil dari masa lalu ketika perdagangan di Jepang dibuka secara terbuka pada abad 17 dan masa sekarang. Benar-benar cerita yang menarik, pikirmu sambil mengusap air matamu yang jatuh karena melihat adegan dimana Ryugazaki bertarung dengan Stephanie dengan pedang untuk menyelamatkan Ryukohime.

"Paman, lain kali ajak aku untuk melihat opera sabun yang ini saja ya.." ujarmu pada ayah dari Riko Aida tersebut-Kagetora Aida.

"Oke..Paman pasti bilang kalau drama yang ini bakal tayang kapan saja siarannya.." ujarnya sambil meler dan mengusap ingusnya.

Ih, paman dan keponakan sama-sama jorok.

Setelah selesai bersedih-sedih ria dengan pamanmu, kau pun berjalan menuju kamarmu sendiri dan memasukkinya sebelum menutup pintumu. Kau berjalan menuju meja belajarmu dan duduk dikursi. Tanganmu mengambil sebuah pulpen dan sebuah buku sketsa.

Hobimu menggambar, dari pemandangan gunung kembar dua dengan sawah maupun gambar realistik, kau jelajahi semuanya. Dan syukurlah, kemampuanmu dalam bidang ini cukup dibilang lumayan-itupun kau menilainya dari dirimu sendiri. Sepintas, sesuatu terlintas dibenakmu, bersamaan dengan perut yang keroncongan tiba-tiba.

Rambutmu yang tergerai dan berhiaskan bandana berwarna ungu violet tersebut melambai ditiup angin sepoi dingin akan menjelangnya awal musim dingin dan berakhirnya musim gugur. Kau memakai sebuah sweater berwarna krem pastel dan celana pencil jeans berwarna putih. Memakai mantel outer dress berwarna hitam hingga selutut dan memakai sepatu boots ramping berwarna coklat muda.

About ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang