AN :
Sebuah cerita pendek dengan tokoh utama yang tidak terlalu kompleks. Membahas permasalahan-permasalah kehidupan dengan sudut pandang tertentu.Happy reading guys:)
Bolehlah pas baca sambil dengerin lagu ini.
🌼🌼🌼🌼
• • •
Semua hal yang ada di dunia ini memiliki prioritas masing-masing. Seiring bertambahnya umur aku mulai mengerti apa itu prioritas. Ketika teman-temanku menyempatkan waktu luang mereka untuk sekedar bercanda gurau, aku tahu bahwa mereka telah memprioritaskanku dari segala banyak hal yang ada di hidup mereka. Tetapi, prioritas adalah hal yang sementara, tidak abadi. Tergantung bagaimana keadaan serta keyakinan setiap individu.
Dua bulan yang lalu aku telah menghadiri wisuda kelulusanku dari sebuah Sekolah Menengah Atas di sebuah kota yang saat ini tengah kutinggali. Teman-temanku tertawa bahagia sembari memegang album kenangan yang mereka terima. Mereka bercanda tentang bagaimana efek kelulusan terhadap persahabatan yang telah kami jalin selama tiga tahun ini. Tentunya aku pun ikut tertawa menganggap bodoh candaan mereka yang berkata bahwa masing-masing akan sibuk dengan pacar atau tugas. Namun, ada hal yang tak pernah kami sadari bahwa saat itu telah terucap sebuah salam perpisahan.
Waktu tidak pernah berhenti, kini aku telah menjadi mahasiswa baru di sebuah universitas yang lagi-lagi berada di kota tempatku tinggal. Aku bertemu bermacam-macam jenis orang, dengan kepribadian yang berbeda pula. Kini lingkungan sosialku berubah, tidak lagi seperti dulu.
Menjadi mahasiswa baru tidaklah mudah, lingkungan dan sistem pembelajaran yang berubah mengharuskan kita untuk beradaptasi dengan cepat. Tak jauh berbeda dengan jenjang pendidikan yang telah kujalani sebelumnya, jatuh cinta cukup sering terjadi bagi sebagian besar mahasiswa baru. Namun menurutku tingkat kesulitannya lebih besar. Contohnya saja, aku yang saat ini kagum dengan mahasiswa yang baru saja melewatiku. Namanya bahkan aku tidak tahu, apalagi jurusan, umur, kelas, dan hal-hal lainnya.
“Udah, jangan dilihatin terus. Yang kamu lihatin juga nggak bakalan liatin kamu ‘kan.”
Mendengar perkataan itu, aku terkesiap sembari mengerjapkan mataku beberapa kali, mencoba untuk tidak salah tingkah. Sementara gadis di sebelahku justru menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.
“Ini udah ketiga kalinya, lho.”
“Apanya?”
“Kamu kayak tadi.”
“aku biasa aja kok, Nggun” terdengar suara tawa garingku setelah aku membalas perkataannya. Memang benar, akun hanya kagum sesaat bukan rasa suka yang betul-betul suka. Anggun menganggukkan kepalanya beberapa kali lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena mengatakan hal yang membuatku cukup terkejut tadi.
“Kamu punya prioritas nggak?” Mendengar pertanyaannya, aku cukup berpikir lama.
“Selain orang tua, impian, dan kebahagiaan,” lanjut Anggun seolah-olah mencegahku untuk memberi jawaban yang sama dengan ketiga hal itu.
"Hah? Kok tiba-tiba?" Menanggapi pertanyaanku, Anggun menyilangkan kedua tangannya sambil berjalan, ia menolehkan kepalanya ke arahku.
"Pengen aja." Cukup mengesalkan. Wajahnya sangat datar.
“Kenapa kebahagiaan nggak boleh?” tanyaku heran, sungguh aku tidak bermaksud untuk mengulur waktu.
“Karena setiap orang pasti ingin bahagia, maka dari itu mereka menempatkan hal-hal yang membuat mereka bahagia dengan prioritas-prioritas tertentu. Kebahagiaan itu objektif, tergantung dari individu masing-masing juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Regresi Kehidupan [1/1 END]
Short StoryYakinlah satu hal, bahwasanya setiap aspek dalam kehidupan memiliki porsinya masing-masing. Mereka dihubungkan dengan prinsip yang namanya keprioritasan. © Cover by its owner | Maret 2018