Rejected

305 37 6
                                    

"Felix, will you be my boyfriend?"

Deg

Tubuhku kaku begitu mendengar pertanyaan dari lelaki tampan di depanku. Lidahku kelu dan tenggorokanku tercekat. Aku tidak mengira hari ini datang juga, hari dimana dia menyatakan perasaannya.

Sejujurnya aku sudah mencintainya sejak 2 tahun yang lalu.

Seharusnya aku senang bukan mengetahui dia juga memiliki rasa yang sama.
Tapi faktanya saat ini aku merasakan rasa sakit yang begitu dalam hingga aku tak mampu mengeluarkan suara, bahkan air mata sudah terkumpul di pelupuk mata ku.

"Aku tidak akan pernah mau memiliki istri yang tidak bisa apa-apa. Apalagi jika dia tidak bisa memasak dan mengurus rumah tangga."

Tiba-tiba kalimat tersebut melintas di kepalaku. Satu bulan yang lalu dia mengucapkan hal tersebut dengan ekspresi seriusnya. Menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah bualan semata.

Dan saat ini kalimat itulah yang kembali menyadarkanku jika aku tidak akan pernah mampu bersanding dengannya. Karena aku bukanlah pendamping hidup idamannya. Aku sangat jauh dari kriteria yang dia inginkan.

Sekuat tenaga aku mencoba mengeluarkan suaraku. Sungguh ini lebih menyiksa daripada hardisk laptop ku yang terformat. Aku harus melakukan ini demi kebaikannya.

"Mianhae Changbin hyung, aku tidak bisa."

aku mencoba menjawab dengan ekspresi datarku. Tanganku mengepal dengan sangat kuat begitu melihat ekspresi terluka di wajahnya. Aku juga harus menahan tubuhku untuk tidak memeluknya seperti yang biasa kulakukan di saat dia butuh penyemangat.

"Wae?" tanya Changbin hyung dengan suara lirihnya.

"Aku sudah memiliki kekasih." Bohong. Teriak sebuah suara di kepalaku. Perlahan bibirnya membentuk sebuah senyuman yang terlihat sangat palsu membuat hatiku berdenyut sakit.

"Ah, jadi aku sudah terlambat. Selamat Felix-ah dan kuharap kita tetap bisa berteman seperti biasanya."

"Tentu saja hyung, semoga kau mendapatkan seseorang yang cocok denganmu." 'Dan jauh lebih sempurna daripada diriku'.

Detik ini seluruh tubuhku gemetar menahan emosi yang kurasakan. Beruntung penglihatanku menangkap sebuah mobil hitam yang baru saja masuk area cafe. Aku tau siapa pemilik mobil tersebut. Dengan sisa tenaga yang kupunya, aku bangkit dari dudukku.

"Hyung, aku harus pergi dulu. Dan kumohon jangan bersedih ne?"

aku memasang ekspresi ceriaku untuk memberi semangat pada Changbin hyung.
Dan sepertinya hal itu sedikit berhasil karena setelahnya senyum Changbin hyung terlihat lebih tulus.

"Ne, Felix-ah. Hati-hati di jalan."

"Okee hyung, annyeong~"

Aku berjalan ke arah mobil hitam yang baru saja masuk area cafe dan saat mataku melihat seorang laki-laki yang berdiri di samping mobilnya, aku mempercepat langkahku. Aku benar-benar butuh kalimat penyemangat darinya.

Bukk

Seketika air mata yang semenjak tadi kutahan turun dengan sangat derasnya di kedua pipiku. Aku terisak di dalam dekapan hangat lelaki tersebut.

"Felix, kau kenapa? Apa namja tadi menyakitimu?"

aku langsung menggelengkan kepalaku dengan cepat. Aku bisa menangkap perasaan khawatir dari ucapannya.

"Chan hyung, hikss aku menyakiti Changbin hyung hikss."

"Sudah Felix, tenangkan dirimu dulu baru kau ceritakan masalahnya. Kajja kita masuk mobil. Namja itu tengah melihat kita."

Aku menegang sesaat saat tau jika Changbin melihat ke arahku. Dia pasti mengira jika sepupuku ini adalah kekasihku. Biarlah dia berpikiran seperti itu. Tapi aku juga agak tidak enak dengan Chan hyung yang notabenenya adalah kekasih Seungmin.





*******





"Jadi, seperti itu ceritanya. Sudah jangan menangis terus Lix."

Chan hyung mengelus puncak kepalaku, berusaha meredakan isakan ku yang sampai saat ini tidak kunjung berhenti juga.

"Aku ingin istirahat hyung."

"Baiklah, aku akan ke bawah. Jika ada apa-apa bilang padaku."

Chan hyung melepas pelukannya lalu mengelus lembut kepalaku sebelum keluar dari kamar.

Perlu kalian tau jika saat ini aku dan Chan hyung tinggal satu apartemen. Dulunya aku tinggal sendirian tapi semenjak satu bulan yang lalu, sepupuku itu meminta tinggal bersamaku. Alasannya karena dia rindu dengan sepupunya yang manis ini. Mau tidak mau aku menerimanya. Lagian aku juga rindu padanya yang sudah 4 tahun tinggal di negara asal kami, Aussie.

------

Tingg~

Saat Felix baru saja terbangun dari tidurnya sebuah ponsel di atas nakas berbunyi dan menampilkan sebuah pesan notifikasi dari kakaotalknya.

Bin Hyung♡

Lix?





































A/N :

Bawa story baru nehhh~

Moga bisa ngerjain 22nya secara adil aku tuhh T,T

Moga gak da story yg terlantar ya gak?

=Gak

Savar aku tuuu~

Change UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang