3. Pertemuan

2.9K 161 4
                                    


Semua yang telah ditetapkan Alloh.swt adalah sebaik-baik keputusan

♥♥♥

"Azlan?"

Mama membuka pintu perlahan, dan melihat sosok Azlan.

"Na'am,Assalamu'alaykum"
Azlan mengangguk pelan sembari menempelkan kedua telapak tangannya seraya memberikan salam.

"Silahkan masuk"
Mama membalas dengan senyuman, terlihat begitu senang dengan kedatangannya. Dia melontarkan sederet pertanyaan kepada Azlan.

"Kamu kapan pulang Nak?"

"Bagaimana disekolahnya?"

"Kamu sehat-sehat aja kan?"

Azlan menjawab satu persatu pertanyaan darinya, dengan ramah dan lembut.

"Diluar aja Ma" Mereka duduk di sebuah kursi yang berada di teras rumah.
Dua kursi, saling berdampingan hanya dibatasi oleh satu meja berukuran cukup besar.

Azlan memang sudah terbiasa memanggilnya dengan debutante "Mama" karena hubungan mereka yg sudah cukup dekat.

"Azlan pulang kemarin sore, Alhamdulillah Azlan dapat izin tiga hari untuk pulang. Sekolah azlan baik-baik saja,lancar alhamdulillah Ma, Azlan juga sehat selalu" jelasnya dengan suara bariton nya itu. Wajar saja,sekarang ia sudah menjadi pemuda tampan dan sholeh, ia bukan lagi anak berusia 7 tahun. Suaranya pun kini khas, lebih berat.

"Bagaimana keadaan keluarga? Bagaimana dengan Ya---?" Yasna
Tenggorokannya tercekat begitu saja,dan pemuda itu mengurungkan niat untuk menanyakan kabar Yasna. Ia tidak memiliki cukup banyak keberanian. Selama Lima tahun tidak bertemu bukankah menanyakan kabar adalah hal yang sangat wajar? Tapi tidak bagi pemuda itu.

"Alhamdulillah semuannya sehat, Yasna baik-baik saja nak. Beranjak SMA dia semakin sulit diatur dan mama juga khawatir dengan pergaulannya diluar sana" Mama berusaha menjelaskan.

Azlan hanya berdekhem.

"Mau minum apa nak? Biar Mama buatkan" Mamaberanjak dari duduk

"Syuqran, tapi Azlan tidak mau merepotkan"

"Tak apa, tunggu sebentar"
Mama berjalan meninggalkan Azlan, untuk mengambilkan sesuatu untuk disuguhkan.

Yasna yang sedari tadi sibuk memainkan handphone nya dan nampak senyum-senyum sendiri. Entah apa yang sedang ia lakukan, sepertinya ia sedang chattingan bersama temannya. Akhir-akhir ini memang ia sedang dekat dengan seorang pemuda, teman sekolah lebih tepatnya.

Aktifitasnya terhenti ketika Sang Mama berjalan tepat di depannya.
Yasna menghentikannya.

"Siapa yang datang Ma?" Selidik Yasna penasaran

"Azlan" Jawabnya singkat

"Please deh, Mama jangan bercanda" Yasna seolah tak percaya

"Serius, Azlan ada di depan. Sahabat kamu"

"Azlan Al-Firdausy??" Mulutnya menganga masih tak percaya.

"Hm" Sang mama meng iyakan dan melanjutkan untuk mengambil minuman.

Bagaimana Azlan sekarang ya?
Semakin tampan? Semakin tinggi? Atau sudah berkumis? Ah apakah dia masih mengingatku?

Yasna bertanya-tanya sendiri dalam hatinya, tentang bagaimana keadaan sahabatnya sekarang. Ingin sekali rasanya Yasna menemuinya. Lagi-lagi, rasa malu dan canggung menghalanginya.

Azlan memilih jalur Pondok Pesantren, selain dorongan dari kedua orang tua-nya, tapi itu adalah pilihannya sendiri. Bahkan sudah sejak SMP ia tinggal dibalik penjara suci. Wajar saja jika ia memang jarang sekali dirumah. Bisa dihitung dalam satu tahun ia hanya bisa pulang ketika Libur panjang atau pergantian tahun ajaran dan saat Bulan Ramadhan hingga Idul Fitri, itupun hanya 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.

Takbir Cinta [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang