17. Kenapa?

4K 828 165
                                    

Happy reading📖

✉✉✉

"Mana Iqbaal nya?" tanya Aldi ketika (Namakamu) sudah berada di hadapannya. Namun seketika laki-laki itu heboh melihat wajah gadis itu, "Lo pucet banget, di ruang Osis ada setan emangnya? Apa lo sakit? Eh, mending lo cepet-cepet pulang, deh."

(Namakamu) tersenyum kecil mendengar ucapan Aldi. "Enggak, nggak ada setan, Al. Lo ngaco deh." (Namakamu) terpaksa harus tertawa kecil.

"Terus kenapa pucet? Mau pulang aja?"

(Namakamu) menggelengkan kepalanya, "Gue kan harus nunggu Iqbaal."

"Biar gue yang panggil itu anak, supaya lo cepet pulang, deh."

(Namakamu) hendak memprotes ucapan Aldi, namun ternyata Iqbaal sudah datang lebih dulu membuat keduanya menghentikan perdebatan tadi.

"Aduh, Baal. Dari mana aja, sih? Gue sama (Namakamu) nyariin. Cewek lo kasian banget ini,"

Iqbaal memandang Aldi bingung, kemudian menoleh kearah (Namakamu). Matanya membulat melihat wajah pucat gadis itu, "Yaampun, sayang, kamu kenapa?"

(Namakamu) menggeleng, dia melepas tangan Iqbaal yang bertengger di kedua pipinya. "Aku gapapa, Baal."

"Tadi dia nyamperin lo ke Ruang Osis. Eh, balik-balik pucet gini. Ngeliat setan kali, ya?"

Jantung Iqbaal seketika berhenti berdetak karena mendengar ucapan Aldi, dia menoleh kearah (Namakamu), "Kamu keruang Osis?" tanya Iqbaal mencoba untuk terlihat santai. Aslinya, dia sangat gugup. Takut jika (Namakamu) mendengar percakapannya dengan Shava.

(Namakamu) tersenyum kecil kemudian menggelengkan kepalanya, "Tadi aku niatnya emang mau ke sana, tapi nggak jadi. Tiba-tiba mual, jadi ke kamar mandi, deh." Alibinya.

Iqbaal menghela nafasnya kemudian merangkul bahu gadis itu dengan lembut. (Namakamu) melirik Aldi yang kini nampak memalingkan wajahnya.

"Yaudah, mending kita pulang aja, yuk!"

"Nanti dulu," (Namakamu) kembali memandang Aldi "Tadi lo nyariin Iqbaal, kan? Nih, ada orangnya."

Aldi tersenyum kecil kemudian menggeleng, "Nggak jadi, mending sekarang lo pulang, get well soon." ucap Aldi kemudian pamit untuk berlalu. Iqbaal memandang Aldi dengan bingung.

(Namakamu) melepaskan rangkulan Iqbaal, "Ayo pulang, tiba-tiba kepala aku pusing banget." Alibi (Namakamu).

Mereka segera naik ke atas motor milik Iqbaal. Saat (Namakamu) sudah berada di posisi yang pas, matanya menangkap sosok Shava yang kini tengah tersenyum kearahnya. Tidak, lebih tepatnya kearah Iqbaal. Karena setelah dia lihat dari spion, laki-laki itu juga tengah tersenyum.

Mata (Namakamu) kembali memanas, dia sudah tidak kuat untuk menahan semuanya. Tapi dia tidak boleh bertindak gegabah, karena ujungnya akan menyakiti dirinya sendiri.

(Namakamu) menundukkan kepalanya. Menyandarkan keningnya pada punggung Iqbaal. Untuk kali pertama, dia memeluk Iqbaal dengan erat saat naik motor. Air matanya tumpah, tapi dia tidak ingin Iqbaal melihatnya. Makanya, dia melakukan ini.

Iqbaal yang tengah menjalankan motor sedikit bingung dengan pelukan tangan gadisnya. Dia juga merasa gadis itu meletakkan kening di punggungnya.

"Kamu pusing banget, ya?" tanya Iqbaal sedikit mengeraskan suaranya. (Namakamu) hanya berdehem sebagai jawaban. Dia tidak ingin saat mengeluarkan suara, yang ada tangisanlah yang keluar.

Iqbaal mengelus punggung tangan gadisnya, semakin membuat (Namakamu) mengeratkan pelukannya.

**

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang