Season 2 | Bab 62 - Sang Penggoda

1.9K 116 88
                                    


Ciara semakin menikmati kemenangannya. Kini dia dengan mudah mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa susah payah. Karena Dievo begitu bodoh telah memanjakan dirinya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Ciara semakin bersikap manja kepada Dievo. Karena dia tahu dengan pasti bagaimana cara untuk membujuk pria itu. Namun kini dia memiliki satu keinginan besar yang masih belum tercapai.

"Dievo," ucap Ciara.

"Iya, ada apa sayang?" ucap Dievo.

"Bagaimana kalau aku hamil?" tanya Ciara dengan santai.

Dievo terkesiap mendapati pertanyaan yang begitu sulit dipercaya. "Bagaimana bisa?" tanya Dievo. Dia seakan tidak mempercayai apa yang Ciara katakan.

"Kita kan sering melakukannya. Masa kamu lupa dengan hal itu?" jawab Ciara. Dia menggoda Dievo dengan caranya yang begitu genit.

"Tentu saja aku tidak lupa. Tetapi bagaimana bisa kamu hamil? Bukannya kamu selalu minum obat itu supaya tidak hamil," ucap Dievo. Dia mengucapkannya dengan raut wajah yang nampak gelisah.

"Sudah sebulan ini aku tidak minum sayang. Sebenarnya, aku sangat ingin memiliki anak darimu," ucap Ciara. Dia berbicara dengan begitu lembut. Dia sangat tahu bagaimana harus bersikap terhadap Dievo agar dapat meluluhkan hatinya.

"Jadi begitu ya?" ucap Dievo. Dia terlihat gelisah.

"Apa kamu marah sayang?" tanya Ciara. Dia mengucapkannya dengan suara yang begitu terdengar manja. Dia pun tanpa ragu menggelayuti bahu Dievo dengan genit.

"Tidak. Aku hanya terkejut kamu melakukan hal itu tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu," jawab Dievo. Suaranya terdengar menyimpan perasaan jengkel.

"Tetapi kamu terlihat kesal denganku," ucap Ciara. Dia nampak merajuk. Dia bertingkah layaknya seorang istri yang meminta suaminya membujuk dirinya.

"Tidak. Bagaimana aku bisa marah kepadamu sayang?" ucap Dievo. Dia merubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum karena mendapati Ciara yang nampak sedih.

Mendengar hal itu, Ciara langsung tersenyum. Dia telah mendapatkan kemenangan yang luar biasa.

"Tetapi, kenapa kamu tiba-tiba mengatakan hal itu?" tanya Dievo dengan santai.

"Aku hanya merasa sedikit mual. Jadi mungkin saja aku hamil," jawab Ciara. Dia berbicara dengan santai.

"Ya sudah. Periksakan saja ke dokter ya," ucap Dievo.

"Tapi, temani aku ya sayang?" ucap Ciara. Dia kembali merajuk. Dia begitu manja terhadap Dievo yang masih menjadi suami sah dari Vanya.

"Baiklah. Ayo kita berangkat sekarang," ucap Dievo.

"Benarkah?" tanya Ciara. Dia terlihat begitu bahagia.

"Iya. Ayo bersiaplah," jawab Dievo.

Maka kini mereka pergi menemui dokter kandungan untuk memeriksakan kondisi Ciara.

Sungguh diluar dugaan. Ternyata dokter menyatakan Ciara telah hamil. Usia kandungannya diperkirakan sudah memasuki minggu keempat. Setelah mereka selesai menemui dokter itu, maka kini mereka kembali ke apartemen Ciara yang dibelikan oleh Dievo.

Ciara nampak tersenyum bahagia. Karena satu hal yang paling dia inginkan akan segera terwujud dalam waktu dekat. Dievo terlihat gelisah. Dia tidak tahu apa semua akan berjalan baik setelah ini, karena dia belum tahu apa yang akan Ciara iginkan kelak.

"Apa kamu senang sayang? Ini adalah anak kita," tanya Ciara. Dia terlihat begitu bahagia.

"Iya. Aku senang mendengarnya," jawab Dievo. Namun raut wajahnya terlihat gelisah. Karena sesungguhnya Dievo juga belum ingin melepaskan Vanya. Namun kini Ciara mengandung anaknya.

"Apa kamu akan bertanggung jawab sayang?" tanya Ciara. Dia berbicara dengan suaranya yang begitu manja.

"Tentu saja. Kamu tidak perlu khawatirkan itu. Aku akan memenuhi semua keperluanmu dan anak kita," jawab Dievo. Dia mengatakannya dengan tegas.

