Sore itu hujan deras membasahi daerah sekitar Jakarta Selatan. Hal yang biasa di Jakarta jika sudah hujan begini pasti macet. Terlebih lagi bersamaan dengan jam orang pulang kantor. Makin saja membuat mobil tak bergerak.
Perempuan di dalam mobil itu menghela napasnya panjang, sembari berkali-kali melirik ke arah jam berwarna pink fanta yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, tapi jalanan tak menunjukkan adanya pergerakan. Jika begini terus, ia akan terlambat datang ke tempat lesnya.
Perempuan itu adalah Eunice Sarasta Hutama. Atau sering disapa dengan Eunseo. Katanya nama Eunice terlihat tidak aesthetic. Mari kita biarkan Eunseo dengan segala kemauannya.
Kembali lagi pada tujuannya yang ingin berangkat les, Eunseo memang seperti orang sibuk setiap harinya. Hampir setiap hari ia selalu berjalan-jalan mengelilingi ibukota Jakarta. Kenapa? Begini, Eunseo tinggal di bilangan Jakarta Selatan sementara sekolahnya berada di Jakarta Pusat. Eunseo mengambil tempat les yang ada di daerah Jakarta Timur, karena kebanyakan rumah teman sekolahnya ada disana. Kemudian, pacar Eunseo rumahnya ada di daerah Kelapa Gading, yang mana berarti Jakarta Utara.
Kalian yang melihatnya pasti terlihat lelah. Memang betul, Eunseo juga merasakannya. Akan tetapi rasa lelahnya akan berganti dengan rasa senang hanya dengan bertemu dengan teman-temannya. Lagipula, hanya dengan diantar mas gojek juga dia sudah bisa kemana-mana. Tinggal duduk manis dan akan sampai tujuan.
"Neng, ini macet banget. Masih keburu nggak ke tempat lesnya?" tanya supir taksi online itu kepada Eunseo yang sedang duduk di belakang sambil memandang keluar kaca jendela.
"Nggak kayaknya Pak," Eunseo menjawab pasrah. "Balik pulang aja, gimana Pak?"
"Iya gak pa-pa, Neng. Kasian juga hujan deres gini."
Eunseo menganggukkan kepalanya, dan kembali terdiam. Sekarang mobilnya tengah mencari putaran balik, dan menuju kembali ke rumahnya.
Eunseo terlalu sibuk dengan ponselnya, mengabari pada teman-temannya kalau sore itu ia tak bisa berangkat les dikarenakan terjebak macet. Teman-temannya tentu mengerti Eunseo, apalagi rumah perempuan itu jauh dari tempat lesnya.
Eunseo tak ingat apa-apa lagi ketika ia mendengar suara klakson mobil yang sangat memekakkan telinga, dan suara hantaman keras yang membuatnya jatuh dalam kegelapan.
•••
Kelopak matanya terasa sangat berat. Satu hal yang ia rasakan begitu matanya sudah terbuka dan menyadari kalau ia sudah berada di rumah sakit; tubuhnya sakit semua. Eunseo tak tahu mana tepatnya yang terasa sakit, semuanya terasa remuk redam. Keningnya mengernyit saat merasakan ada angin yang terus masuk ke dalam hidungnya, oksigen. Ia ingin mengeluh untuk dilepaskan, tapi ia tak memiliki cukup kekuatan hanya untuk bicara.
"Sayang? Eunice? Pah! Eunice udah sadar, Pah!" Terdengar suara Mama Eunseo yang sumbang, sembari memencet bel yang ada di sisi kanan tubuh Eunseo.
"Eunice!" Kali ini suara Papanya terdengar. "Kamu bisa lihat Papa kan?"
Jika dalam kondisi sehat sentosa, maka Eunseo akan menjawab dengan nada mengejeknya seperti biasa. Tapi hanya untuk menertawai pertanyaan Papanya saja Eunseo tidak bisa. Ia hanya bisa meringis karena merasakan tenggorokannya yang mulai kering.
Tak berapa lama dokter juga suster berdatangan masuk ke dalam ruangan Eunseo dan memeriksanya. Setelah dipastikan bahwa Eunseo baik-baik saja, dokter pun meninggalkan ruangan itu. Suster yang masih ada disana, mulai mengatur aliran infus dan kemudian menyusul sang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [Jaehyun]
FanfictionSeumur hidupnya, Jaehyun nggak pernah percaya sama yang berbau mistis, ghaib dan semacamnya. Sampai Eunseo, yang mengaku bisa melihat hantu menggangu Jaehyun dengan hal yang akhrinya membuat Jaehyun percaya hantu itu ada. ••• Rasi Bintang Project:...