Hari ini, Petra mengundang teman teman satu perburuan nya. Ini sudah lebih 3 bulan dari pembahasannya dengan Aluna mengenai cermin tersembunyi itu. Tepat pukul 8 malam nanti, semua anggota shadow Hunter akan berkumpul disini untuk sekedar acara makan malam.
Aluna berjalan kearah dapur untuk membantu para maid rumah ini menyiapkan makanan. Sebelumnya Aluna sudah mencuci tangan dengan bersih. Aluna mulai mengaduk adonan tepung yang sudah dicampur dengan berbagai bumbu.
Aluna memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya saat ini.
'Volomus' *bussshh*
Pisau terbang ke arah aluna. Dengan sigap aluna menangkap pisau itu dan melanjutkan acara memasaknya. Aluna terkekeh pelan, ia merasa bangga sudah bisa menguasai beberapa mantra sihir yang ia pelajari selama sebulan belakangan. Tepat saat aluna membereskan meja dapur, salah seorang maid datang menghapirinya.
"Nona sebaiknya anda bersiap siap, jam sudah menunjukkan pukul 6 petang. Tuan Petra juga sudah memanggil anda nona". Ucap salah satu maid dengan pandangan kebawah menunjukkan rasa hormat kepada tuannya.
Aluna bergegas membersihkan tangannya dan sedikit berlari menuju kamarnya. Saat di persimpangan antara ruang dapur dan ruang keluarga, Aluna berpapasan dengan Petra ayahnya.
"Aluna, kenapa kamu belum siap siap? Cepat bergegaslah. Ayah tunggu di taman depan rumah. Jangan lupa berdandan yang manis, nanti ayah akan memperkenalkan dirimu dengan anggota shadow hunter" sambil mengancingkan pergelangan tangannya Petra mencegah putrinya kembali.
"Oiya pakailah pakaian yang sudah digantung di depan pintu kamarmu itu" ucap Petra sambil melanjutkan jalannya menuju taman.
Aluna yang mendengar ocehan ayahnya itu hanya memutar bola mata nya dengan malas.
"Tidak pernah berubah".Aluna bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah kurang lebih 15 menit ia membersihkan diri, aluna mengambil dress merah yang sudah disiapkan tadi dan mulai memakainya.
Sekitar hampir 1 jam, Aluna telah selesai memoles wajahnya dengan bedak tipis dan lipbalm chery kesukaannya. Aluna berjalan ke kaca full body di kamarnya. Disana terpantul bayangan seorang gadis ber iris cokelat yang amat manis dengan dress merah maroon selutut yang bagian bawah nya bergelombang layaknya kelopak bunga. Dress tanpa lengan ini sangat simple namun tetap elegan. Tak lupa Aluna menggulung rambut panjangnya agar terlihat lebih menarik.
Anting merah maroon pun ia pasangkan di kedua telinganya.
Setelah dirasa cukup cantik, Aluna mengambil heels warna senada dengan bajunya dan menyusul ayahnya di taman depan.
Aluna tidak menyangka jika rumah nya sudah seramai ini, padahal jam belum menunjukkan angka delapan. Dengan langkah hati hati, Aluna berusaha mencari ayahnya. Heels dengan tinggi 10 cm ini membuat Aluna susah untuk berjalan karna Aluna juga tidak terbiasa menggunakan heels.
Tanpa sengaja Aluna menyenggol bahu seseorang. Dengan cepat Aluna menundukkan kepalanya memohon maaf atas perbuatannya. Aluna mendongak dan melihat seorang pria dengan tubuh yang semampai. Pria dengan kulit kuning pucat yang memiliki iris mata berwarna hitam pekat dan berbalut jas Dongker itu hanya menatap Aluna tanpa berkedip. Aluna yang sudah mengucap kata maaf berulang kali semakin merasa bersalah ketika pria "kuning" tadi pergi meninggalkan nya tanpa sepatah kata apapun.
***
Acara makan malam sudah berlangsung sejak 10 menit yang lalu. Petra asik bersenda gurau dengan teman temannya. Tanpa sadar Petra sudah melupakan gadis cantiknya malam ini.
Dengan raut wajah sedih yang dibuat buat, Petra memperkenalkan gadis yang duduk di sebelahnya.
"Maafkan ayah Aluna". Petra mengambil nafas jeda dan melanjutkan ucapannya.
"Semuanya, perkenalkan ini anakku gadisku putri kecilku yang cantik. Aluna"
Aluna berdiri lalu sedikit membungkuk memberi hormat kepada tamu tamu ayahnya. Pria kuning yang tadi di tabraknya hanya memandangi aluna dengan tajam. Masa bodoh dengan itu aluna melanjutkan acara memakannya dengan tenang.
"Kau mirip sekali dengan helena lun, hanya saja matamu mirip dengan warna mata ayahmu." teman seperburuan petra membuka suara mengomentari penampilan aluna. Dengan tersipu aluna hanya tersenyum manis menanggapi itu.
"Tidak don matanya mirip sekali dengan ibunya. Semua darinya mirip dengan ibunya, aku hanya sedikit 'memanipulasi' penampilannya agar tidak terlalu mencolok." petra membalas perkataan pria yang di panggil don dengan menaikkan sebelah alisnya lalu terkekeh pelan. Satu mejapun ikut terkekeh akibat ucapan 'manipulasi' tadi. Hanya satu orang yang memasang muka datar. Si pria kuning.
Saat semuanya sedanf berbincang, aluna memakan puding buatannya tadi dan tidak sengaja melihat seorang gadis diujung meja depannya. Gadis imut yang diperkirakan usianya baru 16 tahun. Gadis itu memiliki mata besar dan bulu mata panjang, seketika aluna terpana dengan gais itu. Dress pink yang dipakainya pun cocok dengan tubuh mungilnya. Perhatian aluna teralihkan saat si pria kuning pergi meninggalkan meja.
'Cih anak tak sopan' batin aluna.
***
Aluna membuka softlens yang dipakainya lalu menyimpannya kedalam kotak softlens. Ia mulai membersihkan makeup diwajahnya dengan perlahan. Malam ini cuaca sangat bagus, bulan bersinar sangat terang.
Mata aluna menangkap banyangan sosok pria di luar jendelanya dari cerminya. Dengan cepat aluna berbalik melihat sekeliling. Tidak mungkin ia salah lihat pikirnya. Dengan sedikit tergesa aluna mengambil handuknya dan bergegas menuju ke kamar mandi
______________________________________
Haloo maaf ya kalau lama updetnyaa😭😭
Please vote.. Jangan cuma jadi silent readers ajaaaGumawooo🌷
- salam dari dunia immortal -
KAMU SEDANG MEMBACA
the Last White Witch
FantasyNaluna de Bethe seorang gadis yang mengalami masa pertumbuhan tidak seperti gadis lainnya. Satu persatu memorinya tersusun bagaikan sebuah puzzle. Setiap potongan puzzle itu dapat mempengaruhi kehidupan Aluna. Akankah Aluna membenci ibunya sendiri...