BAB I WORK

755 45 4
                                    

"Selamat. Kau akan berkencan dengan takdir!"
*********

"Amy, sarapan dulu sayang!"

"Ya, bun!"

Amy Lazuardi. 22 tahun. Bertubuh gempal, memiliki kulit berwarna sedikit kecoklatan akibat sering terpapar sinar matahari. Ia adalah seorang mahasiswi yang tinggal di daerah pesisir. Hidupnya sederhana tapi bahagia. Ayahnya, Felice memiliki sebuah toko kecil yang menjual peralatan pantai, ibunya, Reisa hanya sebagai ibu rumah tangga. Ia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Ronald yang berumur 26 tahun.

Well, sebagai anak bungsu ia tidak pernah mendapat keistimewaan apapun dari orang tuanya, ia tetap harus bekerja paruh waktu untuk menambah biaya keperluannya. Orang tuanya selalu mengajarkannya untuk menjadi wanita yang mandiri dan bisa diandalkan. Tapi kalau urusan makan, keluarganya selalu memanjakannya. Alhasih, hum.. tubuhnya gempal seperti itu.

Ia sedang bersiap untuk kerja di tempat barunya. Sebuah café yang berada di pinggir pantai benama Le Paradis. Nama café tersebut berasal dari bahasa Prancis yang berarti surga. Dari namanya saja sudah mencerminkan kemewahan. Ya. Le Paradis adalah café yang pengunjungnya adalah para kaum elite yang hobi berwisata dengan kapal pesiar. Tidak jarang pula para pelancong berkantung tebal datang ke Le Paradis saat kapal yang mereka naiki mendarat sejenak. Dengan kualitas café yang seperti itu, tentu tidak mudah bisa menjadi bagian dari café tersebut. Amy sangat beruntung, ia bersama sahabat baiknya, Rossy mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan setelah berhasil meyakinkan Mr. Shone sang manager café yang terkenal dengan sifat perfeksionisnya.

Menurutnya pekerjaan ini sangatlah berharga, ia pernah merasakan kerja paruh waktu sebagai penjual es krim. Ia harus berkeliling mengitari pantai untuk menjual es krimnya. Dan itu sangat menyebalkan. Untuk itu, mendapat pekerjaan sebagus ini salah satu impiannya. Ia harus memberikan yang terbaik. Ia memperhatikan tubuh gempalnya di kaca. Kemeja putih, syal berwarna orange yang berlogokan Le Paradis mengikat kerah kemejanya dengan sempurnya dan rok bahan berwarna hitam sebatas lutut lengkap dengan sepatu anti slip yang didapatkan dari Le Paradise. Gadis itu tersenyum puas setelah memberi polesan makeup di wajahnya.

"Perfècto",gumamnya.

"Amy!!! Sarapaan, kenapa lama sekaliiii",teriakan bunda membuatnya buru-buru mengambil tas yang sudah ia siapkan dan bergegas keluar kamarnya.

"Gutten morgen, bunda.. Ohayo, ayaaah.. and bonjour, kak Ronald..",seru Amy seraya mengecup pipi tiga orang yang sangat berarti dalam hidupnya.

Ronald mencebik mengejek adiknya.

"Gayamu mengucapkan selamat pagi dalam tiga bahasa, kalau kusuruh kau berbicara menggunaman bahasa-bahasa itu pasti kau cuma bisa tergugupkan"

"Biarkan saja, weeek",balas Amy seraya menjulurkan lidahnya ke Ronald. Ayahnya terkekeh seraya mengusap rambutnya dengan lembut.

"Sudah, kau sarapan dulu. Sebentar lagi Rossy datang menjemput kan?",saut bunda.

"Iya, bun",jawab Amy. Ia menikmati europan breakfast yang dibuat bundanya. Sebuah omelete yang dihidangkan dengan daging asap yang sudah digoreng dengan minyak dan mentega sehingga menghasilkan daging asap yang krispi dan lezat.

"Memangnya jam kerjamu sepagi ini ya?",tanya Ronald memperhatikan adiknya yang tengah lahap menikmati sarapannya.

"Yup. Ini resikonya, jam kerjanya lebih panjang. Dipagi hari kami menyiapkan meja dan membersihkan café. Lalu mereka baru buka di sore hari menjelang petang. Apalagi aku sedang libur semester seperti ini, jam kerjaku menjadi full dan gajiku pun naik",jawab Amy yang tetap mengunyah sarapannya dengan semangat.

Message In The BottleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang