Anna memakaikan celemek cadangannya pada Lena. Lena tersenyum lebar, Lena bertanya mengenai menu apa yang akan mereka buat dengan penuh semangat. Anna menyebutkan, untuk menyambut kedatangan Lena, mereka harus membuat menu yang spesial.
Lena bergerak dengan cepat dan telaten. Anna dengan wajah bahagianya mengusap pipi Lena dengan lembut.
"Maukah kau menunggu sementara aku mengambil sesuatu di ruang tengah?"
"Ya, pergilah, Bibi." Ucap Lena manis. Anna pun berjalan melewati Lena dan pergi ke kebun.
Selepas Anna pergi, Lena mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan itu. Satu per satu sensasi rasa yang membuat hatinya berdesir lirih pun bermunculan.
.
.
.Anna meraih cangkir tehnya yang tersimpan di atas meja. Anna bergerak mencium kedua pipi Sam dengan mesra. Cole hanya tersenyum lebar melihatnya.
"Cole, kau terlihat keberatan." Canda Sam.
"Oh, Sam... ayolah!" tawa Cole seketika pecah.
Anna tersenyum lebar dan bertanya, "Ada yang melihat Terry? Dan... kenapa Dawson belum sampai ju-"
"Itu dia!" pekik Sam yang sontak beranjak dari sofa dan mengempaskan korannya. Cole berdiri perlahan, Cole tampak sangat tak percaya dan terperangah. Sudah lama sekali sejak pertama kali ia bertemu dengan Dawson Leigh.
"Dawson!" Anna merentangkan kedua tangannya. Dawson melepaskan anjingnya dan lekas memeluk Anna dengan manis. Anna menatapi mata Dawson dalam. Mencoba menyampaikan sesuatu. Anna meneteskan airmatanya haru. Senyum yang merekah di bibir Dawson, perlahan samar. Dawson memegang kedua tangan Anna yang tengah memangku wajahnya. Dawson mengernyitkan kedua alisnya sedih sekaligus... dengan tatapannya itu, Dawson seakan bertanya pada Anna.
Dawson menolehkan kepalanya, memandangi Sam dalam diam. Sama halnya seperti Anna, Sam tersenyum haru, menyampaikan hal yang sama pada Dawson. "Temui dia... Dawson." Ucap Sam lirih seraya mengucurkan airmatanya.
Cole mengusap bahu Sam pelan. Dawson tersenyum kecil pada Cole. "Apa kabarmu, Cole?" tanya Dawson ramah.
"Temui dia lalu, lalu berbincanglah denganku, Dawson." Ucap Cole, mengundang tawa singkat dari semua orang.
Dawson mengangguk perlahan. Raut kegugupan terlihat sungguh kentara di wajah tampannya. Dawson terlihat mengembuskan napasnya yang terdengar berat. Dawson melumat bibirnya dan kembali meniupkan napasnya, "Baiklah." Lirihnya.
.
.
.Lena hendak mencicipi saus buatannya untuk menu steamed fish-nya. Lena baru saja berniat untuk menyiukkan sendok ke dalam mangkuk sausnya, tapi sepasang matanya terpaku dan tertuju pada satu sosok di hadapannya.
Dawson Wyatt Leigh.
Wajahnya datar, namun tak lama dari itu, raut kebahagiaan yang berpadu sempurna dengan raut kesedihan haru menghiasi wajahnya. Napasnya tampak tersendat-sendat. Lena perlahan menurunkan tangannya, menaruh sendoknya dan menatapi wajah Dawson dengan lekat. Tanpa aba-aba apa pun, Lena mengucurkan airmatanya. Rasa menyesakkan di dalam relung hatinya mulai menerpanya. Dahi dan alis keduanya mengkerut sedih. Lena menangis tanpa sekecil suara pun. Lena menyeka airmatanya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUST IN THE WIND
Romance🐾Completed🐾 Aku pikir, aku hanya perlu menutup mataku ketika aku ingin merasakan hadirmu. Tapi ini berbeda, betapa sulitnya itu dilakukan. Semuanya tak lagi terasa sama.