"Tetapi, aku tidak mau itu," ucap Ciara.

"Apa maksudmu Ciara?" tanya Dievo. Ekspresi wajah Dievo kini nampak tegang.

"Aku mau kamu menikahiku," jawab Ciara.

"Tapi...," ucap Dievo. Dia nampak ragu mengatakannya.

"Jadi kamu keberatan untuk menikah denganku, setelah semua yang terjadi?" tanya Ciara. Dia terlihat terluka dan sedih. Dia nyaris meneteskan air matanya dihadapan Dievo.

"Maaf. Bukan seperti itu maksudku. Tetapi apa kamu tidak keberatan menjadi istri keduaku?" jawab Dievo. Kini Dievo telah berhasil ditaklukkan dengan reaksi Ciara yang terlihat sedih.

"Aku tidak masalah akan hal itu. Asalkan kamu mau menikahiku dan menjadi ayah yang baik bagi anak kita," ucap Ciara. Dia berbicara dengan begitu lembut seraya mengusap lembut perutnya yang masih terlihat rata.

"Baiklah. Kita akan menikah. Tetapi tidak perlu dengan acara yang besar. Cukup orang terdekat saja yang datang," ucap Dievo. Dia mengatakan keputusannya dengan sangat tegas. Hingga tidak bisa Ciara membantah ataupun meminta lebih dari itu.

"Apa aku juga akan tinggal di rumahmu?" ucap Ciara. Dia berbicara dengan sangat hati-hati.

Dievo terlihat menghembuskan napasnya dengan kasar sebagai tanda dirinya mulai kehilangan kesabaran atas sikap Ciara yang kini seolah menuntut. "Apa kamu menginginkan hal itu juga?" tanya Dievo.

"Apa permintaanku berlebihan?" jawab Ciara. Dia kembali merubah ekspresi wajahnya menjadi bersedih.

"Apa apartemen ini tidak cukup untukmu?" tanya Dievo. Dia berusaha mengubah keinginan Ciara yang sulit untuk diwujudkan.

"Aku hanya ingin berada satu rumah denganmu. Jika kamu menikahiku, maka hal itu adalah yang wajar bukan?" jawab Ciara. Dia berusaha mempertahankan keinginannya.

"Apa kamu tidak keberatan tinggal satu rumah dengan Vanya?" tanya Dievo. Dia kembali melunak dengan sikap Ciara.

"Tidak. Asalkan aku dekat denganmu," jawab Ciara.

Dievo terlihat memikirkan sesuatu yang berat. "Vanya juga tidak kembali ke rumah. Mungkin tidak apa-apa kalau Ciara tinggal di sana." Dievo bergumam dalam hati.

"Baiklah. Kamu akan tinggal bersamaku di rumah itu. Tetapi jaga sikapmu dengan baik Ciara. Aku tidak ingin ada masalah lagi," ucap Dievo. Raut wajahnya begitu terlihat serius.

Mendengar jawaban Dievo, seketika Ciara melukiskan senyuman terbaiknya sebagai tanda kebahagiaannya. Ciara juga langsung memeluk Dievo dengan manja. "Terima kasih sayang," ucap Ciara.

Kini Ciara dapat tertawa bahagia di atas penderitaan Vanya.

***

Adrian sibuk mempersiapkan segala keperluan yang berhubungan dengan apartemen baru Vanya. Dia yang menjadi mata untuk mencari perabotan yang Vanya butuhkan. Maka dengan bantun Adrian Vanya tidak perlu repot keluar dari hotel dan bertemu dengan banyak orang. Dia hanya tinggal memilih yang terbaik dari yang sudah Adrian ajukan.

Adrian begitu berjasa dalam hidup Vanya. Dia bahkan dengan senang hati membantu sahabatnya yang sedang terluka lahir dan batin. Kalau bukan dirinya, siapa yang akan membantu Vanya untuk bertahan dan bangkit dari derita yang tiada hentinya.

Tanpa sengaja Adrian mendengar rencana pernikahan Dievo dengan Ciara dari seseorang. Kini semua berhembus begitu cepat. Entah bagaimana Adrian akan menyampaikan berita duka itu kepada Vanya. Namun Adrian tidak habis pikir, bagaimana bisa Dievo melakukan hal sebodoh itu dan menyakiti perasaan Vanya yang masih resmi menjadi istrinya.

Kini kemarahan Adrian sudah mencapai puncaknya. Dia berencana untuk mendatangi rumah mewah itu untuk mengambil barang milik Vanya dan juga ingin membuat perhitungan dengan pria yang tidak punya hati itu.

♡♡

_TBC_

ANOTHER LOVE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang