Adakah Cinta yang Berdosa?

52 1 0
                                    

Tiada cinta yang mengada-ada, cinta hanya hadir sebab anugerah. Adakah cinta yang berdosa?
Jatuh cinta adalah fitrah setiap manusia, karena kunci bahagia adalah cinta. Untuk menyempurnakan agama seorang hamba pun, ia butuh cinta untuk mempersatukan dua insan yang berbeda. Jatuh cintalah sewajarnya, jika sudah tepat katakanlah pada tuhan, dan ikatlah janji dihadapannya, tetapi jika belum, sampaikanlah pada tuhan dan titipkanlah pada tuhan agar Dia yang akan mengatur jalan cintamu dengannya, insya Allah akan lebih indah.
Setiap semua yang datang bukanlah hal yang kebetulan, melainkan sesuatu yang memaang sengaja dihadirkan oleh tuhan. Orang yang datang dan pergi semuanya memberikan arti. Mereka dihadirkan untuk melengkapi sebuah cerita kehidupan. Meski kadang tak terfikirkan bahkan sama sekali tak diinginkan tapi ternyata datang, tidak mungkin semua itu berlalu tanpa meninggalkan sebuah pesan. Tuhan maha besar, cerita kehidupan yang dibuat bukan hanya sekedar seperti cerita drama-drama yang sering disaksikan. Bahkan cerita kehidupan akan jauh lebih indah dari cerita drama terindah yang dibuat oleh skenario dan sutradara terhebat.
Paginya dilalui dengan do’a dan debaran. Bagaimana tidak, hari ini acara besar organisasinya dimulai dan inilah kali pertamanya ia menjadi ketua panitia. Ia harus memberikan sambutan berupa laporan kepanitian, ia harus berdiri di mimbar dan berbicara dihadapan ratusan orang, bahkan diantaranya dosen-dosen difakultasnya akan hadir.
“Kak agak nervous ni..”
“Ayo semangat, Nabila pasti bisa. Bahkan mungkin akan lebih hebat dari kakak.” Begitulah Faris, Ia bukan hanya menjadi ketua bagi seluruh anggotanya namun juga guru, mentor sekaligus motivator, terlebih kepada Nabila yang memang selalu bersinggungan dalam semua aktivitas organisasinya.
Nabila tersenyum dan menarik nafas panjang. Ia coba teru-menerus untuk myakinkan diri agar rasa geroginya tak lagi tampak. Satu persatu peserta pembukaan acara akhir tahunnya berdatangan hingga akhirnya memenuhi gedung aula kampus hijaunya. Hatinya mulai kembali bedebar ketika hampir semua bapak/ibu dosen hadir. Tak seperti biasanya mereka tak sempat meluangkan waktu, namun kini justru hampir tak tertinggal satu pun. Matanya terus mengawasi semua peserta dan undangan yang datang. Dan tiba-tiba dua bola mata bulatnya tertarik kearah sosok lelaki yang berpakaian casual.
“Dia kan undangan sebagai presiden mahasiswa, kok pakaiannya nggak formal gitu. Almamater saja tidak pakai, malah pakai blezer. Lagian biasanya Ia tidak datang.”
Matanya masih tertuju dengan sosok itu, ketika memasuki aula, ia tak lansung menuju kursi tamu didepan. Ia berbelok kearah kanan dan menaiki tangga, sepertinya Ia akan duduk dilantai atas. Padahal Faris adalah sahabatnya, selain sebagai presiden, ketua BEM Nabila itu juga mengundangnya sebagai seorang sahabat. Seharusnya Ia menemui Faris terlebih dahulu agar sahabatnya itu senang Ia bisa datang. Maklumlah lelaki bertubuh kecil yang menjabat sebagi presiden ini sering sekali merasa sok sibuk. Hingga jarang sekali Ia datang memenuhi undangan pembukaan acara.
Pembawa acara sudah membuka acaranya. Semuanya hening dan seksama mengikuti upacara pembukaan ini. Bapak dekan beserta wakil-wakilnya dan dosen beserta staff tata usaha sudah berjejer memenuhi kursi tamu undangan yang sudah disediakan sebelumnya. Tangannya mulai bergetar lagi dan perlahan menjadi dingin. Sebentar lagi namanya akan di panggil untuk memberikan sambutan panitia. Nabila menarik nafas panjang untuk merilex-kan sendi-sendi yang tegang. Ia ingat perkataan Haris ketika Ia terus mengadu masalah demam panggungnya. Ia sudah berkali-kali berdiri didepan untuk menjadi pembawa acara atau lebih sering disebut MC bahkan dalam berbagai acara yang dihadiri orang-orang besar. Akan tetapi kali ini berbeda, baginya menjadi MC akan lebih mudah untuk menutupi rasa nervous nya, sementara kini Ia harus berdiri diatas mimbar dan melaporkan kegiatan dengan bahasa yang harus sistematis.
“nggak apa-apa, belajar. Kakak juga belajar. Semuanya proses.” Ucap Haris yang duduk disampingnya sambil tersenyum. Seolah Ia mengerti akan hati Nabila yang terus bergumam.
“Laporan ketua panitia yang akan disampaikan oleh Nabila Sayyidah Ulfa. Disilahkan.” Suara MC terdengar menggema dalam ruangan yang tertutup.
Nabila berjalan dengan senyuman yang agak tertahan oleh rasa gugup. Ia terus berdo’a dan bershalawat sepanjang jalannya.
Kini Ia telah berdiri di mimbar dengan jilbab yang diselimuti almamater hijaunya, Ia menarik nafas dalam dan alhamdulillah, keadaannya kembali stabil, Ia tak lagi gemetaran. Seketika matanya memandang kelantai atas. Semua bangku terisi penuh, begitu antusias mahasiswa mengikuti acara tersebut. Pandangannya terhenti ketika melihat sosok laki-laki yang tadi sempat mengalihkan perhatiannya. Ia duduk tepat searah dengan mimbar yang Nabila tegak diatasnya. Kak David! Gumamnya dalam hati.
Lelaki itu memandangnya dari kejauhan. Ia tersenyum dan mengacungkan kedua jempol tangannya.
“Semangat!" gerakan bibirnya dapat terbaca oleh Nabila meskipun tak mengeluarkan suara. Jantungnya agak bergetar, namun semangatnya bertambah. Ia tersenyum dan langsung menyampaikan laporannya.
Suaranya jelas tak terhalang oleh apapun. Retorika bicara yang selama ini ia pelajari dapat ia terapkan secara langsung didepan orang banyak, sebagaimana keinginannya untuk menjadi public speaker. Laporan kepanitiannya dapat diselesaikan dengan lancar, bahasanya sistematis dan beberapakali menarik para pendengarnya bertepuk tangan.
Lega sekali rasanya Ia turun dari mimbar. Semua kecemasannya sirna. Rasa bahagianya mulai terpancar.
“tuh kan bisa,” ucap Haris.
Ia hanya tersenyum lepas, tanda rasa senang dan leganya sebelum akhirnya Ia menuju ke meja kestari, berkumpul dengan para panitia yang lain.
“Wah keren Bil sambutan kamu. Tadi Pak Fadli memujimu lho. Dia bilang bahasa yang kamu gunakan sangat bagus dan sistematis.”
“O ya? Alhamdulillah. terimakasih kak.” Kata-kata Riva kakak tingkatnya itu menambah rasa bahagianya.
Nabila masih tersenyum sendiri. Semua panitia sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ia justru duduk dibarisan peserta paling belakang. Ia masih membayangkan apa yang dilakukan lelaki yang dulu rasa yang ia miliki untuknya sempat terpendam lama. Dia mulai bertingkah sok romantis. Ahh, benar-benar tak ku sangka ia bisa melakukannya. Dia seperti lelaki dengan sejuta teka-teki dan seribu kejutan untuk gadisnya? Allah benarkah Ia pangeran hebat yang engkau kirim? Hariku selalu penuh dengan kejutan ketika Ia mulai datang memasuki jiwa yang juga menantinya. Hmmpp. Entahlah.
Tapi dia sudah pernah mengikat janji dengan yang lain, bahkan Ia menjadikan gadis itu sahabat dekatku. Sangat sulit mempercayainya Allah. Melamun tak menentu, harapan yang akan selalu sirna dengan pahitnya kenyataan. Ada ribuan bahkan jutaan lelaki dan perempuan yang Tuhan ciptakan, tapi kenapa harus lelaki itu yang justru dihadirkan? Kenapa harus hadir setelah hubungannya dengan Chyntia? Dan kenapa, kenapa, kenapa, dan kenapa..?
Tiga hari acara akhir tahun itu berlangsung. Semua sudah terlihat lelah karena harus beraktivitas sejak pagi hingga senja. Mereka harus mengurus banyak orang karena lomba yang mereka adakan diikuti oleh hampir seluruh mahasiswa dikampusnya. Nabila selaku ketua panitia terlihat mulai pucat. Wajahnya tak bisa berbohong seolah menyatakan keinginannya untuk rehat. Entah kenapa David kali ini selalu menampakkan wajahnya dalam acara besar itu, yaa meskipun hanya hitungan jam atau bahkan menit, namun setidaknya selalu hadir setiap harinya. Nabila tak begitu menggubris, meskipun kadang jantungnya agak bergetar. Ia hanya terdiam, bahkan tak menyapanya sama sekali. Terkadang ketika David berada didekatnya, ia seolah tak melihat. Terkadang salah tingkah dan kebingungan. Mungkin sebagian orang yang memperhatikan merasa agak aneh. Tak biasanya dua sahabat ini tak mencipatakan keramaian ketika bertemu. Tapi beruntunglah mereka karena semuanya hanya fokus dengan kegiatan yang sedang berjalan. Faris, sahabat kecilnya sangat mengapresiasi kehadiran David setiap harinya sebagai presiden kampus sekaligus atas nama sahabat. Rasanya lelah dan capeknya hilang ketika kegiatannya begitu banyak yang memberikan dukungan-dukungan positif.
Nabila baru saja turun dari panggung perlombaan acara akhir tahun setelah memberikan sambutan sebagai ketua panitia untuk penutupan acara setelah tiga hari berlangsung. Perasaannya tak segugup pembukaan waktu itu, daan rasa bahagianya sangat terpancar atas keberhasilan acara yang telah dilaksanakan.
“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga acara kita sal.”
“Iya Bil, senang sekali rasanya. Aduuhh bahagia sekali yang sedang penuh bunga-bunga asmara yang terus bersemi selama tiga hari acara.” Nada Salsa agak menggoda.
“apaan sih kamu salsa?”
“Dari tadi diperhatikan terus, mulai dari berjalan ke panggung sampai turun lagi. Sambil terus tersenyum lagi.”
“hah? Jadi semakin nggak ngerti deh, kamu ngomong apa sih Salsa?
“Tuh.” Sambil menunjukkan jari telunjuknya keatas lantai dua gedung yang berada didepan samping kanan panggung.
Tadi saat sebelum sambuttan Ia memang melihat sosok lelaki misterius itu, namun tak lama sosok itu lenyap entah ditelan apa, sebagaimana sikapnya yang tak bisa ditebak. Hah, aneh sekali. Apa sih yang Ia lakukan, dasar aneh!.
Nabila hanya terdiam dan menggerutu dalam hati. Ada rasa senangnya, namun timbul juga rasa aneh dan semakin bingung dengan caranya. Apa dia nggak sadar disini ada Chyntia. Aku berlindung kepadaMu dari segala yang buruk ya rabb.
“Sepertinya dia memang serius dengan kata-katanya waktu itu Bil.” Bibirnya terus berbicara, namun mata dan tangannya tetap fokus dengan gadget nya.
“Bil kamu udah buka BBM?” tiba-tiba pembahasannya lain. Mungkin dia sudah bosan. Batin Nabila. Ia dan Fara adalah orang yang paling getol ngomporin perasaan Nabila terhadap David.
“Belum sempat sal.” Jawabannya agak malas-malasan, toh pertanyaannya nggak penting.
“Baca deh,,” sambil menyodorkan gadgetnya yang menampilkan pembaharuaan di akun BBMnya.
Mendadak jantung Nabila berdebar kencang ketika melihat status dari Chyntia, sahabatnya yang telah..
“Ketika sahabat berkhianat!” dengan diakhiri motion  thumb tebalik. Terakhir kalimatnya juga tertulis nama-nama teman yang sedang bersamanya. Semua nama itu ia kenali, ia tak heran karena memang nama-nama itu adalah sahabat Chyntia bahkan sebelum Nabila mengenalnya. Namun kepalanya mulai panas ketika membaca satu nama diantara mereka. Nama itu adalah nama orang yang telah begitu ia percaya, bahkan ia menyebutnya teman seperjuangan. Sandra.
Beberapa hari yang lalu Chyntia baik-baik saja bahkan masih menyapa dengan kata-kata yang baik. Statusnya di sosmed tak menandakan apapun. Namun kenapa mendadak ia menjadi sangat kejam, kata-kata sindirannya begitu kasar. Bahkan pertanyaan Nabila sedari tadi ketika beberapa kali pertemu dalam acaranya Ia justru memalingkan wajahnya. Tak sedikit pun kata-katanya terucap. Wajahnya berubah menjadi sadis? Apa yang sebenarnya terjadi? Atau Ia sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi? Tapi dari siapa? Atau karena sesuatu? Karena David selalu hadir? Namun tak sedikitpun ia bersinggungan dengan David? Lantas kenapa Ia mengatakannya sebagai sahabat penghianat? Atau Sandra?
Otaknya berputar dan terus berfikir. Yang ia tak mengerti adalah Chnytia berubah mendadak, yang berarti ia mengetahui sesuatu. Ini sudah bukan soal kejadian sore itu lagi, bahkan saat setelah itu Ia masih sudi menyapanya. Hanya terpancar rasa kecewa karena Nabila pergi berdua dengan David. Dan kali ini ia berubah mendadak. Apa lagi yang ia ketahui? Tiba-tiba ia mengingat kejadian dikelas waktu itu ketika Sandra meminjam handphone nya. Iya, tak salah lagi, ia pasti sudah membuka percakapannya dengan David dan menceritakan semuanya dengan Chyntia. Tak ada lagi orang yang akan melakukan itu kecuali dia, lagipula memang tak ada yang mengetahui hal itu kecuali teman-teman terdekatnya. Dugaan itu semakin kuat ketika nama Sandra juga menjadi salah satu teman yang Ia sebut dalam statusnya.
Astagfirullah!
Dadanya terasa begitu sesak, kepalanya yang sedari tadi kelelahan bertambah panas dan hampir meledak. Untunglah acara sudah selesai dan ia segera pulang. Sebenarnya siapa yang berhianaat? Hhh.
“Bil, kamu nggak apa-apa?”
Ia hanya terdiam, mukanya terlihat pucat pasi. Tak ada lagi kata yang ingin ia ucapkan. Mukanya sedih dan tak berekspresi. Bagaikan orang yang putus harapan. Awalnya hanya dilema atas persahabatannya bersama Chyntia dan David. Namun kini, kekecewaannya benar-benar memuncak. Sandra benar-benar tak berfikir panjang. Ia tak pernah mengerti akar permasalahannya, dan dengan lancangnya ia melakukan itu. Sebulan terakhir ini Ia memang jarang mengizinkan orang lain meminjam handphone nya terlebih teman-teman Chyntia, namun kali ini Sandra. Teman yang ia kira tak akan melakukannya, lagipula tak ada untungnya baginya melakukan hal gila itu. Dia tak ada hubungannya dan sama sekali tak mengerti. Hhh. Allah.
“Sabar Bil, mereka itu nggak dewasa. Tidak seharusnya mempublish perasaannya di sosial media. Apalagi Chyntia, harusnya ia bersikap lebih bijak, karena dia yang lebih tahu kamu dan kak David.”
Salsa yang mengetahui permasalahannya dari awal merasa sangat kasihan dengan Nabila. Betapa tragisnya kisah cinta dan persahabatannya. Ia telah memendam perasaannya sejak lama. Menahan segala rasa setiap kali orang yang ia kagumi itu menebarkan kemesraan dihadapannya, bahkan tak terasa rasa kagumnya itu melebur bersama kebersamaan persahabatan mereka. Dan saat lelaki itu telah mengungkapkan perasaannya, justru Ia menjadi satu-satunya orang yang paling disalahkan oleh Chyntia dan semua orang yang tak mengerti masalahnya dari awal, mereka menyebutnya perempuan perebut kekasih sahabatnyaa sendiri.
Nabila manyandarkan tubuhnya diatas punggung kursi yang sedari tadi ia duduki. Tak ingin terlalu memusingkan hal itu, ia mainkan handphone nya. Tak sengaja jarinya membuka BBM, hal yang selalu ia lakukan ketika memegang handphone.
“Astagfirullah Salsa. Bukan hanya Chyntia, tetapi Sindi juga menulis kata-kata itu.”
Tak tertahan lagi airmatanya yang sedari tadi ia tahan kini meleleh dengan sempurna, mengalir membentuk aliran sungai dipipi chubby nya. Salsa langsung memeluk sahabatnya itu, ia sangat mengerti apa yang ia rasakan saat ini. Bahkan jika ia mencoba menjelaskannya, mereka tak akan percaya dan muungkin justru menganggapnya lebih buruk lagi.
“Hey, kenapa?” suara Haris mengagetkan Nabila dan salsa. Mereka langsung melepas pelukannya dan Nabila segera menghapus air matanya tanpa bekas.
“Semuanya sudah beres, kalian boleh pulang istirahat. Nabila sakit ya? Kok mukanya terlihat pucat?”
“nggak kak, dia Cuma kelelahan. Biasa lah, baru pertama kalinya menjadi ibu ketua panitia.” Jawab Salsa bercanda. Ia berusaha menutupi apa yang terjadi pada sahabatnya dari Haris. Sementara Nabila hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang selalu berhasil menutupi kesedihannya di hadapan siapapun.
Keduanya pulang dengan arah yang berbeda. Agak cepat Nabila mengendarai sepeda motornya, langit ssudah memunculkan warna emasnya. Matahari yang tadinya bertengger dengan gagahnya, kini mulai menyembunyikan wajahnya. Dengan semua dinamika yang ada, ia hanya selalu mampu berdo’a dan memegang erat harap yang ada. Tuhan tak mungkin sekejam itu meletakkan dirinya.
Ketika semuanya terasa berat dan berada dalam sebuah tekanan, bukan berarti siapa dan apa yang salah. Menghubungkan hati dengan sang pemilik hati untuk mencoba memahami apa yang sebetulnya terjadi. Sekarang aku sendiri, terdiam dan mengungkap dengan huruf yang terangkai menjadi sebuah arti yang nantinya hanya akan menjadi sebuah coretan yang akan aku sebut kisah hidup. Allah, aku tahu engkau lebih tahu dan memahami aku. Tiada satupun yang terjadi tanpa kehendak dan izinmu, tentu saja termasuk yang sedang aku jalani ini. Yang aku tahu dan aku mengerti bahwa tak ada yang lebih hebat dari rencanaMu, maka tak ada juga yang akan lebih hebat dari sebuah solusi kecuali dariMu. Aku tak pernah menyesal dengan seberapa berat masalah yang telah, sedang dan akan kuhadappi, pun aku mengerti ini tanda kasihMu padaku. Tapi pintaku wahai Rabbku yang seluruh nyawa berada dalam genggamanMu, jika memang cobaan itu seluas lautan maka beri aku kesabaran seluas samudera dan jika cobaan itu sekuat badai maka beri aku akar paling kuat agar aku tetap mampu untuk berdiri tegap dan tidak tumbang. Allah.. aku tak perduli seberapapun beratnya sekarang, tapi aku juga tak dapat menyembunyikan betapa rapuhnya hatiku untuk menjalaninya. Hilangkan segala keluhan dan gantikan dengan kepandaian, kepandaian untuk mengaambil pelajaaran disetiap tetesan butir mutiara yang tertumpah ke permukaan bumi. Agar setiap butirnya mampu menjadikan sebuah cerita yang akan menjadi sejarah indah dalam kebahagiaan masa depan.

Pelangi Hitam di Langit MarlboroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang