Kemarahan Shera

528 30 0
                                    

Saya tahu bahwa karya saya ini masih jauh dari kata bagus. Maka dari itu harap dimaklumi. Typo bertebaran. Dan selamat membaca.

Suasana pagi ini sama seperti suasana pagi lainnya. Matahari masih bersinar dari ufuk timur. Memancarkan cahaya kemilau yang membuat mata orang menjadi silau. Mungkin sebagian orang sangat menikmati suasana pagi yang begitu indah ini. Namun tidak untuk Aleron. Ia memilih menghabiskan waktu paginya untuk kembali tidur.

Hari ini memang weekend. Dan hal itupun tak ingin di sia-siakan oleh Aleron. Tetapi sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya. Suara lonceng kematian terdengar keras menusuk indra pendengarannya. Mau tak mau ia langsung bangun dan berusaha untuk menutupi kantuknya yang tak mau hilang. Matanya terasa perih karena dipaksakan untuk terbuka. Pasalnya ia baru tertidur sekitar jam 4 pagi hari karena ia sibuk menonton piala dunia.

Aleron sedikit mengerang akibat rasa pusing di kepalanya. Ini terjadi karena ia kaget akan suara istrinya yang begitu menakutkan, sehingga mau tak mau Aleron harus terbangun tanpa persiapan.

"ALEE!!!" Panggilan maut dari istrinya lantas membuat Aleron beranjak cepat untuk menghampiri istrinya itu. Ia tak mau hari ini ia mendapat amukan dari singa betina. Katakan saja ia suami takut istri, tapi mau bagaimana lagi ia memang takut pada istrinya.

"Iya, sayang. Ada apa?" Aleron bertanya pada Shera yang saat ini sibuk dengan masakannya.

"Kan aku udah sering bilang, nggak boleh tidur pagi-pagi. Nggak sehat!" Omel Shera pada Aleron. Aleron menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tapi kan aku ngantuk, sayang"

"Besok- besok nggak usah nonton Piala Dunia lagi!" putus Shera cepat. Mendengar itu, Aleron langsung memberengut. "Tapi-" "Nggak ada tapi-tapian." potong Shera galak.

Aleron berjalan mendekati Shera, kedua tangannya ia letakkan di pinggang Shera, lalu dagunya ia letakkan pada salah satu pundak Shera. Aleron sepertinya sedang ingin bermanja-manja dengan istri cantiknya.

Shera menggeliat saat Aleron memeluknya, merasa tidak nyaman dengan posisi tangan Aleron yang berada di pinggangnya. Shera menengok ke belakang dan mendapati wajah Aleron yang sedang mencebik lucu. Awalnya Shera ingin tertawa, tetapi cepat ia tepis karena ia masih merasa kesal dengan Aleron.

"Lepas, Ale!" Shera memberontak kasar. Salah satu tangannya ia gunakan untuk mengurai tangan Aleron di pinggangnya. Namun sayang, tangan Aleron tidak bergerak sama sekali.
"Nggak mau" rajuk Ale manja. Ia semakin memeluk Shera dengan erat. Bahkan sekarang ia menenggelamkan wajahnya pada leher Shera.

Shera menghela napas kasar. Ia memilih untuk mematikan kompor. Menghadapi Aleron yang seperti ini lebih menyebalkan dibandingkan dengan Aleron yang dalam mode jahil.

"Ale lepas!" Suara Shera mulai datar. Shera pun juga sudah berhenti memberontak. Aleron yang tidak mengetahui situasi hanya bergumam tak jelas. Persis bocah yang sedang ingin disayang-sayang oleh ibunya.

"Aleron Blackstone!" suara Shera semakin datar. Aura berbahaya mulai menyelimuti tubuh Shera. Aleron terpaku. Ia tak pernah tahu bahwa istri cantiknya ini bisa mengeluarkan aura berbahaya seperti itu ditambah istrinya memanggil nama panjangnya.

"AKU BILANG LEPAS, YA LEPAS! KAMU NGGAK TAHU BAHASA INDONESIA??" Shera berteriak kencang. Matanya melotot tajam. Emosinya benar-benar pecah saat ini.

Aleron mundur seketika, badannya kaku dan ia pun bagaikan patung, tak bergerak. Ia terkesiap dengan teriakan Shera barusan. Jarang sekali Aleron mendapati Shera marah dengan berteriak kencang seperti itu. Tidak pernah malah. Makanya saat ini ia begitu terkejut bahkan tak percaya bahwa istri cantiknya yang kalem itu bisa berteriak sebegitu kencangnya.

GA Tawanan AleronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang