47. Ini cerita Kayra

19 4 0
                                    

Kini di hari yang sama, dalam jurusan yang berbeda. Mereka memulai hari barunya. Hari yang akan mereka jalani selama empat tahun lamanya. Tak sedikit pun patah semangatnya meski mereka harus terpisahkan oleh jarak. Bagaimana tidak? Hanya sebagian lah yang bersatu.

Seperti Aura, Yasna dan Azmia dengan kampus yang sama. Aura dan Azmia memilih jurusan yang sama, yaitu kedokteran, beruntung keduanya bisa mengejar cita-cita secara bersama. Lain halnya dengan Yasna yang memilih Hubungan Internasional, menyalurkan hobinya.

Sedangkan Edlyn dan Adeeva pun sama, tapi dengan jurusan yang berbeda tentunya. Adeeva lebih memilih menjadi seorang guru nantinya yang senantiasa memberikan ilmu kepada setiap muridnya. Kini ia sedang mengasah kemampuannya tentang ilmu komputer. Ia tertarik dalam ilmu ini, sehingga ingin menggali lebih dalam lagi. Edlyn, ia sedang memperdalam ilmu psikologi. Ya, ia sangat menyukai ilmu itu. Menurutnya, ilmu yang sangat mencuri perhatiannya.

Berbeda dengan Kayra, ia menempuh pendidikan tanpa satu kampus dengan sahabatnya satu pun. Meskipun begitu, ia tak akan pernah lelah untuk mewujudkan setiap mimpinya. Karena sendiri bukanlah hal buruk. Bukan nantinya ia tak lagi seorang diri bukan? Tentunya cepat atau lambat, dirinya akan mempunyai teman baru. Ya.. Meskipun mungkin tak seheboh sahabatnya. Belum lagi ia bakalan canggung 'kalo pertama bertemu biasanya agak jaim' batin Kayra.

Kayra mengitari tempat belajarnya ini. Besar dan asing. Dua kata itu yang terlintas di benak Kayra. Ini hari pertamanya. Ia melemparkan pandangannya ke semua tempat. Berharap seseorang yang ia kenal ditemuinya disini.

Nihil. Tak ada yang ia kenal kala itu. Hanya beberapa senior berlalu lalang dengan tatapan yang menilai. Kayra hanya bisa mendengus kesal. Kenapa juga mereka harus memperlakukannya seperti itu. Sudah seperti singa yang belum di kasih makan tiga hari yang siap menyantap dirinya dengan satu lahapan.

"Kay!!" Panggil seseorang dari arah belakangnya dengan tangan yang menggeplak bahunya.

Yang di panggil pun kaget bukan main. Sesaat kemudian ia meng elus-elus dadanya berharap jantungnya masih tersedia di tempatnya. "Kaget gue" Gumamnya yang masih jelas bisa terdengar oleh lawan bicaranya.

"Lebay banget sih lo" Balasnya sambil cengengesan. "Lagian lo ngapain celingak-celinguk gitu? Cari Kak Fetsa?"

Kayra membelakkan matanya tak percaya. Kak Fetsa adalah senior yang paling famous disini. Selain ganteng, ia juga terkenal dengan kepintarannya. Membuat siapa saja yang melihatnya tentu terpesona. Kayra tak menyangkal itu, tapi setiap ia mengingat Fetsa bayangan Kalvin lah yang memenuhi benaknya. Kayra hanya menghembuskan napasnya pasrah. "Lo bisa diam gak? Nanti kalo Kak Fetsa dengar bisa kacau" Protesnya pada orang yang di depannya kini.

Lawan bicara Kayra saat ini akrab di sapa Nita. Kayra mengenalnya waktu masa pengenalan lingkungan di kampus ini. Menurutnya, Nita adalah sosok yang nyambung jika diajak bicara. Ia juga tak canggung jika akan melihatkan sikap somplak yang dimilikinya.

"Ya gak papa lah. Udah biasa ini, lagian nih ya, siapa sih yang bakal acuh sama Kak Fetsa yang gantengnya nembus tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit gitu?"

"Ah beo lo"

Kayra pun merasa kesal dengan temannya yang satu ini. Memang dia nyambung dengannya, tapi Kayra tak kuat akan kebawelannya. Bawelnya Nita melebihi bawelnya Azmia. Oleh sebab itu, jika melihat Nita, Kayra selalu terlintas dengan sosok Azmia yang rempong nya kebangetan itu.

"Eh, Kay tungguin gue napa?!" Ucap Nita sembari berlarian menyusul Kayra yang sudah terlebih dahulu di depannya.

Nita mengatur napasnya. "Kayra!!" Sesaat kemudian ia berkata setelah Kayra benar-benar ada di hadapannya.  "Lo kenapa sih? Kenapa kalo gue ngomongin Kak Fetsa lo milih pergi gitu aja? Apa lo ada hubungan sama dia? Atau dia pernah nolak lo sampai lo gak suka kalo ada yang ngomong tentang dia?" Cerocos Nita seakan tak bisa berhenti.

"Sssstttt.." Kayra mengisyaratkan Nita agar diam dengan jari telunjuk yang ia simpan di bibir miliknya. "Gue heran deh sama lo. Bisa gak lo berhenti ngoceh, terus duduk tenang disini?"

Dengan tampang yang tidak mempunyai dosa, Nita duduk bersebelahan dengan Kayra. Ia terdiam.

Satu detik..

Dua detik..

Tiga detik berikutnya..

Sesaat kemudian. "Kay, lo jawab dulu dong pertanyaan gue. Tau punya teman kepo tingkat dewa juga" Rupanya ia tak kuasa berdiam diri seperti ini.

Kayra menghela napasnya. "Nita, gue harus bilang berapa kali sih sama lo? Gue itu punya pacar, punya pacar" Jawabnya dengan mengulangi katanya.

Nita memutar bola matanya malas. "Kay, lo kan cuma puji Kak Fetsa doang gak sampai deketin dia kan? Lagian pacar lo gak tau ini" Alibinya.

"Terserah lo ya, tapi gue gak mau" Kayra terkekeh.

"Masa iya sih, Kay jaman gini masih aja terpaku sama satu cowok"

"Lo ngomong apa sih?"

"Coba lo pikir deh. Emang pacar lo itu bakalan setia sama lo? Apalagi kalian kan LDR, mana ada LDR yang kuat nahan rindunya?" Nita masih saja terus mencoba pemikiran Kayra yang menurutnya terlalu fokus.

"Ini hubungan, hubungan siapa?" Tanya Kayra.

"Lo lah"

"Terus, kenapa lo yang ribet Nita?"

"Gue gak ribet, sekedar saran aja sebagai teman"

"Oke terimakasih sarannya"

Kayra menyudahi pembicaraan itu. Tak akan ada habisnya jika mereka terus adu bicara. Toh keduanya memiliki sikap yang sama-sama tidak ingin kalah. Beruntunglah saat dosen memasuki ruangan, itu artinya Kayra tidak perlu pusing lagi untuk sekarang mendengar ocehan Nita yang selalu memintanya untuk tidak terlalu fokus pada satu cowok. Memang Kayra sempat tak yakin dengan hubungan keduanya yang terbentang oleh jarak. Tapi Kalvin dengan senang hati membuat Kayra tenang. Dengan saling berbagi kepercayaan dan keterbukaan. Sampai saat ini keduanya asik dengan hubungannya sekarang. Karena Kalvin dan Kayra tau, jika keduanya berjodoh sampai kapan pun, meski mereka terpisah oleh apapun, keduanya pasti akan tetap bersama. 










***
TBC..
Jangan Lupa Voment..

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang