1. Jiyeon

16.8K 601 59
                                    

Pukul 12 siang adalah waktu untuk makan siang bagi setiap orang. Kesibukan terjadi disalah satu rumah sakit Seoul, beberapa orang terlihat hilir mudik di lobi Rumah Sakit yang cukup besar itu. Dokter dan suster siang itu terlihat sekali sangat sibuk melayani beberapa pasien dan juga ada beberapa yang sibuk merekap data pasien dan hasil pemeriksaan pasien.

Tak terkecuali wanita yang memiliki surai kecoklatan itu, ia terlihat sibuk melihat berkas yang berisi hasil cek medis dari beberapa pasien. Tangannya sesekali bergerak membalikkan lembar dokumen. Mata almondnya masih setia berkutat dengan huruf-huruf pada dokumen itu. Hingga fokusnya mulai beralih setelah telepon yang berada di ruangannya berbunyi.

“Halo”

“Keruangan ku, segera!!” sahut seseorang dari seberang sana.

Jiyeon, wanita yang baru saja menjawab panggilan dari salah satu atasannya itu tampak menghela nafas. Ia kemudian beranjak dari kursi kebesarannya dan mulai meninggalkan ruangan tempatnya bekerja. Kaki jenjangnya berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk menuju ke ruangan atasannya, pemimpin sekaligus pemilik Rumah Sakit Seoul. Sesekali jiyeon nampak membungkuk dan tersenyum membalas sapaan dari beberapa suster dan dokter seniornya.

*TOK* TOK*

“Masuk”

“Apa lagi kali ini kek, tidakkah kau tau aku sedang sibuk dengan dokumen sialan itu”

“Yakk, berhenti mengumpat dan dengarkan aku bicara. Sekarang duduk” Jawab Tuan Park dengan tegas.

Pria tua dengan rambut yang hampir seluruhnya berwarna putih itu kemudian duduk di salah satu sofa yang ada di ruangan tersebut. Matanya membelalak dan dagunya diarahkan pada sofa didepannya dengan maksud menyuruh sang cucu perempuan satu-satunya itu untuk segera duduk tanpa mengeluarkan protes.

Jiyeon dengan segera menuruti perintah dari kakeknya itu dari pada nanti urusannya berbuntut panjang dan waktu makan siangnya dengan kekasih pujaan hatinya terganggu oleh ulahnya yang terus membangkang pada kakeknya itu.

“Datanglah ke tempat itu pukul 7 malam dan jangan ada penolakan” ujar Tuan Park setelah melemparkan amplop coklat ke atas meja kaca didepannya.

“Shiro.. aku sibuk kek aku tidak ingin lagi menuruti hal-hal konyol kakek itu” bantah jiyeon dengan tegas.

“Jika kau seperti ini terus, maka kakek akan menghubungi pengacara Kang dan membuatmu tidak menjadi ahli waris dari kakek, dan kakek pastikan bahwa kau tidak akan pernah memimpin rumah sakit ini. Mengerti”













***BABY***












Jiyeon tengah menunduk gusar, jemari lentiknya terlihat meremas rambut panjang bergelombangnya. Sorot matanya terlihat sendu dengan bibir yang digigit guna untuk menghilangkan rasa gelisahnya.

“Aku tidak mungkin menikah, aku tidak ingin menikah, kakek benar-benar tidak mengerti perasaanku”

“Arrrggghhh…. Apa yang harus kulakukan” teriak jiyeon membanting vas bunga di ruangannya.

Diraihnya ponsel yang berada tidak jauh darinya, jari jemarinya sibuk memencet sederet angka untuk segera dipanggi. Namun sebelum dia selesai merangkai angka-angka tersebut, ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk untuknya.

“halo”

“halo, ji. Kau tidak melupakan acara lunch kita kan? Aku sudah ditempat biasa” ujar seseorang dari sebrang sana.

“Hm.. ya aku tidak lupa, aku sedang dalam perjalanan kesana dan ada yang ingin aku bicarakan”

“Tck jangan bilang ini maslah yang sama”

BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang