"Pagi elia.." Sapaku semangat.
"A-ada apa? Kau sehat,kan?" Elia sedikit kaget melihatku.
"Kenapa? Ada yang salah? Aku sudah seharusnya berdandan, aku kan sudah mulai dewasa"
"Hahaha.. kau kenapa airin, ada apa dengan mukamu? Kemana sweater dekilmu itu, biasanya jg kamu slalu menggunakannya" susul yongki menyahut dari bangku belakangku. Anak itu memang kalau bicara kurang sopan! Huh, kenapa sih mereka.. memangnya hanya elia saja yang pantas menggunakan make up, aku juga bisa kali.
"Pagi, semua.." tiba-tiba pak alvin muncul, semua anak berlari ke bangku masing-masing.
"Pr kemarin harap dikumpulkan sekarang ya.."
Ini saatnya, aku harus menunjukkan perubahanku ini pada pak alvin, sepertinya dari tadi dia tidak melihat ke arahku, ini kesempatanku!
"Ini pak, aku sudah berusaha semampuku, mudahan-mudahan hasilnya memuaskan"
Pak alvin melihatku dengan tatapan kaget, berapa detik kemudian dia seperti menahan tawa lalu menggeleng-gelengkan kepala, dia membisikkan sesuatu,
"Lain kali kamu lebih pantas pakai lipstik warna peach, memangnya kamu ini mau kemana pakai lipstik semerah itu? Nyanyi dangdut?"
Jam pelajaran usai, aku berjalan sambil memakan sepotong roti pemberian dari pak alvin kemarin.
Ah rasanya mereka semua sedang berbohong padaku, hanya karna aku tidak pernah dandan harusnya mereka ga perlu sampai menghinaku seperti itu, tapi memang lipstik ini kurang nyaman, nodanya menempel dimana-mana, aku memang kurang apik orangnya, mungkin aku belum terbiasa kali ya, aku harus mencuci tanganku yang terkena noda lipstik. Saat aku berjalan ke kamar mandi, semua orang memperhatikanku dan ada juga yang cekikikan, kenapa sih orang-orang ini? aku segera mempercepat langkahku.. betapa kagetnya aku saat melihat mukaku di kaca kamar mandi, noda maskara menempel belepotan disekitar mataku, membuat mataku jadi hitam seperti panda, pantas saja..
Ah ini memalukan! Sudah dari kapan ya, apa pak alvin sudah melihatnya tadi? Padahal aku melakukan semua ini agar terlihat cantik di depannya, kenapa malah jadi begini, payah sekali.
"Kenapa melamun rin.." pak alvin muncul dari belakangku.
"Gapapa.. eum apa tadi bapak melihat mataku yang hitam"
"Eh jawab tidak ya.. sepertinya tidak lihat deh" rupanya dia menggodaku.
"Ah yang bener pak, aku serius!"
"Memangnya kalau lihat kenapa?"
"Eh.. itu. tidak papa sih, aku kan cuma nanya"
"Memangnya anak SMA harus pakai make up seperti itu ya? Kamu kan masih remaja dan kulit kamu masih bagus, lebih baik alami saja, seperti sebelumnya kamu udah terlihat cantik kok"
"Ah masa? Sepertinya bapak ini munafik sekali.. paling-paling melihat cewek cantik dan sexy sudah menoleh bukan?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Eum bukan..bukan maksud aku ikut campur, tapi memang seperti itu kan pikiran lelaki"
"Ya itu hanya sebatas ketertarikan saja, naluri lelaki memang seperti itu tapi tidak semuanya seperti itu kok, manusia kan berbeda-beda sifat"
"Cantik itu relatif. ada yang cantik tapi tidak menarik, dan sebaliknya, ada yang biasa saja tapi menarik hati, kamu mengerti maksudku kan?"
"Benar juga sih.."
"Ya sudah tidak usah dipikirkan, dari pada memikirkan yg tidak ada gunanya, lebih baik kamu berpikir bagaimana caranya kamu bisa belajar matematika dan lulus tahun depan, jangan lupa datang ke rumahku besok, oke?"
"Iya, iya, aku ingat kok.."
"Ini aku bawakan kue, dimakan ya, daah.."
Aku termenung memikirkan kata-katanya tadi, dia bilang, "seperti sebelumnya kamu udah terlihat cantik kok.." sebenarnya aku senang sekali saat dia berkata seperti itu tapi aku berusaha menyembunyikannya, ah aku sudah seperti orang gila saja tertawa sendiri, sepertinya jam istirahat akan selesai aku harus balik ke dalam kelas.