4 O'Clock [KTH]

97 10 12
                                    

Hallo guys... Ehehehe aku bawa cerita baru. Aku lagi nyoba buat ff nih, karena ini pertama, jadi aku bikin oneshoot dulu. Siapa tahu kalian suka ya kaaaaaaaan 😄.

Oh ya btw, tentang Ssst Pacar Pura-pura, aku bakal lanjutin kapan-kapan, soalnya chap yang seharusnya aku publish itu kehapus. Aku seharusnya udah publish chap baru dari beberapa hari yang lalu, gegara kehapus itu aku jadi males lanjutin wkwkwk, tapi nanti pasti bakal dilanjut kok. Aku usahain secepatnya.

Semoga kalian suka dengan ff ini.

Happy Reading guys

❤❤❤

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aku terduduk di meja belajar berteman kertas dan pena. Ku pandang lagi kertas usang yang penuh dengan ungkapan perasaan. Begitu panjang hingga aku sendiri tidak percaya bahwa akulah yang menulisnya.

Ku alihkan pandangan dan berhenti pada figura foto berukuran sedang di sudut meja. Terlihat foto gadis cantik nan manis sedang tersenyum riang melihat kamera dan di sebelahnya berdiri seorang pemuda yang menampakkan senyum kotak. Aku tersenyum miris. Itu adalah salah satu kenangan dari masalaluku bersama kekasihku, Min Jyo.

Ku geser kembali pandanganku dan berakhir pada ponsel yang tidak menyala. Ku pandangi lama ponsel itu, berharap satu pesan akan datang dari dirinya seperti hari-hari yang lalu. Biasanya di pagi buta seperti ini dia selalu membangunkanku lewat pesan, padahal caranya itu tidak pernah berhasil. Namun, sekarang ini bahkan aku sudah terjaga sebelum pesannya masuk ke ponselku.

Ku lemparkan pandangan keluar jendela. Menatap langit yang mulai berwarna kemerahan, menandakan fajar akan segera tiba. Aku ingat, dia pernah berkata tidak menyukai fajar karena telah membuat sinar bulan menghilang.
"Aku membenci fajar!" protesnya kala itu.

"Kenapa kau selalu mengatakan itu saat fajar tiba?"

"Karena kau juga selalu meninggalkanku saat fajar tiba!"

"Aku kan bekerja, Jyo, lagipula aku akan kembali ketika petang."

"Itulah maksudku,"

"Apa? Apa maksudmu?" tanyaku tidak mengerti.

"Kau adalah sinar bulanku, dan aku membenci fajar karena dia selalu membuatmu meninggalkanku."

Kata-kata yang ia ucapkan di pertemuan terakhir kami kembali terngiang di kepalaku. Aku menyesal dulu hanya menanggapi ucapannya dengan tawa. Aku menyesal karena dulu selalu mendebatnya setiap kali ia mengatakan tidak menyukai fajar. Aku yang bodoh, tidak mengerti arti tersirat dari kalimatnya. Aku terlambat menyadari bahwa sinar bulan yang ia maksud adalah aku dan fajar yang ia maksud adalah kesibukanku. Padahal saat itu dia mengatakannya dengan jelas.

Mataku kembali pada kertas usang itu, kertas yang seharusnya 1 tahun lalu ku kirimkan padanya lewat pos. Warnanya pun telah menguning. Kertas itu bahkan tidak lagi terlihat seperti kertas karena aku pernah meremasnya begitu kuat. Dia remuk bersama kabar yang ku dapat satu tahun lalu. Tanganku terulur, meraih kertas itu dan merapikannya. Aku melipatnya dengan rapi meskipun tetap terlihat lecek, kemudian memasukkannya ke dalam amplop yang sama leceknya. Lalu ku simpan amplop itu di laci meja.

Bangtan Fanfict (Oneshots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang