Terlupakan

41 6 0
                                    

Author Pov

Entah sudah berapa lama Rani hanya berdiam disini, tak bisa menghirup udara segar. Hanya mencium aroma obat-obatan yang ada disekeliling.

"Bosen." seru Rani yang duduk ditempat tidur. Zarbika yang sedang memainkan ponsel hanya melirik Rani sesaat.

"Eh manusia yang disana." panggil Rani pada Zarbika yang masih memainkan ponsel.

Rani bergumam tak jelas sambil melihat kelain arah.

Zarbika berdiri lalu meletakkan ponselnya di atas nakas samping tempat tidur. Zarbika mencondongkan wajahnya mendekat pada rambut Rani, ia bisa mencium aroma shampo mint dicampur dengan aroma tubuh Rani.

Tanpa sadar Zarbika memejamkan mata menikmati aroma yang memabukkan dirinya.

Rani merasa ada sesuatu yang janggal dibelakang rambutnya. Ia menengok kebelakang, dengan refleks Rani menggetok kepala Zarbika dengan sisir yang berada ditangannya sedari tadi. Cukup keras Rani menggentok kapala Zarbika karna suara yang dihasil antar kepala versus sisir cukup keras.

Zarbika menjauh dari Rani dengan tangan mengusap-usap bagian kepala yang sakit.

"Ngapain lu!?" tanya Rani dengan nada sinis dan bersiap untuk menggetok Zarbika.

Zarbika tak bisa menjawab ia sudah tertangkap basah, ia menjadi kikuk.

Rani yang melihat Zarbika menjadi kikuk ingin tertawa, tetapi ia urungkan karna ingin membuat Zarbika tambah gusar.

"Dasar maling. Mencuri kesempatan dalam kesempitan."

"Gu-gua gak me-mencuri kesempatan dalam kesempitan kok." belanya dengan terbata-bata.

"Maling mana ada yang ngaku. Penjara penuh kali." Tandas Rani. Sambil melirik Zarbika yang masih menunduk seperti anak kecil yang mencuri permen.

Rani tertawa pelan. Namun Zarbika mendengarnya, ia pun sadar bahwa ia sedang dipermainkan oleh Rani. Sebuah ide muncul dan membuat Zarbika ingin mengebalikkan keadaan.

Zarbika tersenyum tanpa arti ke arah Rani, berjalan perlahan mendekat kembali padanya.

Rani yang melihat Zarbika bingung. Kenapa dia malah mendekat?

Kini Zarbika telah berhadapan dengan Rani yang menampilkan ekspresi bingung.
Zarbika menangkup pipi Rani dengan kedua tangannya, mendekatkan wajahnya sampai tersisa beberapa senti jarak antara wajah mereka.

Rani membulatkan matanya dengan sempurna, masih dengan mata terbuka secara refleks Rani memejamkan matanya takut apa yang akan dilakukan oleh Zarbika.

Zarbika melihat Rani yang memejamkan mata dengan ketakutan, ia tersenyum melihat ketakutan Rani menampakan ekspresi yang ia inginkan.

Zarbika mencium kening Rani sekilas dan kembali tegak berdiri melihat kembali Rani.

Rani merasa ada sesuatu yang menempel dikeningnya sekilas, ia memberanikan diri membuka mata dan mendapati Zarbika tengah berdiri dengan tangan berada disaku celana panjangnya.

Rani tak bisa berkata apa-apa. Ia menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuh, ia malu dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Zarbika tersenyum kembali melihat tingkah Rani yang malu malu macan. Heh kucing.

***

Seorang anak perempuan berusia lima tahun kini sedang duduk sambil murung melihat taman bermain yang ramai oleh anak-anak seusia denganya.

"Hai." sapa anak laki-laki yang lebih tua satu tahun darinya.

Anak perempuan itu hanya sepintas melihat kearah yang menyapa dan tak membalas sapaanya.

Avontur RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang