8. Jealous Jeno series (1)

5.6K 721 286
                                    

Kemeja loose biru, oke. Sweater abu mid-oversized, oke. Tambah celana bahan berwarna hitam menyempurnakan penampilan Mark. Ia tengah mematut diri di depan kaca, bersiap-siap untuk pergi ke tempat bimbingan belajar ekstra. Memang tidak perlu menggunakan pakaian formal, tetapi tetap saja Mark sudah lama membuat identitasnya sebagai pelajar yang baik. Semua kesopanan yang terlihat di permukaannya dibentuk karena lingkungannya juga.

Lagi pula ujian akhir kelas tiga masih cukup lama jika dihitung dari tahun ajaran baru semester ganjil ini. Mark bukan tidak mau menyia-nyiakan waktu yang ada, hanya ingin menyibukkan isi kepalanya yang suka terdistraksi.

Meski harus mengorbankan hari dimana ia bisa beristirahat. Akan tetapi, bagi Mark, kabur dengan kedok belajar adalah istirahatnya yang asli.

"Pagi .... Pa, Yah."

Mark menatap asal suara datang dengan terkejut. Ia berseru, "Tumben Jeno bangun pagi!" Butuh waktu untuk memproses kedatangan adiknya yang santai duduk manis dengan baju piyama masih menempel. Mulut Mark menganga lebar pada kejadian yang menurutnya langka.

Namun, Jeno hanya membalas dengan telapak tangan yang dia arahkan ke wajah Mark. Mungkin menahan agar jangan berkomentar apa pun. Kemudian anak itu mencomot roti dan memasukkannya ke mulut Mark yang terbuka.

"Oke oke," balas Mark yang mengangkat kedua telapak tangan.

Di sebelah Mark, Jaehyun tiba-tiba berkata, "Kayaknya Ayah tidak bisa mengantarmu ke tempat bimbel. Ayah sama Papa juga mau pergi sampai nanti sore."

"Tidak apa, Ayah. Aku bisa pergi sendiri." Mark langsung tersenyum menampilkan deretan giginya. Berharap bahwa ayahnya tidak perlu khawatir.

Akan tetapi, Taeyong tiba-tiba mengusulkan, "Bagaimana kalau Jeno anter kakak ke tempat bimbel?" Pria tersebut terdengar santai seraya mengoleskan selai kacang pada roti panggang.

Baik Mark dan Jeno yang sedari tadi sibuk melahap sarapannya mengangkat kepala bersamaan. Untuk beberapa detik keduanya tidak ada yang membalas. Kemudian Jeno membuka suara sambil sibuk lagi sarapan, "Tidak masalah kalau Mark hyung mau nunggu aku siap-siap."

"Kalau begitu, segera habiskan sarapanmu terus siap-siap biar Kakaknya gak telat," Jaehyun menyuruh Jeno yang dibalas gestur memberi hormat dari anaknya. Jaehyun tertawa lebih dulu disusul Taeyong saat melihat tingkah Jeno yang tampak lucu dengan rambut berantakan dan piyama biru langit. Mark terperangah diam-diam melirik Jeno.

Sudah hampir lupa ia melihat Jeno yang seperti itu. Di tengah tawa orang tuanya, telinga Mark mendengar ucapan Jeno yang berbarengan kunyahan roti dia. "Seperti biasa," katanya. Seperti biasa ... oh.

"Papa sudah siapkan makan untuk kalian nanti, tinggal dihangatkan saja ya," tambah Taeyong mengingatkan.

"Ya Pa," balas keduanya serempak.

______________

"A-YO WHATS UP!!!"

"YUKHEI IS HERE EVERYBODY!!!"

"Yukhei ...

bantu dulu Paman Yuta angkat barang-barang ini ke dalam!"

"Aiyo, aiyo, iya A[1]!" Pemuda yang dipanggil Yukhei ini lantas memanggul satu koper di atas pundak, tetapi belum beberapa meter dia berjalan sudah kelimpungan. Akhirnya Yukhei membawa kopernya dengan cara biasa setelah diceramahi A Bà-nya.

[1]. Sebutan ayah khusus di daerah tiongkok.

Yuta yang ada di sana jadi merasa bahagia karena ada seseorang satu frekuensi dengannya. Akan tetapi, pria lebih dari 30 tahun itu kena geplak sayang dari suaminya tiba-tiba. Ketika itu Winwin dan Kun saling bertatapan dan berbagi pikiran yang sama-sama-sama lelah dengan orang kesayangan mereka yang ajaib. Meski begitu mereka semua menyambut dengan sukacita pertemuan keluarga yang datang jauh-jauh dari China.

✔ Dilemme XXX [NoRen] RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang